Masya masih menatap tak percaya pada laki-laki yang masih tersenyum manis dihadapannya.
Ada pertanyaan yang masih tak bisa Masya mengerti sampai saat ini kenapa akhir-akhir ini Agib selalu muncul saat Masya memikirkannya, apa mungkin Agib bisa tau jika Masya sedang memikirkannya atau Agib sengaja mengikutinya
Rasanya tak mungkin jika Agib sampai mengikutinya, bukannya Agib masih punya pekerjaan yang jauh lebih penting, tapi cukup aneh jika Agib selalu muncul saat Masya mulai memikirkannya.
"Sya, kok malah bengong ada pelanggan tuh" Bunda menyenggol lengan Masya pelan saat Masya tak juga menanggapi ucapan Agib karna terlalu asik menerka-nerka.
"Eh, i-iya Bun" Masya segera menghitung harga Cake yang Agib beli. Meski tangannya sedikit gemetar karna salah tingkah tapi Masya tetap mengerjakan pekerjaannya dengan benar.
Agib dengan sabar menunggu Masya sementara Bunda masih berdiri di dekat Masya mengamati laki-laki yang masih memakai seragam sekolah, seragam yang sama seperti milik Masya hanya saja Masya sudah mengganti bajunya sebelum mulai bertugas tadi.
"Kamu sekolah di SMAGAM ya?" tanya Bunda yang sudah penasaran
Agib tersenyum ramah lantas menganguk "Iya tan"
"Wah, kenal sama Masya juga?" tanya Bunda semakin bersemangat matanya sudah berbinar ceria apalagi saat Agib mengangguk dan meng-iyakan sekali lagi.
"Masya kalau di sekolah bagaimana?" Bunda masih terus saja bertanya seperti wartawan di kejar berita sementara Agib masih sabar menanggapi pertanyaan Bunda dengan senyuman.
"Bun, Agib udah mau pulang"
Masya menyerahkan cake yang Agib beli serta mencoba membantu Agib lolos dari sesi wawancara dadakan yang di adakan Bundanya, jika tidak Bundanya mungkin baru akan selesai sampai nanti malam."Hus, Bunda masih mau kenalan sama temen kamu" bukannya berhenti bunda malah menggerutu sebal kearah Masya sedetik kemudian kembali memasang senyum termanisnya ketika melihat Agib yang masih berdiri di tempatnya.
"Jadi nama Mas ganteng ini Agib?"
"Iya tante"
Masya mendengus sebal sambil mendumel, Bundanya tau saja ada cowok bening di depannya pake segala bilang Mas ganteng.
Bunda mangut-manggut kemudian terpekik kaget bercampur rasa senang dan kagum secara bersamaan ketika otaknya tiba-tiba mengingat sesuatu yang dari tadi ia pikirkan, terlihat dari raut wajah bunda yang berseri-seri seperti mendapat diskon 70% di tanggal tua.
"Kamu Agib yang sering dapat juara dan langganan peringkat satu se angkatan itu?" todong Bunda dengan takjub
Agib yang dari tadi menanggapi dengan senyum ramah sekarang mulai kikuk apalagi sekarang Bunda tampak lebih semangat lagi untuk menahan Agib di tokonya.
Agib melirik jam tangan di pergelangan tangannya kemudian melirik Masya yang masih berdiri di belakang meja kasir. Berharap Masya akan menolongnya pergi dari Bundanya. Bukan apa-apa Agib hanya tidak mau Mamanya menunggu cake pesanannya terlalu lama di rumah. Sejak bel istirahat tadi Mamanya sudah mewanti-wanti Agib untuk membelikannya cake yang sudah menjadi Favorit Mamanya itu.
"Bun" panggil Masya memohon.
"Apa sih Sya, kamu tuh seharusnya bisa mencontoh Agib udah pinter, baik, sopan, ganteng lagi" puji Bunda
Bukannya menolong Agib sekarang malah Masya sendiri yang kena ceramah. Masya mendengus, tidak habis fikir dengan kelakuan Bundanya. Bisa malu dia bertemu Agib nantinya.
"Nak Agib mau gak kalau Bunda minta buat ngajarin Masya, dia itu sebenernya pinter tapi suka malas kalau di suru belajar ada aja alesannya Bunda udah capek bilangin, dia mau belajar kalau inget aja ada ulangan"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love (On Hold)
Teen FictionMasih seputar cerita cinta di SMA Masya cewek cantik dengan pipi cubby dan lesung pipi di pipi kirinya mengagumi Agib cowok tampan dengan senyum menawannya dan segudang prestasi miliknya Apakah perasaan Masya akan naik level menjadi rasa cinta atau...