Situasi di kediaman Lee saat pagi hari cukup ramai. Para pekerja rumah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Suasana pagi yang cukup ramai.
Lee Jihoon. Namja manis itu sedang memakai sepatunya disofa. Sebuah tangan sukses mendarat mulus diatas kepalanya. Mengelus surainya.
Jihoon mempautkan bibirnya. "Rambutku berantakan, hyung!"
Yoongi terkekeh pelan dan berlalu.
"Jihoon!"
Panggilan itu mampu membuat atensi Jihoon berpindah pada Soonyoung. Orang itu melambaikan tangannya pada lelaki manis itu.
Dengan senyumnya, lelaki mungil itu menghampiri Soonyoung. "Pergi bersamaku ?" Tanyanya.
Jihoon mengangguk. Ia membuka pintu mobil Soonyoung dan duduk dikursi penumpang.
Lelaki manis itu bersenandung kecil sambil memainkan ponselnya. Karena gemas, Soonyoung mencubit pipi sahabatnya itu. Jihoon meringis dibuatnya.
Jihoon memajukan bibirnya beberapa mili. Sementara si pelaku terkekeh pelan. "Kau benar-benar menggamaskan, Lee Jihoon." Katanya.
Jihoon memutar bola matanya malas. "Apa tidak ada kata lain selain menggemaskan ?"
Soonyoung sedikit bergumam, "Manis."
"Terserahmu." Balas Jihoon.
Tawa ringan keluar dari mulut Soonyoung. Ia mengusak surai sahabatnya yang membuat Soonyoung dapat tatapan maut dari Jihoon.
Tangan itu beralih dari surai sahabatnya dan berpindah ke jemari Jihoon. Ia menggenggamnya erat. Jemari mereka kembali bertautan. Seperti waktu itu.
Soonyoung memarkirkan mobilnya di paling ujung dekat tembok pembatas. Berniat untuk membuka pintu, tangan Jihoon ditarik oleh Soonyoung.
Jihoon mengernyitkan alisnya. "Wae ?"
"Pulang bersamaku ?" Tanyanya.
Lelaki manis itu berpikir sejenak dan mengangguk setuju. "Baiklah."
Tangannya kembali dicegah. Jengah, ia mendengus kasar. "Ah, waeyo—"
Bibir namja yang ada didepannya sudah berada diatas bibirnya. Soonyoung menutup matanya menikmati ciuman sepihak yang ia buat.
Tanpa pikir panjang, Jihoon menutup matanya. Membiarkan Soonyoung menguasai bibirnya. Pagutan itu terlepas.
Satu tangan lelaki gemini itu mengusap ujung bibir Jihoon. Ia menatap ke arah bibir ranum itu. "Kau mau menungguku sampai saat itu tiba ?"
"Saat dimana kau yakin terhadap perasaanmu padaku. Aku sudah yakin terhadap perasaanku." Lanjutnya.
Pagi ini, jantung Jihoon dibuat bekerja ekstra. Jantungnya berdetak begitu cepat. Napasnya tidak teratur dan wajah yang sedikit merona.
Soonyoung menarik napasnya sebelum berucap, "Aku mencintaimu, Lee Jihoon."
Kata itu. Kata itu yang ingin Jihoon dengar. Jujur, ia senang. Tapi, serasa masih ada yang janggal kalau ia menerima Soonyoung. Sebenarnya hanya pemikiran konyol, seperti apa yang harus ia lakukan jika menjadi kekasih Soonyoung atau apa yang harus ia lakukan untuk Soonyoung.
Tapi yang paling penting adalah Ia takut jika suatu saat mereka berakhir, Soonyoung akan meninggalkannya. Ia takut untuk kehilangan Soonyoung. Bahkan terlalu takut hingga ia benci untuk mengakui kalau ia mencintai Soonyoung.
Jihoon kelimpungan. "Y–ya, aku tahu." Ujarnya seraya melepaskan tangan Soonyoung dari wajahnya.
Ia membuka pintu mobil Soonyoung. "Aku duluan. Ku tunggu pulang sekolah nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Blossom | SoonHoon
FanfictionAku sahabatnya, tapi aku mencintainya. -Soonyoung. Semuanya biasa saja, sampai kau menghancurkan arti kata itu sendiri. -Jihoon. Disclaimer: Seluruh Karakter milik Tuhan YME, pribadi dan Pledis Entertainment selaku agensi. Semua isi dari fiksi ini...