10 - Sebuah Kecelakaan Bus

3.6K 440 101
                                    

Part 10
Sebuah Kecelakaan Bus


Jungkook menurunkan tangan kirinya. Ia memperat pelukannya di tubuh Sinb yang sudah bergemetar itu. Membiarkan Sinb menangis di dekapan tubuhnya

"Menangislah. Menangislah sekencang-kencangnya jika ini mengurangi rasa sakitmu Sinb-ah"

***

Sinb memejamkan matanya dalam-dalam. Kepalanya tertunduk begitu lemas di antara kedua bahunya. Sementara itu, kedua telapak tangan yang masih bergemetar ia taruh di lututnya.

Sinb sendiri kini tengah duduk di bangku yang terletak di koridor ini. Ya, koridor yang kinin dilalulalangi oleh banyak orang. Di koridor ini, banyak pintu kokoh berwarna putih yang terpasang di setiap jarak beberapa meternya.

Rumah sakit. Di sinilah ia sekarang.

"Sinb"

Suara parau dan serak berhasil menerobos gendang telinga Sinb dan membuatnya mau tak mau harus membuka mata. Memaksanya untuk melihat siapa pemilik suara yang memanggil namanya dengan rapuh. 

Tak perlu dielak lagi. Binaran air mata masih menghiasi manik mata Sinb. Keadaannya saat ini kacau balau semenjak pihak rumah sakit menelponnya begitu mendadak siang tadi.

Sinb mendongakkan kepalanya. Mencoba melihat si 'pemanggil' itu.

Air mata Sinb jatuh begitu saja kala melihat orang itu. Ia mengulum bibirnya. Dengan segera bangkit dari duduknya setelah diam mematung untuk beberapa detik. Bibirnya dan tangannya masih bergemetar, sama seperti sebelumnya.

"Ibu" serunya serak. Menghambur ke orang yang dipanggil ibu olehnya. Memeluk wanita yang lebih tua darinya dengan erat. Air matanya bercucuran keluar. Membasahi baju wanita yang lebih tua itu.

Wanita tua itu tak peduli berapa lama Sinb akan memeluknya. Ia mengelus surai rambut Sinb lembut. Disana ia terlihat terisak sama seperti Sinb sebelumnya. Namun Sinb tak bisa lagi seperti itu. Ia tak cukup kuat untuk mendengar berita yang baru ia dengar. Tangisannya pun menjadi-jadi. Tak peduli sekencang apa itu.

Sinb sebenarnya bukan wanita tangguh seperti saat ia berada di lingkungan sekolah. Sinb hanya gadis rapuh yang tidak bisa berkutik apa-apa jika sudah menyangkut keluarganya. Sinb begitu menyukai dan mencintai keluarganya lebih dari apa pun. Baginya keluarga adalah rumah, rumah satu-satunya yang paling mewah dan nyaman yang tak akan bisa ia temukan di mana pun. Sinb merasa paling aman berada dalam rumah itu, ia merasa dirinya dilindungi dengan sangat baik dalam rumah itu.

Namun, berita pahit siang tadi berhasil membuatnya hancur berkeping-keping. Berhasil membuat gadis rapuh itu kini makin tak berdaya karena rumah satu-satunya perlahan kembali dibuat hancur. Sudah bertahun-tahun Sinb berhasil merelakan kepergian ibu dan ayahnya, dan Sinb kini memohon, tolong jangan ambil kakaknya. Ia satu-satunya keluarga paling berharga yang Sinb punya.

Jungkook dari kejauhan memandang iba. Ia sedang membawa tentengan kantong plastik di sana. Namun, setelah beberapa menit ia merunduk, ia memutuskan berjalan mendekat. Hingga akhirnya berdiri di belakang wanita tua itu. Diam terpaku di sana. Mendengar tangisan dari kedua wanita di depannya hanya membuatnya menundukkan kepalanya perlahan.

"Jeogiyo"

Jungkook menoleh. Tahu ada yang memanggilnya. Jungkook membungkukkan sedikit tubuhnya kala melihat orang itu. Menatap perempuan bermasker hijau yang membawa papan dan kertas yang terjepit di papan itu

Breathless | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang