"Lo suka sama Masya?"
Pertanyaan Bagus di kantin tadi masih mengiang-ngiang di kepala Agib, ia tidak tau Apa dia menyukai Masya atau tidak, Agib rasa ia hanya menyukai Masya yang selalu ceria seolah tak punya beban, juga pipi cubby nya yang terlihat sangat menggemaskan.
Agib jadi mengingat percakapannya dengan Bagus tentang Alfa dan Masya setelahnya.
"Akhir-akhir ini gue lihat Masya lagi deket sama Alfa"
Yah, Agib juga beberapa kali melihat Masya berbicara dengan Alfa, dan dilihat dari interaksi mereka keduanya terlihat akrab bahkan Agib melihat Masya tertawa karena candaan Alfa.
Agib tak ingin memikirkan hal ini terus menerus tapi sialnya kepalanya malah berkhianat dan kini sudah dipenuhi spekulasi tentang Masya Masya dan Masya
Namun hal itu tak berlangsung lama karena nyatanya Agib kini sudah terlarut dengan buku yang kini di bacanya terlihat serius hingga tak sadar ada orang lain yang sedari tadi memperhatikannya. Ternyata tak ada yang bisa menghalangi Agib 'bercumbu' dengan bukunya
***
Masya berjalan sambil berlari-lari kecil menuju kelasnya yang berada di ujung. Hari ini ia sengaja berangkat agak pagi dari biasanya untuk menyalin tugas Matematika. Semalam Masya hanya bisa mengerjakan satu soal, itupun karena soalnya mirip sekali dengan contoh.
"Fan, pinjem tugas lo dong." tangan kanan Masya menenengadah meminta buku tugas Fania yang memang pintar di kelasnya.
"Tuh, di pinjam anak-anak"tunjuknya dengan dagu pada kumpulan anak-anak yang sedang khusyu' menyalin tugas.
"Ampun deh, perasaan gue udah berangkat pagi, masih kala start juga"
"Nih punya gue" Masya menatap buku yang kini sudah ada di atas bangkunya kemudian pada pemiliknya, Rara.
"Ini jawaban, udah yakin bener nih?" tanya Masya ragu
"Yaelah, udah nyontek pilih-pilih lagi."
"Namanya juga nyontek ya harus pilih yang bener dong, kalo mau yang salah gue gak usah nyontek sekalian."
"Ini tadi gue juga nyalin punya Fany. Udah buruan bentar lagi masuk."
Tanpa disuru dua kali Masya segera menyalin tugas tersebut. memang mereka berdua sebelas dua belas dan selalu tolong menolong dalam hal mencari jawaban yang benar untuk tugas mereka.
Berbeda dengan Meyra yang lebih memilih mengerjakan tugas semampunya entah salah atau pun benar yang penting dia sudah mengerjakan. Meyra yakin guru juga akan menilai dari usahanya untuk mengerjakan, dia juga tak terlalu memusingkan soal nilai jadi dia santai saja.
***
Suasana kantin tidak terlalu ramai karena memang belum jam istirahat, Masya dan kedua temannya sedang asik nongkrong cantik ditemani gorengan dan es teh manis. Usai pelajaran Matematika Masya memutuskan untuk mendinginkan otaknya di kantin karena kebetulan free class.
"Hai Sya...boleh kan gue duduk sini?"tanya Alfa yang langsung duduk di sebelah Masya.
"Eh Alfa boleh boleh, boleh banget malah." itu tadi Rara yang sudah exited sekali melihat sang idola akhir-akhir ini selalu menghampiri mereka.
"Iya duduk aja Al, inikan tempat umum"
"Alfa, minggu depan lo ada pertandingan kan???" tanya Rara yang kentara sekali sangat antusias, sedangkan Alfa hanya menganguk, kemudian menoleh ke samping kiri tempat Masya, Meyra duduk di depan Masya dan Rara di depan Alfa
"Sya, entar pulang bareng gue ya??"
Masya tak langsung menjawab, ia melirik ke arah Rara, sorot matanya sendu dan raut wajahnya berubah sedih.
"Eh, hehehe Gak usah Al, gue kan biasa di jemput supir" kilah Masya dengan cengirannya yang kentara sekali di paksakan.
"Ya lo kasih tau supir lo biar gak usah jemput"
"Aduh Al, gak usah deh lagian ntar gue masih mau mampir dulu"
"Ya gak papa ntar gue temenin" keukeh Alfa tak mau kalah. Masya melirik Rara lagi yang kini sedang menikmati gorengan, lebih tepatnya pura-pura menikmati gorengan. Ia jadi semakin tidak enak dengan Rara. Masya kini melihat Meyra yang dari tadi diam untuk meminta bantuan tapi Meyra hanya mengendikan bahu.
"Sya, Mei gue ke kelas duluan ya, gue belom ngerjain tugas kimia" ucap Rara yang langsung berjalan pergi.
Masya tau Rara sedang berbohong karena mereka tidak ada tugas Kimia. Ia hanya ingin menghindar dari Alfa yang terkesan mengacuhkannya.
"Jadi gimana mau kan ntar pulang bareng?"
Tepat setelah Alfa mengucapkan pertanyaannya itu Masya melihat Agib dan Bagus berjalan melewati meja mereka yang memang berada di ujung depan kantin, mereka memilih duduk di pojok, tempat yang biasa mereka duduki.
"Gimana Sya?" tanya Alfa lagi, ia sempat memperhatikan Masya yang mencuri-curi pandang pada Agib.
"Eh, i-ya udah deh, tapi kali ini aja ya"
Alfa tersenyum penuh kemenangan, hal ini termasuk langkah awal yang baik setidaknya Masya tidak menolaknya.
***
Masya berdiri di samping pos satpam menunggu Alfa mengambil motornya di parkiran.
"Lho Sya, lagi nungguin supir ya?" tanya Agib yang kebetulan berpapasan dengannya
"Enggak"
"Terus ngapain di sini? Lagi nunggu Meyra ya??"
"Gak juga" jawab Masya binggung, ia sudah seperti pacar yang ketehuan mau jalan sama cowok lain.
"Ya udah kalo gitu, ayo gue anterin"
"Dia pulang bareng gue" jawab Alfa yang kini berada tepat di samping motor Agib.
Agib melihat Alfa yang sudah siap di atas motornya, Agib mencoba bersikap seperti biasa walau ada separuh dari dirinya yang malah berkata sebaliknya.
Lalu, Agib melihat air muka Masya mencoba memastikan, kemudian ia tersenyum, senyum menawan yang mampu menenenangkan. Tak seharusnya Agib merasa tidak rela.
"Oke, kalo gitu hati-hati Sya, gue duluan ya"
Masya naik ke motor Alfa, tapi matanya masih setia memandang kepergian Agib yang sudah semakin menjauh,
'Sebenernya gue pengen ngerasain di bonceng sama lo lagi' batin Masya. Jika bisa ia ingin berbohong saja bahwa ia tidak pulang bersama Alfa dan menyutujui tawaran Agib, atau mungkin ia memang tak seharusnya menyetujui permintaan Alfa dari awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love (On Hold)
Teen FictionMasih seputar cerita cinta di SMA Masya cewek cantik dengan pipi cubby dan lesung pipi di pipi kirinya mengagumi Agib cowok tampan dengan senyum menawannya dan segudang prestasi miliknya Apakah perasaan Masya akan naik level menjadi rasa cinta atau...