Suara tepuk tangan siswa siswi SMA GARUDA MERDEKA memenuhi lapangan basket yang saat ini diadakan pertandingan persahabatan dengan SMA sebelah, bukan tanpa alasan mereka semua berkumpul dilapangan basket terutama para siswi yang sejak tadi menyoraki Alfa, ketua tim basket yang saat ini sedang berlaga di tengah lapangan
"woooooo ALFA ALFA ALFA..."
"semangat Alfa"
"Ayo semangat" begitulah kira-kira teriakan-teriakan yang diberikan kepada Alfa untuk memberinya semangat. Tidak heran jika banyak yang meng idolakan Alfa, karena Alfa memang termasuk salah satu cogan dan juga most wanted di sekolah SMAGAM. Parasnya yang rupawan dan juga kemampuannya dalam bermain basket yang memang tidak diragukan lagi membuatnya memiliki banyak fans
" Alfa.....wouuuu semangat" teriak Rara yang juga tak mau kala dengan siswi yang lain, Ranisa Adreena atau yang biasa di panggil Rara memang sudah sejak kelas sepuluh meng idolakan Alfa, jadi ia tak pernah ketinggalan dalam setiap pertandingan Alfa
sedangkan Masya Kalina Kahlil yang duduk di sebelahnya sudah tak tahan dengan teriakan teman-temanya, berbeda dengan Meyra Rubella yang hanya diam menyaksikan pertandingan.
Masya memang tidak berniat untuk menonton pertandingan ini, karena dia memang tidak terlalu suka basket dan dia juga tidak mengerti dengan cara mainnya, yang ia tau pemain harus berebut bola dan memasukannya kedalam ring lawan, dan jika bola masuk ke dalam ring maka akan mendapat point, hanya itu saja selebihnya ia tidak tau sama sekali.
Jika bukan karena Rara yang memaksanya ikut menonton pertandingan ia akan lebih senang duduk di kantin dengan menyantap nasi goreng dan susu coklat kesukaannya dari pada teriak-teriak bikin haus dan juga capek.
Sedangkan Meyra, dia hanya ikut-ikutan karena Meyra orang yang paling sabar dan juga penurut diantara ketiganya, selalu jadi penengah saat mereka berbeda pendapat, meskipun terkadang sifat lemotnya sangat menjengkelkan dan membuat orang naik darah.
"Ra udahan yuk nontonnya, laper" ucap Masya sambil mengelus perutnya dan menampilkan wajah super memohonnya lengkap dengan puppy eyesnya, persis seperti anak kecil sedang merengek minta di belikan mainan baru
"Yah...Sya...nanggung nih lagi seru, lihat tuh Alfa keren baget" Rara terlihat sangat antusias dengan mata berbinar memandangi sang idola di tengah lapangan yang sedang mendribble bola
"Bentar lagi istirahat kelar" Masya melirik jam tangan yang melingkari tangannya kemudian berucap lagi "Sepuluh menit lagi"
"Yaudah deh lo kesana duluan aja, ntar gue nyusul kalo sempet, hehehe" Rara menoleh kesamping memperlihatkan cengiran khasnya
Masya ta'menghiraukan cengiran Rara dan menoleh kesampingnya dimana Meyra masih duduk diam menyaksikan pertandingan
"Mey lo masih mau disini apa ikut ke kantin?" Tanya Masya yang sudah berdiri dari tempatnya
"Emmm gue disini aja deh Sya mager nih bentar lagi juga selesai"
"Oke gue duluan ya....jangan pada ngerengek kayak bayi kalo ntar kalian pada laper" Rara dan Meyra masih asik menyaksikan pertandingan tanpa memperdulikan ucapan Masya.
Masya segera berlalu menuju kantin yang memang melewati lorong kelas XI. Masya berhenti sejenak di depan kelas XI IPA 1 ketika matanya tak sengaja melihat seseorang yang sedang asik membaca buku di bangkunya tepat di depan meja guru. Masya tersenyum tipis menikmati pemandangan indah di dalam kelas, suasana kelas yang memang sepi hanya ada sekitar empat orang karena sebagian teman-temannya pergi ke lapangan basket untuk menyaksikan pertandingan atau sekedar pergi ke kantin untuk mengisi perut, membuat Masya lupa akan tujuan awalnya ke kantin.
Masya malah berlama-lama memandangi sosok cowok yang masih setia membaca buku sambil sesekali jari-jari lentinya membalik halaman buku dan memberikan entah tanda atau coretan dengan pulpen yang di pegangnya, dahinya terkadang berkerut menandakan mungkin ada sesuatu yang aneh atau membingungkannya, dan terkadang mengangguk-angguk sendiri pertanda dia sudah mengerti.
Masya masih terus memperhatikan cowok itu sambil membayangkan adegan film Cinderella, dimana ia yang menjadi Cinderella dan cowok itu yang menjadi pangeranya.
Sang pangeran datang menghampiri Cinderella yang baru turun dari kereta kencana dan menuntunnya sampai dilantai dansa hingga ia tak sadar bahwa orang yang sedari tadi di perhatikannya kini tepat berada di depannya memandangnya dengan tatapan aneh.
"Kenapa?" Tanya Agib, cowok yang sedari tadi di pandi Masya. Agib melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Masya sambil mangil namanya
Karena tak juga mendapatkan respon, Agib memberanikan diri menyentuh pundak Masya dan Masya seketika kaget bukan main sampai-sampai ia reflek memelintir tangan Agib yang baru saja memegang pundaknya
"Aduh, maaf maaf" ucap Masya yang baru kembali ke dunia nyata dan melakukan kesalahan dengan memelintir tangan Agib, ia sangat merasa bersalah dan tanpa sadar Masya mengambil tangan Agib yang tadi dipelintirnya dan mengusap-usapnya. Agib tersenyum memperhatikan tangan Masya yang masih mengusap tangannya
"Udah gak papa, gak sakit kok" ucap Agib menenangkan Masya, Agib tak sampai hati melihat ekspresi wajah bersalah Masya. Meski terlihat lucu karena pipinya yang cubby dan bibir mungilnya menjadi berkerut, tapi agib sekuat tenaga menahan tawanya.
"Beneran? Ntar kalo ada apa-apa gimana? Kita ke tukang pijet, tukang urut, atau kita ke rumah sakit dulu biar di rontgen yuk?" Ajak Masya yang sudah bersiap-siap mengandeng tangan Agib dan membawanya ke rumah sakit.
suara tawa Agib yang terdengar merdu menghentikan niat Masya, ia binggung, panik, dan juga terpesona. Binggung karena tiba-tiba Agib tertawa, panik karena tangan Agib yang bisa saja retak atau patah, dan juga terpesona karena suara tawa Agib.
Selama ini Masya hanya tau Agib yang terkenal murah senyum, tanpa pernah melihatnya tertawa ringan seperti ini. Setelah tawanya berehenti Agib langsung menatap Masya yang masih saja menatapnya tanpa kedip.
"Nama lo Masya kan?" Masya mengangguk pelan. Mengiyakan "gue gak apa-apa beneran deh gak usah sampek ke tukang pijet, tukang urut ataupun rumah sakit, nih liat gak papa kan?" Agib mencoba menggerak-gerakan tangannya yang memang tidak terasa sakit
Meskipun masih ada rasa bersalah, tapi Masya juga senang karena bisa melihat tawa Agib, selain itu juga ia bisa berlama-lama berbincang dengan Agib
"Lo mau kemana Sya? Mau nyari anak kelas gue?" tanya Agib heran karena melihat Masya yang dari tadi melihat ke dalam kelas sampai tak sadar Ada agib yang sudah berada di depannya
"Eh, itu mau ke kantin terus tadi gak sengaja liat cicak kejar-kejaran di kelas lo hehehe" jawab Masya asal-asalan.
"Bentar lagi masuk, lo mungkin gak sempet beli, mending makan aja Roti gue, sekalian nih sama susu coklat" ucap Agib sambil menyodorkan roti dan susu coklat yang sedari tadi ia pegang di tangan satunya
Karena masya ta' kunjung mengambilnya Agib lantas mengambil tangan Masya dan menaruh roti dan susu coklat ke tangan Masya " Udah makan aja, tadi gue sengaja beli double sekalian buat si bagus, eh tu anak udah makan bakso aja di kantin, gue juga udah makan ko' jadi ini buat lo aja"
" Makasih Gib, beneran ini buat gue aja?" tanyanya sekali lagi sambil melirik mata Agib karena merasa tidak enak sudah mau matahin tangan orang eh mala di kasi roti sama susu coklat
"Udah santai aja, masuk kelas gih udah bel juga"
"itu tangannya, beneran gak papa?" ucap Masya sambil sesekali melirik tangan Agib yang tadi di pelintirnya. Agib hanya tersenyum seolah mengisyaratkan bahwa ia benar benar baik-baik saja
"Yaudah gue ke kelas dulu, sekali lagi maaf dan makasih buat roti dan susu coklatnya"
Masya segera berlalu meninggalkan Agib yang masih memandagi kepergiannya dengan senyum yang masih menghiasi wajah tampannya
'Masya Masya lo lucu banget deh, jadi pengen nyubit pipi cubby lo' gumam Agib seraya berjalan masuk kedalam kelasnya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love (On Hold)
Teen FictionMasih seputar cerita cinta di SMA Masya cewek cantik dengan pipi cubby dan lesung pipi di pipi kirinya mengagumi Agib cowok tampan dengan senyum menawannya dan segudang prestasi miliknya Apakah perasaan Masya akan naik level menjadi rasa cinta atau...