"hal pertama yang harus lo lakukan adalah berbicara dengan menggunakan 'lo-gue' bukan 'aku-kamu'," ucap Prilly.
"Tapi aku gak bisa," ujar Ali.
Prilly memutar bola matanya sebal. "katanya lo mau berubah? Kok gitu sih?" gerutu Prilly."ya mau berubah tap...." Perkataan Ali segera dipotong oleh Prilly, "gak ada tapi-tapuan Ali...."
"ya udah deh, tapi kalau sama kamu, aku tetap pakai 'aku-kamu' ya?" kata Ali bernegosiasi.
Prilly menganggukkan kepalanya kemudian ia tersenyum manis. Penampilan Ali sudah berubah hanya saja gaya berbicaranya yang belum berubah dan mulai hari ini Prilly harus membiasakan Ali berbicara menggunakan 'lo-gue' bukan 'aku-kamu' walaupun Ali sedikit bernegosiasi padanya yang terpenting Ali mau merubah gaya bahasanya.
Hari ini adalah hari minggu, hari di mana semua orang beristirahat dari kegiatan mereka sehari-hari, hari berkumpul bersama keluarga. Tapi untuk hari ini tidak untuk Prilly, ia lebih memilih ke rumah Ali dan membantu Ali merubah gaya bahasanya.
Saat ini mereka berada di depan cermin lemari yang terletak di ruang tamu, rumah Ali. Prilly memberikan Ali beberapa lembar kertas berupa percakapan dengan gaya bahasa 'lo-gue' untuk Ali gunakan belajar berbicara menggunakan 'lo-gue'. Ali menerima kertas itu dan mulai latihan di depan cermin sementara Prilly memperhatikan Ali baik-baik agar bisa menegur kesalahan yang Ali lakukan.
"lo... lo... lo mau ke mana?," Prilly tertawa mendengar Ali berbicara seperti orang gagap.
Ali mengernyitkan dahinya, lalu mengangkat sebelah alisnya, menatap Prilly bingung dengan tatapan heran yang ia miliki.
"kok ketawa sih?"
"lo lucu tahu gak? Kayak orang gagap aja." Ujar Prilly masih tertawa.
Ali menghembuskan nafasnya kasar, "kenapa bicara kayak gini susah sekali?." Tanyanya.
"gak susah Ali, cuma lonya aja yang belum terbiasa. Makanya dibiasain. Alah bisa karena biasa." Jawab Prilly sambil tersenyum manis pada Ali. Kemudian Ali menganggukkan kepalanya, baiklah ia akan belajar demi merubah penampilannya dan gaya bahasanya.
***
Setelah selesai belajar berbicara dengan menggunakan 'lo-gue', kini Ali mengajak Prilly bermain layang-layang di lapangan yang tak jauh dari rumahnya bersama anak-anak kompleks tempat Ali tinggal. Prilly dapat melihat betapa dekatnya Ali dengan anak-anak itu.
Gerombolan anak-anak itu mengerumini Ali. Prilly dapat melihat tawa lepas tercetak jelas di wajah Ali, bahkan wajah Ali bertambah dua kali lipat tampannya.
Bahagia itu sederhana, cukup melihat orang yang kita cinta tertawa lepas pun bisa membuat kita juga ikut bahagia walaupun tak melakukannya. Namun, ada satu hal yang diingat, bahwa untuk mempertahankan tawanya itu sangatlah sulit.
Prilly tersentak kaget ketika merasakan bahunya disenggol pelan oleh bahu yang sedikit berisi daripada bahunya, ia pun menoleh dan mendapatkan Ali sedang tersenyum walaupun tak menatap dirinya. Wajah Ali mendongak memperhatikan layang-layang yang kini ia terbangkan, entah sejak kapan Ali berada di sampingnya dan memegang layang-layang. Prilly mengernyitkan dahinya bingung, ia menatap Ali yang masih saja memperhatikan layang-layang yang diterbangkan.Tak lama tatapan bingung Prilly berubah menjadi tatapan kagum. Ali adalah pria cupu multitalen yang pernah ia temui, pria itu bukan cuma bisa menyanyi tapi bisa melakukan segala hal, bahkan pekerjaan seorang wanita pun bisa Ali lakukan.
Merasa diperhatikan sedari tadi, Ali menoleh ke samping, lebih tepatnya menoleh ke Prilly. Karena Ali menoleh, Prilly segera mengalihkan pandangannya ke arah asal tak melihat atau kelihatan oleh Ali. Wajahnya memanas, dapat Prilly pastikan bahwa saat ini mukanya sudah memerah karena malu.
Tiba-tiba suara anak-anak berteriak, membuat Ali segera mendongak, matanya membulat ketika melihat layang-layang sudah tak melayang lagi di atas. Ali melihat anak-anak kecil itu lari mengejar layang-layangnya yang putus, ia pun juga ikut mengejar mengikuti anak-anak itu dan meninggalkan Prilly sendiri di sana.
Tak tahu berbuat apa, Prilly juga mengikuti Ali yang berlari mengejar layang-layang. Ia memelankan laju larinya dan kini berhenti di pinggir sungai kecil, napasnya tersegal-sengal akibat mengejar Ali yang sudah semakin jauh darinya.
"balik aja deh ke rumah Ali, Nungguin dia di sana daripada ngejar dia." Putus Prilly.
Ia pun berbalik badan kembali ke rumah Ali.
***
Waktu menunjukkan pukul 19:00, Prilly menghentikan motornya di perkarangan rumah, dari luar rumahnya terlihat sepi. Namun ada motor Prilla dan mobil Papanya juga terparkir. Prilly mengernyitkan dahinya bingung, ia pun turun dari motornya dan berjalan berniat mengetuk pintu. Samar-samar Prilly mendengar suara isak tangis seseorang dan juga suara Papanya.
"tolong Mas berdamailah dengan masa lalu!" itu suara Mamanya yang berbicara bersamaan dengan isak tangis.
"bagaimana caranya aku berdamai dengan masa lalu, kalau anak sialan itu masih ada di sini? Seharusnya dia kita bawa ke panti asuhan saja."
"tapi tak seperti ini Mas, itu adalah kecelakan dan bukan salah Prilla. Prilla darah daging kamu."
"ya, darah daging aku tapi yang tidak aku harapkan."
"Prilla tahu, Prilla salah. Tapi Prilla mau minta maaf sama Papa." Tiba-tiba suara Prilla menimpal.
"gara-gara kamu orang yang saya cinta pergi selamanya, dan Prilly hilang ingatan dan itu semua gara-gara kamu. Kamu harus tahu kalau saya sangat benci sama kamu."
Entah Prilly tak tahu, perkataan Papanya itu ditujukan pada siapa. Tiba-tiba kepalanya sakit sekelebat bayangan kecelakaan mobil muncul di pikirannya bagaikan kaset rusak. Prilly bersandar pada pintu memegang kepalanya sehingga mengakibatkan bunyi benturan sedikit keras. Ia luruh ke bawah masih dengan memegang kepalanya yang teramat sakit.
Tiba-tiba pintu dibuka oleh orang-orang yang berada di dalam. Ada Nadya, Wahyu dan juga Prilla. Mereka nampak terkejut menatap Prilly luruh di bawah.
"Astaga Prilly!" pekik Nadya. "ya Allah Prilly, bangun nak,"
Wahyu membopong Prilly, membawanya masuk ke dalam rumah dan meletakkan di sofa ruang tamu.
"maksudnya ini apa?" tanya Prilly dengan air mata yang kini membasahi pipinya. "Mama jawab! Pa, Prilla maksudnya ini apa?. Kecelakaan apa Prilla?"
"maksudnya ini apa?" tanya Prilly namun kali ini ia membentak.
Semua yang berada di sana bungkam, sedari tadi Nadya terisak pelan. Wahyu bergeming tak menjawab pertanyaan Prilly sementara Prilla ia menatap kosong ke depan.
Abi muncul di antara keadaan yang mencekam dengan air mata yang membanjiri pipinya, ia berlari memeluk Prilly dan terisak di dekapan Prilly.
"Mbak Prilly kenapa?"
Pertanyaan Abi sama sekali tak Prilly jawab, ia masih menuntut kedua orang tuanya dan Prilla menjawab pertanyaannya.
"sembilan tahun yang lalu kita kecelakaan, gue, elo, Papa dan Istri pertama Papa Tante Ami." Kini Prilla mulai membuka suara menceritakaan semua kronologisnya, ia menarik napasnya ketika kembali menceritakaan kejadian sekitar sembilan tahun silam.
"itu semua karena gue yang egois, kecelakaan itu menyebabkan Tante Ami meninggal saat sedang mengandung anak pertamanya dan lo hilang ingatan"
Tak ada yang bersuara, "sampai sekarang pun ingatan lo belum sepenuhnya kembali, tapi menurut Mama itu tidak masalah yang terpenting lo bisa ingat sama kita semua."
"gue minta maaf karena gue, lo gak bisa ingat sama masa lalu lo dan bikin lo seperti orang bodoh yang gak tahu apa-apa." Prilla memejamkan matanya, setetes air mata kini jatuh juga. Sebenarnya ia tak kuasa menceritakan ini pada Prilly tapi mau diapalagi nasi sudah menjadi bubur dan tak bisa dikembalikan seperti semula.

KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cupu Pujaan Hati
FanficCinta tak memandang fisik dan sosial. Begitu juga dengan Prilly, gadis yang banyak ditakuti oleh orang-orang di sekolah mereka, mencintai seorang pria cupu multitalen. Namun karena rasa gengsinya ,membuat Prilly terpaksa harus membully Ali dengan al...