Part 48
Semua itu Ada Durasinya
Sinb hanya menggeleng samar. Ia menunduk, menyembunyikan wajahnya dalam-dalam. "Aku tidak tahu harus bagaimana, " katanya lirih.
Taehyung menipiskan bibir. Begitu saja pemuda itu menarik Sinb ke dalam dekapannya, memeluknya dengan erat. Ia bisa tahu bagaimana hancurnya Sinb saat ini. Karena ia juga tahu, bagaimana gadis itu mencintai Jungkook melebihi diri sendiri dan bagaimana Jungkook selalu menjadi bayang-bayang dalam pikiran gadis itu di setiap detik yang dilewatinya.
Mungkin Jungkook sudah menjadi hal yang terlalu berharga untuk dilepaskan bagi gadis itu. Meskipun gadis itu sendiri tahu, tidak ada satu hal berharga pun yang diberikan Jungkook kepadanya. Dan kini, ia hanya mampu menjatuhkan kembali air matanya dalam kehangatan yang diciptakan Taehyung, tanpa kata dan tanpa sebuah alasan.
***
"Kau merasa jauh lebih lega sekarang?"
Taehyung datang, dengan dua botol minuman di tangannya, lalu menyodorkannya pada Sinb. Sejenak gadis itu tersenyum dan menerimanya.
"Sepertinya dan terima kasih atas minumannya," kata gadis itu pelan, tidak mengindahi pertanyaan Taehyung barusan.
Mungkin, sudah hampir dua puluh menit Sinb habiskan waktunya hanya untuk menangis tersedu-sedu. Menangisi hal yang bahkan tak perlu ia tangisi. Siapa pun juga tahu, tak ada yang perlu diperjuangkan dan disesali sama sekali di antara perpisahan yang terjadi pada hubungan gadis itu dengan Jungkook. Sudah semestinya gadis itu tersenyum bangga, karena pada akhirnya ia mampu melepasnya, meskipun hatinya harus hancur. Karena bagaimana pun juga di suatu saat nanti, hati yang telanjur hancur itu akan bisa kembali utuh jika diisi oleh orang yang tepat. Sinb hanya perlu menunggu, sampai takdir menentukan kemana hatinya akan pergi dan bersinggah.
"Minum dulu," kata Taehyung memandangi Sinb yang malah merunduk menatap botol di tangannya dengan tatapan kosong. Pemuda itu melangkah, lalu mendudukkan dirinya di sebelah Sinb.
Bukannya menurut, Sinb malah menoleh dengan dahi berkenyit, "Kau tidak ada kelas?" tanyanya.
Taehyung sejenak menarik garis bibir, tersenyum. Kemudian menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Kau tidak tahu bagaimana kehidupan anak kelas tiga? Guru-guru lebih sering meninggalkan kelas dan membiarkan kami belajar sendiri. " katanya. Sinb mengangguk-angguk mengerti. "Kau sendiri?"
"Aku? Karena sepuluh menit lagi bel berbunyi, tentunya aku harus masuk kelas." jawabnya setelah sesaat melirik jam di tangannya.
Pemuda itu jadi menipiskan bibir, lalu menatap gadis itu sepenuhnya. "Kau sungguh sudah menjadi jauh lebih baik?" tanyanya memastikan. Dan detik berikutnya, ia dapat melihat bagaimana Sinb mengatupkan bibir dan menganggukkan kepala sedikit ragu.
"Aku sudah bilang kan? Kau tadi sudah memberiku nasehat-nasehat kecil, dan itu membuatku merasa lega mendengarnya." jawab Sinb.
Pemuda itu kembali bergeming. Kini netranya hanya fokus memandangi gadis itu untuk memastikan bahwa ia benar-benar baik-baik saja sekarang. Dan seberapa lama pun mencoba membaca dari raut wajahnya saat ini, semua orang akan tahu bahwa Sinb tidak sedang baik-baik saja. Di balik sorot mata berseri dan senyum palsunya, ia bisa melihat gadis itu masih terlalu rapuh untuk berdiri sendiri.
"Kau tahu?" Taehyung mendadak berbicara, membuat gadis itu menoleh, "Setiap orang setidaknya pernah mengalami jatuh hati pada seseorang begitu tulus dan mendalam. Atau biasa kita ketahui sebagai cinta pertama, cinta yang tidak akan pernah mudah untuk dihapus dari ingatan kita seberapa keras pun kita mencoba melupakannya." Taehyung diam sejenak, hanya untuk melihat gadis itu tertegun menatapnya serius, menunggu kelanjutan kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathless | ✔
Fiksi Penggemar#224 IN FANFICTION (14/06/17) #1 IN SINKOOK #3 IN JEONJUNGKOOK [Update based on mood] [SEMUA TULISAN HANYALAH FIKSI, TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN DUNIA NYATA] Sinb dan Jungkook. Ya, mereka yang telah bertunangan tak ada perubahan sikap sama sekali. Sinb...