28

2.7K 367 121
                                    

Part 28
Hm.

Air mata itu jatuh begitu saja, beriringan dengan senyuman yang perlahan terukir tipis di wajah gadis itu

"Pertama. Buat keputusan kau memilih untuk berhenti"

° ° °

Sinb menghela nafas berat. Ia memejamkan mata untuk beberapa saat. Kemudian membuka lagi secara perlahan

Sinb menipiskan bibir. Entah kenapa tertegun merasa gugup. Dengan hati-hati ia bangkit dan beranjak. Berjalan menghampiri meja Yeri di depan

"Yeri-ya" panggilnya berusaha tenang. Nada bicara terkesan tegas sengaja dibuat-buat olehnya

Yeri menoleh dan mendongak. Dengan alis terangkat, gadis itu tak merespon lebih banyak. Segera mengalihkan wajah kembali merunduk membaca buku.

Sinb menggigit bibir, tangannya sudah terkepal dibawah. Ia menghela nafas sekali lagi. Masih berusaha tenang agar tak terpancing emosi seperti sebelumnya

"Mianhae" ujar Sinb membesarkan suara. Membuat Yeri melebarkan mata samar agak terkejut. Walau berikutnya memasang ekspresi dingin seperti biasa

Sinb membasahi bibir sesaat sebelum melanjutkan, "Aku minta maaf atas semuanya. Semua yang terjadi di hari sebelum-sebelumnya" ujarnya agak ragu. "Aku yang salah dan tidak sepantasnya kau begitu terhadap yang lain"

Yeri meneguk saliva diam-diam. Dengan bertingkah sok tenang, ia memperbaiki posisi. Agak berdehem mencoba untuk tak mempedulikan Sinb.

Sinb jadi meremas rok. Dengan mata mulai meredup ketika kejadian tadi pagi terulang. Seakan menghantui pendengarannya

"Yeri-ya jebal" ujar Sinb jadi lirih. Sinb mendenguskan hidung mencoba menguasai diri, "Berbaikanlah dengan Dahyun dan Nayeon" sambungnya meyakinkan.

Yeri jadi tersentak. Menoleh dengan delikan samar karena terkejut. Walau berikutnya langsung berdiri. Ingin beranjak pergi jika saja Sinb tak melanjutkan

"Aku berhenti"

Yeri tersentak jadi terhenti. Ia melirik belakang dengan nafas agak tertahan. Kemudian menoleh sepenuhnya memandang Sinb yang masih pada posisi yang sama. Menatapnya lurus dengan mata meredup

"Mwoya?" Ujar Yeri terdengar dingin. Menambahkan kekehan sinisnya. Sedikit menaikkan dagu menatap Sinb tajam. "Kau sekarang malah jadi terlihat menyedihkan"

Sinb diam merapatkan bibir. Ingin rasanya ia menggubris itu. Ingin rasanya ia segera menjambak rambut Yeri jika saja egonya itu lebih ia pentingkan.

Namun Sinb tetap Sinb. Seseorang yang bukan mengajukan perkelahian tanpa alasan. Tak terkecuali untuk  Eunha sekalipun. Tentu ia memiliki alasannya. Hanya saja ia tak ingin memberitahunya.

"Dahyun dan Nayeon" ujarnya meneggakkan kepala, "apa kau tidak merasa jika mereka selama ini masih mengekorimu? Mereka..." Sinb terhenti, mengepalkan tangan dengan helaan nafas. "Mereka masih ingin bersamamu"

Yeri mengangkat alis. Dengan tenang mengubah posisi menjadi lebih dekat, "Lalu? Apa masalahnya denganmu?" Ujarnya dengan wajah tertekuk. Terkesan dingin disana. "Kau di buang?"

Deg!

Nafas Sinb tertahan begitu saja. Tangannya sudah bergetar menahan emosi. Masih mencoba untuk menahan diri. Sinb menghela nafas mencba bersikap tenang, kemudian membasahi bibir sebelum kembali berkata

"Kau hanya membenciku. Jadi berhentilah. Berhentilah berpura-pura kau tak membutuhkan mereka" ujar Sinb hampir terbawa emosi. Ia merapatkan bibir mencoba menahan diri

Breathless | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang