Masya mondar mandir menyusuri rak buku di dalam perpus, sudah dari bel istirahat berbunyi Masya kemari mencari buku Biologi yang tadi pagi dia baca, namun buku yang dari tadi di carinya tak kunjung terlihat
Masya berjalan menuju rak buku paling pojok, hanya rak itu yang belum sempat ia periksa, namun langkahnya terhenti ketika ekor matanya menangkap seseorang yang ia kenali sedang serius membaca tak jauh dari tempatnya berdiri. Masya ragu, antara terus melangkah untuk mencari atau menundanya nanti saja, namun belum sempat ia memutuskan pilihannya Agib sudah lebih dahulu melihatnya.
Agib tersenyum sambil mengisyaratkan lewat matanya kepada Masya agar duduk di bangku sebelahnya.
Masya duduk dengan kikuk di sebelah Agib, sementara Agib sudah kembali tenggelam dengan buku yang di bacanya
karna bosan Masya mencoba melirik buku yang sedang Agib baca dan matanya langsung melotot seketika itu juga saat tau buku yang dari tadi di carinya adalah buku yang saat ini Agib baca.
"Eeem Gib, itu buku udah lama lo baca?" Masya menunjuk buku yang ada di depan Agib
"Barusan aja kok"
"Eeem gak ada yang aneh gitu?" tanya Masya memastikan. Takut-takut jika Agib menemukan sesuatu yang dari tadi di carinya.
"Aneh, maksudnya?"
"Eh enggak, mungkin lo nemu apa gitu di dalem buku ini?"
"Oh, iya" Agib mengangukan kepalanya pelan, jarinya membalik halaman buku berikutnya tanpa menoleh ke arah Masya
Masya meringis dalam hati, memalingkan mukanya dan merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya ceroboh seperti ini 'Bodoh, mau di taro di mana muka lo Sya' gumam Masya pelan tangannya menepuk keningnya beberapa kali
Karna tak ada sahutan lagi dari Masya Agib menoleh ke arah Masya dan Agib bisa melihat Masya yang terlihat tak nyaman di tempatnya saat ini.
" Lo udah lihat? udah lo baca juga?"
"Udah" jawab Agib santai, tak ada tanda-tanda aneh pada Agib meski begitu Masya masih tak tenang sebelum surat itu ketemu.
Mendengar jawaban Agib muka Masya langsung memerah, jantungnya juga tidak bisa untuk di ajak kompromi berdetak sewajarnya saja, karna saat ini jantungnya sudah berdetak tak karuan di dalam sana.
"Gib, gue bisa jel..."sebelum Masya melanjutkn ucapannya Agib sudah memotongnya terlebih dulu.
"Gue emang nemu sesuatu, banyak banget ilmu yang gue dapet dari buku ini, dan lo juga tau kan kalo dari tadi gue baca?"
Masya menganguk anggukan kepalanya, masih mencoba mencerna kata-kata Agib barusan.
"Udah, itu aja yang mau lo tanyain?"
"Eh, ii-ya"
"Ya udah, jangan lupa makan entar istirahat ke dua, gue duluan ya udah bel" Agib berdiri memamerkan senyumnya tangannya menenteng buku yang tadi di bacanya dan meletakkannya di tempatnya semula
Setelah Agib benar-benar pergi, Masya cepat-cepat mencari buku tadi dan membolak-balik halamannya dengan tergesa-gesa.
Masya mendesah kecewa saat tak menemukan apa yang di carinya, tak mau di hukum karena telat masuk kelas, Masya segera mengembalikan buku itu ke tempatnya dan berjalan lemah menuju kelasnya walau mungkin ia tidak akan bisa mengikuti pelajaran seperti biasa, ia hanya berharap semoga Agib tidak berbohong bahwa ia tidak menemukan kertas itu.
***
Dua hari yang lalu
Sepulang sekolah Meyra, Rara dan juga Masya mampir ke kafe langganan mereka, kafe dekat sekolah hanya untuk nongkrong-nongkrong cantik karena tidak lama lagi mereka sudah ulangan tengah semester, mereka ingin menikmati sedikit waktu untuk bersenang senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love (On Hold)
Teen FictionMasih seputar cerita cinta di SMA Masya cewek cantik dengan pipi cubby dan lesung pipi di pipi kirinya mengagumi Agib cowok tampan dengan senyum menawannya dan segudang prestasi miliknya Apakah perasaan Masya akan naik level menjadi rasa cinta atau...