Chapter 3 - A Day In Kota Tua

269 18 7
                                    


Chapter 3 - A Day In Kota Tua

Tidak biasanya Violetta Anderson bangun sebelum jam delapan pagi. Namun hari ini, jam enam pagi dia sudah bangun dan bersiap-siap untuk pergi.

Rencananya, dia akan berangkat bersama Luke, Ashley, dan Arthur diantar oleh sopirnya Arthur. Lalu nanti begitu sampai di Kota Tua, baru mereka berpencar untuk wawancara.

Vio sudah siap, tinggal menunggu mobil Arthur datang. Tak lama kemudian, mobil Mercedes Benz Mayback S-class berwarna hitam bertengger di depan rumahnya. Itu mobil Arthur.

"Hey, Vio!" sapa Arthur yang duduk di sebelah sopir begitu Vio masuk ke dalam mobil. Vio tersenyum pada Arthur. Pintu mobilnya ditutup kembali oleh sopirnya Arthur--yang tadi juga membukakan pintu.

Di dalam mobil, sudah ada Ashley dan Luke yang dijemput lebih dulu berhubung rumah mereka lebih jauh. Vio menatap sebentar Luke yang sedang memangku laptop dengan headset terpasang di telinganya, dia juga melihat Ashley sibuk ngaca memakai kamera depan. Hanya Arthur yang berada di dunia nyata, menatap kaca depan.

Sekitar setengah jam perjalanan tanpa ada yang membuka suara karena sibuk sendiri, mereka pun sampai.

"Lo berdua ke arah kanan yang deket museum seni rupa dan keramik, gue sama Ashley di deket tempat jualan makan. Oke?" ujar Arthur meminta persetujuan sebagai ketua kelompok. Sisanya mengangguk mengiyakan, mereka lalu berpencar.

Luke jalan duluan ke arah tempat mereka, sementara Vio mengikutinya dari belakang. Saat berjalan, Vio melihat dua orang asing yang sedang melihat-lihat Museum Sejarah Jakarta. Dia ingin mengajak Luke untuk mewawancarai mereka.

"Luke!"

Luke masih tidak menyahut.

"Lucas Reihn!"

"Kak Lucas!"

Vio baru saja menepuk pundak Luke saat Luke berbalik dan menepis tangannya. Wajah Luke nampak seperti terkejut sendiri, begitu juga Vio. Malah harusnya Vio yang terkejut.

"Ah, sorry. Kenapa?" tanya Luke salah tingkah.

"Itu." Vio menunjuk dua orang asing tadi yang sekarang sudah duduk di depan Museum Sejarah Jakarta.

Luke mengangguk mengerti, lalu mereka menghampiri keduanya untuk nugas.

"So are you lovers?" tanya pria asing yang bernama George, orang pertama yang mereka wawancarai di depan Museum Sejarah Jakarta.

"No, we are not!" balas Vio langsung.

George dan istrinya tertawa. Vio lumayan bersyukur mereka berdua langsung mau diwawancarai, Vio juga have fun berbincang dengan George yang sangat open minded. Mereka berasal dari Inggris dan merupakan warga yang tidak mendukung Brexit. Luke bahkan sempat becanda tentang Theresa May.

"Young handsome man and a beautiful young lady. You can make a great couple. Why not take the chance, young'uns?"

"Because we have our own lovers, George," balas Luke sambil tersenyum. Vio bersyukur Luke bisa mengatasi situasi dengan baik.

Eh tunggu, Luke Reihn punya pacar? Dia belum pernah mendengar tentang itu.

"Gue enggak pernah denger lo punya cewek," komentar Vio saat mereka sudah pamit dengan suami-istri itu. Vio ingin berusaha mencari topik percakapan dengan Luke Reihn. Dia ingin tahu tentang Luke Reihn lebih dalam lagi.

"Emang ga punya," balas Luke. "Biar cepet kelar aja," lanjutnya. Terkesan dingin bila dibandingkan dengan saat mereka bercakap dengan dua orang tadi.

AndersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang