# 06 Family

32 2 0
                                    

"Wah, ini dia yang di tunggu dari tadi" ucap Agung, adik dari papa Agib.

Agib berjalan menuju meja makan yang sudah hampir penuh oleh keluarga besarnya, Menyapa dan memberi salam kepada para orang tua yang ada di sana.

"Gib, makin cemerlang aja nih prestasi lho" Ucap Sandi salah satu sepupu Agib.

"Iya, kak Agib mau ikut olimpiade lagi kan"Kayla yang duduk di sebelah Sandi juga tak kakah antusias.

"Iya, Kalian gak ada yang mau sih"Agib menanggapi dengan senyum yang tak pernah ingin jauh-jauh dari bibirnya.

"Yeee bukannya gak mau, tapi emang otaknya gak nyampe" Sandi beralasan, matanya sudah berbinar cerah melihat makanan yang ada di depan mata

"Itu tandanya lo masih harus belajar lebih rajin lagi"

"Nah itu masalahnya, gue kalo belajar terus suka pengen" ucap Sandi.

"Pengen apa?" tanya Agib dan Kayla hampir berbarengan.

"Pengen makan, pengen minum, bahkan pengen muntah juga gegara puyeng"

"Huu, itu alesan lo aja kali bang"
Kayla memang baru kelas sepuluh, sedangkan Sandi sama seperti Agib kelas sebelas. Kayla memanggil Agib dan sepupunya yang lebih tua dengan sebutan kakak, tapi dia selalu memanggil abang jika memanggil Sandi.

***

Saat ini adalah jadwal kumpul bersama mereka, sebulan sekali keluarga Agib akan mengadakan acara kumpul keluarga yang diadakan di rumah secara bergilir, kali ini mereka berkumpul di rumah kakek Agib.
Rumah besar dengan taman yang indah dan asri itu kini telah ramai dengan kehadiran mereka.

"Sudah ayo kita makan dulu" Lastri-istri Agung menghentikan perbincangan mereka.

Mereka makan dengan khusu' melahap makanan yang yang sudah tersaji di meja makan. Setelah makan mereka pindah ke ruang tengah, duduk di kursi dengan minuman dan beberapa camilan.

Agib duduk di kursi sebelah Lukman-kakek Agib

"Gib, udah ada pacar belum?" tanya Luman.

"Belum kek, Agib gak mau pacaran maunya langsung nikah"

"Tapi kalo gebetan punya kan?" kali ini Lukman bertanya dengan menampilkan cengiran serta alis yang di naik turunkan, berniat menggoda cucunya yang satu itu.

"Agib juga gak punya gebetan kek, karena Agib emang gak berniat pacaran, tapi kalau orang yang Agib suka mungkin ada"

"Kok mungkin?"tanya Lukman heran

Agib hanya mengendikan bahu tanda tak mengerti. Sedangkan Lukman sudah menarik nafas berat kemudian menepuk pundak Agib.

"Ya udah yang terpenting sekarang kamu belajar yang rajin, kamu mau ikut Olimpiade lagi kan."

"Iya, kalo itu kakek tenang aja"

"Kakek cuma mau pesen sama kamu, jangan kasih harapan kalau kamu memang tidak bisa memberikannya"

Agib tersenyum, dia selalu suka berbincang dengan kakeknya, tidak melulu tentang kerjaan atau Sekolah, lebih sering ke hal-hal sederhana yang membuat  mereka lebih seperti teman akrab di bandingkan cucu dan kakek, meski begitu Lumkan juga tak pernah lupa memberi nasehat kepada Agib.

Kalu sudah begini Agib jadi teringat papa dan mamanya, Agib melirik sekilas papanya yang duduk di seberang kursinya sedang asik membicarakan perusahan sedangkan mamanya yang duduk di sebelah papanya tersenyum kecil menatapnya. Ah papanya memang tidak akan pernah jauh-jauh dari pekerjaan.

Agib memperharikan keluarga besarnya satu persatu. Ada  kakek dan neneknya orang tua dari Danu-papa Agib, juga ada om Agung dan tante Nela mereka berdua adalah adik Danu yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Di kursi sebelah ada tante Rani dan om Rudi, om Burhan, tante Mira dan tante Nuri, Sara-mama Agib dan juga om Samy

Sedangkan sepupu-sepupu Agib yang perempuan tengah asik menggosip di pojok ruangan ada mbak Fena, mbak yasmin, Reta, Naura, Tari dan juga Kayla. dan yang laki-laki asik bermain PS ada kak Aryo, Sandi, Rano, mas Evan, Galih dan mas Arga.

Diantara mereka semua sepupu Agib yang sudah menikah hanyala mas Aryo dan mbak Fena.

***

"Om gib ndong" ucap Juna anak kak Aryo dan mbak Risa yang baru berusia enam tahun.

"Sini, om punya sesuatu buat kamu" Agib memberikan Juna coklat kesukaannya.


"Yey, cokat" teriak Juna kegirangan.

Juna memang menyukai coklat dan Agib kadang membawakan juna coklat kesukaannya, walaupun tidak sering karena mbak Risa membatasi Juna untuk tidak terlalu banyak memakan coklat dan permen.

"Juna, bilang apa sama om Agib?" Tanya Risa yang duduk tak jauh dari anaknya

"Maacih om"

"Sama-sama" ucap Agib tak lupa memamerkan senyum manisnya, tangannya mengelus rambut Juna lembut

Juna berlari menghampiri mamanya sambil mengancungkan coklat di tangannya. Agib tertawa kemudian berlalu ke taman belakang rumah

***

Dibelakang rumah Lukman terdapat kolam ikan dan banyak tanaman hias, karena semenjak pensiun Lukman menyibukkan dirinya dengan merawat tanaman-tanaman dan ikan peliharaannya.

Di pinggir kolam terdapat gazebo, yang kini di tempati laki-laki yang sedang memperhatikan ikan-ikan berenag. Baginya melakukan hal tersebut jauh lebih menyenangkan di bandingkan harus berkumpul dengan keluarga besarnya,

"Ternyata lo di sini, kenapa gak ke dalem?"

"Lo sendiri kenapa di sini?" bukannya menjawab, laki-laki tersebut malah memberikan pertanyaan serupa, pandangannya masih lurus kedepan tanpa mau menoleh sedikitpun, karena ia sudah tau siapa yang kini telah berdiri di sampingnnya
"Meskipun gue gak ada di sana juga gak bakal ada yang nyadar, apalagi nyariin"

Sepupunya yang satu ini memang selalu menyendiri tiap kali acara kumpul keluarga, tak pernah sekalipun berbaur dan bercanda gurau dengan sepupu-sepupunya yang lain, padahal dia bukan tipe pendiam, tapi jika sudah acara begini entah kemana perginya kapten basket SMAGAM yang biasanya selalu bisa membuat penonton meneriakan namanya.

"Setidaknya lo bisa nyapa mereka dan ngobrol bareng, cuma sebulan sekali kan kita bisa kumpul keluarga kayak gini"

Laki-laki tersebut menoleh dan menatap tajam laki-laki yang sejak tadi memperhatikannya.

"Bagi gue, ini bukan acara kumpul keluarga, tapi ajang membanggakan diri lo" Ucapnya geram sambil berlalu pergi

Tanpa menoleh sedikitpun, laki-laki tersebut meninggalkan rumah kakeknya dengan perasaan yang sulit di artikan  tak menghiraukan orang yang kini tengah memanggil-manggil namanya.

My Love (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang