Chapter 16 - Memories
"Karena gue anak tunggal, gue enggak ngerti gimana rasanya punya saudara dan ngebayangin kehilangan saudara. Gue juga enggak kenal Veronica dan enggak tau wataknya gimana," ujar Georgia kemarin malam. "Tapi dari cerita lo, gue tahu Vero pasti udah tenang di sana. Dia enggak nyalahin siapa-siapa. Kalau dia nyalahin lo karena lo sakit ginjal waktu itu, enggak mungkin, kan, dia datengin lo pas malemnya? Jangan nyalahin diri lo sendiri, Vi. Kalau lo nyalahin diri lo sendiri, bukannya adek lo malah bakal sedih?"
Nasihat Georgia kemarin malam masih terngiang di kepalanya meski sekarang sudah siang dan dia sudah menghabiskan dua buku di perpustakaan sementara Georgianya kencan bersama Jacob.
Georgia benar. Tapi Violetta masih ragu. Yakin kalau dia akan menangis jika memikirkannya lebih jauh, Vio mencoba untuk fokus pada buku ketiga yang sedang dia baca.
"Sebelah lo kosong?" tanya seseorang yang suaranya sangat dikenal oleh Vio. Vio menoleh. Benar saja. Tadi suara Luke Reihn. Luke Reihn berdiri di samping belakangnya sambil menenteng beberapa buku tebal--buku bisnis.
Violetta kemudian mengangguk dan Luke langsung duduk di sebelahnya.
Mereka sibuk dengan buku masing-masing. Tidak ada yang berbicara sampai tiba-tiba rasa penasaran Violetta akan apa saja yang dilakukan Veronica dan seperti apakah dia setelah dia pergi dari rumah muncul.
"Luke," panggil Violetta walau sedikit ragu. Luke sontak menoleh dan menaikkan alisnya. "Keberatan kalau gue tanya soal Veronica?"
Luke terdiam cukup lama sebelum akhirnya menjawab. "Tanya aja," jawab Luke.
"Waktu sama lo, dia kayak gimana?"
"Kayak gimana ya..." Luke seolah memikirkan jawaban seperti apa yang harus dia berikan. "Urat malunya udah putus, tomboy tapi home youtube-nya tutorial make up semua, keras kepala, enggak mau kalah?"
Mendengar jawaban serba negatif dari Luke, Vio tanpa sadar tersenyum. Memang sih, tidak ada yang berubah dari sikap Vero. Apa yang Luke sebutkan memang benar-benar Vero.
"Dia pernah ngelakuin hal apa sampai lo bilang urat malunya putus?" tanya Vio. Dia kira Vero akan menjaga image. Tapi, memang mustahil seorang Veronica Anderson untuk menjaga image.
"Banyak. Kalau istirahat, dia sering banget jadi tontonan di kantin terutama sama temennya yang namanya Aldi. Bisa tiba-tiba gelar konser dadakan, sampai bikin drama di kantin," cerita Luke dengan semangat. Dia mengingat momen-momen menyenangkan itu. "Terus dia juga pernah mewek di kelas pas tengah pelajaran gara-gara nonton drama korea, sampai foto nangisnya jadi meme di grup angkatan. Tapi dia malah kesenengan enggak marah sama sekali, terus jadi promosiin drama korea yang dia tonton sampai seantero sekolah jadi nonton juga dan kasih testimoni kalau mereka juga nangis."
"Di sekolah lo, dia banyak temennya?"
Luke mengangguk. "Waktu pemakamannya, hampir semua anak seangkatan dia dateng. Lebih dari setengah angkatan gue juga dateng. Ada mantan senior gue dan juniornya Vero juga dateng. Rame banget. Vero terkenal di semua angkatan. Vero emang cuman bisa sekolah dari semester dua kelas sepuluh sampai semester dua kelas sebelas, tapi dalam setahun, dia bisa bikin semua anak angkatan dan senior suka sama dia. Bukan cuman itu, junior yang baru setengah tahun kenal sama dia juga suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anderson
Romance"Kenapa sih, kayaknya lo kesel banget sama gue? Emang pernah ada masalah di antara kita?" "Gue emang kesel sama lo, dan lo enggak perlu tau mengapa." Ini cerita tentang seorang Violetta Anderson 'si gadis cantik low-profile' dan Luke Reihn 'si baik...