Chapter 1 - That Guy

461 28 4
                                    


Chapter 1 - That Guy

Georgia Davis

Sorry, Vio
Minggu ini sama saja
Orang-orang bokap masih engga bisa nemuin dia

Violetta Anderson menatap pesan itu dengan raut kecewa. Kabar yang sama lagi, yang tak pernah berubah sejak setengah tahun lamanya.

Dia lalu mengirim pesan balasan pada Georgia.

Violetta Anderson

Gapapa, Gigi
Thanks
Tolong bilangin juga ke Oom Jeremy, thanks udah mau bantu

Setelah mengirimkan pesannya, Violetta menaruh handphone-nya di atas meja belajar. Sekilas, dia melihat foto yang ada di dalam frame. Sebuah foto keluarga.

Kapan lo balik?

Pertanyaan yang hanya bisa dia tanyakan dalam batinnya.

Violetta memejamkan matanya sebentar, dia ingin bersantai sebentar sebelum mandi. Tepatnya, dia masih belum ikhlas untuk bersiap-siap pergi ke kampus.

Lima menit berlalu, dia pun melirik jam di atas meja belajar. Jam setengah tujuh. Saatnya bersiap.

Berhubung dia bukan tipe cewek yang suka make up di kampus, hanya memakan waktu 45 menit untuk selesai. Dia menggerai rambut jet black-nya yang daritadi dijedai, biar bergelombang dikit enggak terlalu lepek.

Violetta baru saja mau berangkat pas-pasan, saat motor yang biasa dia bawa ke kampus tidak bisa dinyalakan.

Ini motor kenapa, lagi? Batinnya. Dia masih mencoba menyalakannya, saat matanya melihat jarum status bensin berada di E.

Oh, sial. Dia lupa mengisi bensin kemarin! Dalam situasi seperti ini, biasanya dia akan nebeng papanya. Tapi kedua orang tuanya pergi ke Malang dari kemarin sampai minggu depan. Gawat. Pesan ojek jam segini pun sepertinya akan lama.

"Bensin lo abis, Vio?" suara dari belakang itu membuat Violetta, yang kerap dipanggil 'Vio' langsung menoleh ke belakang.

"Adam!" panggilnya senang.

Adam Miller adalah tetangga sekaligus teman sepermainan Vio. Dulu, mereka tidak terpisahkan. Dari TK sampai SMA, mereka sekolah di sekolah yang sama.

Namun, Adam memilih jurusan teknik mesin saat kuliah. Sedangkan Vio mengambil jurusan ekonomi. Mereka pun berpisah karena beda kampus tujuan. Jurusan teknik mesin tidak ada di kampus pilihan Vio, begitu juga sebaliknya karena Adam memilih kampus yang unggul di bidangnya.

Vio dan Adam sudah lama tidak berhubungan lagi karena Adam negkost dekat kampusnya.

"Mau nebeng?" tawar Adam.

Karena sejak kecil mereka bersama, Adam jadi bisa membaca wajah Vio.

"Pastinya," jawab Vio tanpa segan, lalu naik ke motor sport Adam. Adam tersenyum di balik helmnya, memudian mulai melajukan motornya.

"Kok tumben pulang?" tanya Vio saat mereka dalam perjalanan.

"Enggak betah ngekost, jadi enggak perpanjang kost lagi. Mulai sekarang mau pulang pergi aja," balas Adam.

AndersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang