Seharian ini Masya terlihat gusar karena ia belum juga menemukan surat yang ia tulis untuk Agib
Masya tak bisa konsen mengikuti pelajaran, ia juga melupakan pesan Agib untuk makan pada jam isirahat ke dua.
Sedari tadi yang Masya lakukan hanyalah duduk di tempatnya sambil menggerak-gerakan kakinya dan menggigiti pulpen di tangannya, fikirannya sudah melayang kemana-mana.
Sementara Meyra yang duduk di sampingnya tengah asik membaca novel romance sambil senyum-senyum sendiri.
"Gak ada yang mau laporan nih?" Rara melihat ke arah Masya lalu Meyra, keduanya tak ada yang menanggapi ucapan Rara.
"Sya lo kenapasih dari tadi gelisah mulu, ada masalah?" sudah dari tadi Rara memperhatikan tingkah laku Masya yang tidak seperti biasanya membuatnya tak tahan untuk bertanya.
"Gue pengen cerita tapi gak bisa di sini"
Meyra meletakkan novel yang di bacanya dan menoleh ke arah Masya, mulai tertarik dengan percakapan kedua temannya "Ya udah, gimana kalo nanti pulang sekolah ke rumah gue aja? gimana?"
"Setuju" Rara menjentikan jarinya menyetujui usul Meyra.
"Ok fix, sekarang kita laporan dulu" Rara menarik tangan Masya dan Meyra agar berdiri mengikutinya
Mereka bertiga berjalan menuju musholla yang ada di sebelah Aula, yah mereka akan memenuhi panggilan dari sang pencipta alias menunaikan sholat.
"Mending sekarang lo wudhu biar tenang, minta petunjuk sama yang di atas" Rara sudah mulai ceramah ala-ala mama Dedeh. Meskipun Rara suka teriak-teriak dan suka semaunya sendiri tapi dia tidak pernah absen untuk sholat, bahkan seringkali Rara yang mengingatkan dan mengajak mereka berdua sholat.
"Iya, bawel lo ah" Masya melalukan perintah Rara meski dengan bibir manyun dan ogah-ogahan.
Meyra, Rara dan Masya segera mengambil wudhu dan menunaikan kewajiban mereka.
Usai solat mereka bertiga kembali ke kelas tak ada yang ke kantin karena pelajaran selanjutnya adalah kimia.
Minggu lalu bu Yayuk guru Kimia mereka meminta mereka menghafal unsur periodik dan Masya sampai sekarang belum juga bisa menghafalnya.
***
Agib berjalan menuju kelasnya setelah izin ke kamar mandi, dari kejauhan ia bisa melihat Masya berdiri di depan kelasnya sambil membawa buku dan mulutnya tidak berhenti berkomat-kamit, terlihat serius sekali.
Masya di hukum berdiri di depan kelas sambil menghafal unsur periodik di buku kimia miliknya.
Agib tersenyum berniat menghampiri Masya, mendadak ia menghentikan langkahnya ketika ia melihat Alfa sudah berdiri lebih dulu di sebelah Masya
"Hai Sya" Masya tak menyahut membuat Alfa melihat ke arah buku yang Masya pegang, kepalanya ia condongkan hingga berjarak cukup dekat dengan wajah Masya.
"Apaan sih Fa?" Masya mendorong wajah Alfa menjauhinya karena terkejut dengan wajah Alfa yang terlalu dekat dengannya.
"Aduh Sya sakit tau, lo salting ya?" Alfa mengusap-usap pipinya pelan dengan tangan kirinya sedangkan tangan satunya menunjuk pipi Masya yang sudah memerah.
"Ih enggak ya, lagian ngapain sih lo di sini ganggu aja, Ini masih jam pelajaran tau"
"Iya tau, ntar pulang bareng ya"
"Gak bisa gue udah ada janji mau ke rumah Meyra" Masya bersyukur karena ia tak harus pulang bersama Alfa, Masya tak ingin Rara bersedih lagi karenanya.
Sebenarnya Masya juga sedikit heran dengan sikap Alfa akhir-akhir ini, Masya dan Alfa memang pernah satu kelas saat kelas X, hanya saja sikap Alfa dulu sama seperti sikapnya pada teman-teman yang lainnya, tidak pernah sekalipun Alfa mengajaknya pulang bersama. Tapi melihat sikap Alfa yang sekarang, Masya merasa Alfa sedang mendekatinya.
Bukannya mau Ge-er atau ke PDan tapi memang sikap Alfa sangat kentara sekali dan itu membuat Masya tak nyaman.
"Ok gak papa, tapi ntar malem gue jemput gak ada penolakan"
Alfa melambaikan tangannya sambil berjalan menjauhi Masya, ia melirik Agib sekilas, ia tau Agib masih berdiri di tempatnya memerhatikan interaksi Masya dengannya.
***
Agib duduk di bangku semen gazabo belakang sekolah, menikmati angin sepoi di tengah kemelutnya fikiran dan hatinya.
Ada tiga tempat yang Agib sukai di sekolahnya itu, perpus, Lab IPA dan juga taman belakang sekolah
Taman di belakang sekolah tak terlalu luas, hanya ada beberapa bunga yang memang sengaja di tanam juga rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitarnya.
Di pojok belakang dekat tembok pembatas sekolah, tumbuh pohon mangga yang jika sudah musim mangga buahnya selalu habis di petik anak-anak SMAGAM.
Di tengah-tengah taman terdapat gazebo dengan tiga kursi semen dan satu meja di tengah.
Tak banyak orang yang suka ke taman belakang sekolah, kebanyakan alasannya karena jaraknya yang lumayan jauh dari kelas-kelas, juga taman yang kurang terurus. Hanya pada musim mangga saja taman ini akan ramai di datangi.
Agib masih menikmati hembusan angin yang sesekali membelai wajah tampannya dan juga memainkan rambut di sekitar dahinya.
Ia memikirkan kejadian akhir-akhir ini yang ia alami. Tanpa ia sadari Masya sudah mengusik fikirannya sejak kejadian di depan kelasnya tempo hari.
Agib merogoh saku seragamnya Mengeluarkan amplop berwarna merah hati dan mengeluarkan isinya, kertas yang berisi surat dari Masya, yah Agib menemukan surat itu, ia tak ingin Masya malu dan canggung dengannya jika Agib mengaku telah menemukan surat itu bahkan membacanya.
Awalnya Agib tidak pernah mengira Masya akan mengiriminya surat seperti anak lainnya, tapi melihat reaksi Masya di perpus tadi pagi Agib yakin surat itu memang dari Masya.
Agib membacanya sembari tersenyum meski ia sudah membacanya berkali-kali, kini ada satu hal yang Agib tak mengerti kenapa hatinya menjadi senang tak karuan hanya dengan membaca tulisan berisi ungkapan hati di kertas itu.
***
Thanks yang udah nyempetin baca
Maaf Typo betebaran
Happy reading....
#ROSE
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love (On Hold)
Teen FictionMasih seputar cerita cinta di SMA Masya cewek cantik dengan pipi cubby dan lesung pipi di pipi kirinya mengagumi Agib cowok tampan dengan senyum menawannya dan segudang prestasi miliknya Apakah perasaan Masya akan naik level menjadi rasa cinta atau...