9. Cinta dan Rahasia

2.3K 426 77
                                    

"What the hell ?" Teriak mereka bersama sambil membolakan matanya.

"Kenapa bisa ?" Tanya Mingyu sambil menyesap kopinya.

Soonyoung mengerang lalu mengacak rambutnya. "Entahlah."

Jun mendekat ke arah Soonyoung dan menepuk bahunya. "Mengapa kau seperti ini ?"

Soonyoung menolehkan kepalanya dan menatap ke arah Jun, "I mean, mengapa kau harus bersikap seperti ini ? Kau yang bilang sendiri bahwa kau hanya sebatas sahabat." Jelasnya sambil menekankan kata 'sahabat'.

"Aku setuju." Ucap Mingyu.

"Aku juga. Ya, maksudnya bukan kita membela orang yang kau bilang bocah tengik itu. Maksudnya, kalau kau memang sahabat yang baik, seharusnya kau senang dia punya kekasih. Jadi, akan ada yang menggantikan posisimu sebagai pelindungnya." Jelas Seungcheol.

Soonyoung mengubah posisinya menjadi menghadap mereka, "Dengar, hanya aku yang boleh ada diposisi itu." Tukasnya.

"Terserahmu." Jawab Seungcheol sambil menggidikkan bahunya.

Soonyoung menggeram kesal lalu melangkah masuk ke dalam kedai. "Soonyoung,"

Ia menatap ke arah Bibi Jung dan tersenyum simpul, "Bibi setuju dengan pendapat Seungcheol." Gumamnya.

"Kemari." Bibi Jung menepuk disebelahnya yang kosong.

Soonyoung mengambil tempat disebelah Bibi Jung. Menyandarkan punggungnya pada kursi kayu itu.

"Kau hanya menganggapnya sahabatmu bukan ?" Tanya wanita itu.

Hanya menjawab iya atau tidak saja susah bagi Si Berandal Tampan itu. Lidahnya kelu untuk sekedar mengucapkan iya atau tidak. Jadi dia lebih memilih bungkam.

Bibi Jung tersenyum ke arahnya, "Begini, Kalau kau hanya menganggapnya sahabat, kau tidak akan marah-marah seperti ini. Sebenarnya Bibi sudah curiga dari awal, tidak mungkin kalian hanya sebatas sahabat. Yang namanya sahabat tidak ada yang sampai menciumnya."

Lelaki tampan itu tertegun mendengarnya. Kalau dipikir-pikir, memang tidak ada yang namanya sahabat yang sampai cium mencium. Mana ada sahabat yang selalu menggendongnya apabila ia tertidur di mobil. Mana ada sahabat yang memarahi penjaga rumah, hanya karena berniat untuk menggendong sahabatnya. Dan terlebih lagi, mana ada sahabat yang marah ketika sahabatnya memiliki kekasih.

"Kau tidak menganggapnya sebagai sahabat, Soon. Kau menyukainya." Tegas wanita paruh baya itu.

"Tapi, kalau memang benar aku menyukainya, mungkin aku sudah menolak perasaan ini dari awal. Dia itu galak, dingin, pemarah dan tidak sabaran.

Bayangkan saja, terhitung dari awal masuk sekolahku yang sekarang, sudah banyak sekali yang nembaknya. Tapi, semuanya berakhir dengan dia tolak mentah-mentah." Sanggahnya.

"Memang dia itu manis untuk seukuran pria, pandai bermain musik—oh, Bibi tidak tahu kalau dia pandai bermain musik 'kan ?"

"Pandai bermain musik ?"

"Jihoon, ia memiliki suara yang bagus, pintar bermain piano dan gitar. Dia tidak banyak bicara. Senang atau sedih wajahnya selalu seperti itu. Datar.

Jadi, susah sekali mengetahuinya senang atau sedih. Tapi, ia akan menunjukkannya lewat dentingan piano yang ia mainkan." Jelasnya lagi.

Wanita pemilik kedai itu mengerutkan alisnya dan memiringkan kepalanya, "Ia akan mengekspresikannya lewat lagu."

Bibi Jung tersenyum mendengarnya, "Kau tahu banyak tentangnya dan mungkin hanya kau yang tahu."

Love Blossom | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang