# 02 Agib dan Senyuman

55 6 3
                                    

Senyum seolah tak mau hilang dari bibir mungil Masya, sehabis perbincangannya dengan Agib sampai pulang sekolah Masya masih saja tersenyu-senyum sendiri membuat kedua temannya kebingungan serta menatap aneh kearahnya

Rara melirik Meyra mencoba bertanya apa kiranya yang terjadi dengan teman mereka itu melalui tatapan matanya, Meyra yang juga tidak tau menahu hanya mengedikkan bahu.

"lo kenapasih dari tadi senyum-senyum sendiri sambil liatin tu roti ma susu coklat, kayak gak pernah liat aja, mending lo kasih gue deh biar gue makan dari pada lo liatin mulu gak kenyang kan malah bikin gue laper" Rara yang sudah tidak tahan dengan sikap Masya memberanikan diri bertanya

"ye... sirik aja lo, ni roti ma susu coklat gak bakal gue makan" ucap Masya masih dengan senyuman di bibirnya. Tangannya mulai memasukkan buku-buku pelajaran dan tak lupa roti serta susu coklatnya

"Emang kenapa gak mau lo makan Sya, mau lo awetin?" Rara yang mulai penasaran tak tahan untuk bertanya

"Roti ama susu coklat ini itu spesial, jadi mau gue simpen aja"

"Emang gak takut jamuran atau expired ya" gumam Meyra sambil mengusap-usap dagunya

"Spesial dari mananya? Perasaan sama aja kayak yang ada di kantin?" Meyra bertambah binggung dengan apa yang di ucapkan Masya, otak lemotnya tidak bisa memproses kata-kata Masya barusan.

"Segitu spesialnya sampek lo gak dengerin Pak Anom jelasin tadi, padahal biasanya lo semangat banget pas mapel Biologi"Rara sudah mulai lelah melihat Masya yang masih senyum-senyum tidak jelas

" Jelas sepesial, karena roti sama susu coklat ini dari Agib"Masya tersenyum malu-malu. Rara yang mendengar nama Agib langsung melotot tak percaya

"Agib? Gibran Rafif Fredly?" Rara memekik kencang sementara Meyra hanya ber 'Oh' ria sambil mangut-mangut, dan Mesya hanya mengangguk sekali dengan tersenyum malu-malu

"Wah pantes lo senyum-senyum dari tadi, gue kira lo kesambet setan kantin eh gak taunya di beliin roti sama susu coklat"

"Gimana ceritanya sampe' lo di beliin roti ma ni susu coklat?" Rara mulai antusias, radar keponya keluar

"Sebenernya gak dibeliin juga sih, cuma dikasih aja sama Agib" Ucap Masya sambil melanjutkan cerita 'Agib memberi Masya Roti dan susu coklat'

"Emang ya Agib itu, udah cakep, pinter, tajir, baik hati, murah senyum lagi"Meyra mendongakan kepalanya menerawang, membayangkan wajah Agib setelah mendengarkan cerita Masya.

Masya yang tak terima Meyra memuji-muji Agib hanya cemberut sambil mendesah pasrah, mau gimana pun semua yang Meyra bilang itu memang benar semua, Agib memang memiliki wajah tampan dan Cute, otaknya juga tidak bisa di remehkan karena dia merupakan salah satu siswa yang menyumbang piala dan mendali terbanyak di sekolah ini.

Sejak kelas sepuluh dia memang sering mengikuti Olimpiade dan selalu mendapatkan juara, entah juara satu, dua atau tiga. Agib juga anak yang sangat baik, dia selalu menolong orang-orang disekitarnya karena dia punya motto hidup 'Selagi kita bisa nolong, kenapa enggak'

Yang paling cewek-cewek sukai dari Agib adalah senyumannya. Manis rasa madu, sejuk rasa hujan di musim kemarau. Adem ngeliatnya dan sulit untuk dilewatkan begitu saja.

Untungnya Agib termasuk orang yang murah senyum. Meskipun banyak sifat baik dari Agib, tapi dia hanya punya satu teman dekat yaitu Bagus Rajendra, itupun karena mereka sudah berteman sejak masa kanak-kanak.

Bukannya tidak ada yang mau berteman dekat dengannya, hanya saja Agib terlalu tertutup mengenai masalah pribadinya, dan dilihat dari semua sifat baik Agib, banyak anak-anak yang segan dan menghormatinya membiarkan dia melakukan hal yang ia sukai toh juga tidak ada yang di rugikan juga.

Tak sedikit cewek-cewek yang juga meng idolakan Agib dan bermimpi menjadi pacarnya, tapi kebanyakan dari mereka hanya menyimpannya dalam hati dan terkadang membicarakannya sebagai bahan gosip.

Yah itulah sosok Gibran Rafif Fredly, cowok yang sudah sejak lama Masya kagumi. Selama ini ia hanya bisa mengaguminya dari jauh dan baru beberapa saat yang lalu ia bisa berbincang-bincang dengan Agib, plus dapat roti dan susu coklat.

"Sya...pulang yuk udah sepi nih" ucap Rara tak sabar

"Mey, gue boleh nebeng gak?" Ucap Masya sembari memperlihatkan senyum termanisnya

"Iya Sya...udah biasa juga, gak usah ngerasa gak enak gitu, lagian rumah kita juga searah kan. Emang pak Sukri kemana?" tanya meyra

"Biasa nganterin Bunda ke Bakery Shop, lagi banyak orderan kue katanya"

"ya udah yuk cepetan ntar macet"

"Ra kita duluan yah, lo ati-ati" Meyra melambaikan tangan pada Rara yang sudah mau memasuki mobilnya.

"iya memey sayang siiip" Rara masuk kedalam mobilnya dan segera menyalakan mesin mobilnya, menjalankannya menjauhi parkiran sekolah, sementara Meyra dan Masya sudah duduk di mobil meyra yang dikemudikan oleh Pak Juki.

Meyra memang tidak di perbolehkan membawa mobil sendiri, karena takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, maklum karena meyra merupakan anak tunggal. jadi dia di antar jemput oleh supir pribadinya, pak Juki. Sementara Masya harus berbagi mobil dan supir dengan mamanya

Selama perjalanan tak banyak yang Masya dan Meyra bicarakan mereka hanya menikmati pemandangan dari luar jendela mobil karena jalanan juga tidak terlalu macet.

My Love (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang