# 15 Cubitan

29 1 0
                                    

Hari berlalu seperti biasanya, Masya juga sudah kembali menjalani rutinitas hariannya pergi ke sekolah, ke kantin saat istirah, mengikuti ekskul teaternya, juga berkumpul dengan teman-temannya.

Meski terlihat biasa namun ada sikap Masya yang terlihat berbeda dari biasanya. Masya sedang menghindari Agib. Masya akan pergi ke kantin jika Agib sudah pergi meninggalkan kantin.

Masya tau kebiasaan Agib, Agib tidak akan berlama-lama di kantin karna Agib tidak suka keramaian. Agib hanya akan makan lalu pergi ke perpus atau Lab, atau bahkan Agib tidak akan terlihat keluar kelas seharian jika dia sudah berjibaku dengan soal-soal penuh Angka di bukunya.

Entah kenapa akhir-akhir ini Agib tidak pernah absen ke kantin, Masya jadi harus menunggu sampai Agib pergi. Masya sudah seperti penguntit yang sembunyi-sembunyi hanya agar tak berpapasan dengan Agib.

***

Sya, lo kok gak mau sih disuru belajar bareng Agib?" tanya Meyra heran. Kelas Masya sekarang memang waktunya bu Yayuk, mereka mendapat tugas mengerjakan latihan soal yang harus di kumpulkan sebelum jam pelajaran selesai karna bu Yayuk sedang mengikuti pelatihan.

Masya mendesah tanda menyerah, sudah hampir tiga puluh menit Masya mencoba mengerjakan satu soal kimia di buku tugasnya yang ia anggap paling mudah dari sepuluh soal yang ada, namun Masya masih belum juga menemukan jawaban yang tepat, entah apa soal atau perhitungan Masya yang salah.

"Sya, kok lo gak jawab sih?"

"Gue bukannya gak mau tapi gue masih malu"

"Lo malu mulu kapan majunya dong, kalo lo belajar sama Agib kan gue bisa nyontek lo terus Sya" celetuk Rara yang sudah duduk manis di depan tempat duduk Masya.

Masya memang sudah menceritakan kejadian di bakery shop itu kepada kedua temannya, dan mereka berdua juga mendukung keputusan Mamaya untuk belajar bersama Agib. Hal itu yang membuat Masya malas menjawab jika mereka sudah membicarakan hal yang bersangkutan dengan masalah itu.

Masya memutar bola matanya malas tak berniat menjawab pertanyaan kedua temannya yang sering kali memintanya menerima ajakan Agib untuk belajar bersama. Bukannya Masya tidak mau bahkan Masya sangat ingin tapi Masya masih harus menenangkan hati dan fikirannya dulu.

Rara dan Meyra terkadang binggung dengan sikap Masya yang bisa kikuk dan malu-malu meong di depan Agib karna Masya seringkali terlihat cuek dan tak terlalu peduli dengan pendapat orang lain tapi di depan Agib Masya bisa terlihat seperti cewek-cewek kebanyakan yang sedang berhadapan dengan pacar atau gebetannya.

***

Pulang sekolah Masya berniat untuk menunggu angkot di depan sekolah, ia bersyukur hari ini terlihat cerah tak terlalu panas tapi juga tidak mendung meski udara sudah tercemar polusi.

Masya masih memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang karna tak ingin terlewatkan, sampai ia tak sadar ada motor yang sudah berhenti tepat didepannya.

"Sya, belum pulang?" tanya Agib setelah melepaskan helmnya

"Masih nyari Angkot" Masya merutuki dirinya sendiri karna orang yang sudah seminggu ini ia hindari sekarang malah muncul di hadapannya padahal tadi Masya sudah memastikan bahwa Agib sudah pulang, tapi kenapa sekarang malah ada di depannya.

"Bareng gue aja" Agib menyuru Masya untuk naik ke motornya dengan isyarat mata.

"Naik"

"Eemm gak usah gib gue bisa pulang sendiri"

"Sya, Lo kan sekarang udah jadi temen gue jadi gak papa kan kalau gue nganterin lo pulang?"

Jika Agib sudah bilang begitu Masya mau tak mau patuh juga terhadap perintah Agib.

Jalanan padat meski tak menimbulkan macet, motor Agib melaju dengan kecepatan sedang dan berhenti saat lampu merah, Agib mencoba menengok ke belakang mengajak Masya bicara di tengah bisingnya suara kendaraan.

"Sya, kalo gue ajak ke toko buku dulu lo mau gak?"

Masya mengangguk saja karna saat ini ia sedang menahan nafasnya karna jarak kepala Agib dan dirinya sangat dekat, meski terhalang helm yang Agib kenakan.

***

Sesampainya di toko buku Agib segera berjalan kearah deretan buku-buku pelajaran, Masya yang tak mau melihat buku-buku dengan rumus dan angka betebaranpun melangkahkan kakiknya kederetan novel dan puisi, buku-buku berbau sastra.

Masya menyusuri novel-novel yang berjajar rapi di depannya. Mengambilnya dan membaca sinopsis dibalik sampul buku yang menarik perhatiannya, kemudian menaruhnya kembali. Masya hanya ingin melihat-lihat karna ia tak mempunyai cukup uang untuk membeli sekarang.

"Udah selesai?" tanya Agib yang sudah berdiri di samping Masya.

Masya mengangguk dan berjalan kearah kasir meninggalkan Agib yang masih berdiri di tempat semula.

Masya memperhatikan buku-buku yang Agib beli, ada tujuh jumlahnya kebanyakan buku soal-soal latihan, lima buku soal-soal latihan, satu buku terlihat seperti buku kedokteran, dan satu lagi novel.

Masya melebarkan matanya saat mbak-mbak kasir mulai memasukan novel tersebut bersama keenam buku lain yang Agib beli kedalam kantong kresek. Masya tak menyangka Agib membeli novel yang sempat ia baca sekilas tadi. Apa Agib juga suka membaca novel? Entahlah Masya juga tidak tau.

Setelah melakukan pembayaran Agib mengajak Masya untuk makan sebentar. Masya yang awalnya tak ingin bertemu Agibpun sekarang malah ingin berlama-lama di dekatnya. Berada di dekat Agib memang selalu membuatnya nyaman meski jantungnya selalu berdetak tak karuan.

***

Mereka berdua masih duduk berhadapan setelah menghabiskan makanan masing-masing. Agib tak menyangka jika porsi makan Masya banyak juga entah lari kemana semua makanan itu karna nyatanya Masya masih saja terlihat kecil.

"Tenyata makan lo banyak juga"

Masya tak menjawab ia hanya tersenyum malu, gagal jaga image di depan Agib. Salah sendiri kenapa makanannya melambai-lambai terus minta dimakan, lagipula kan lumayan bisa makan enak gratis. Eh emang Agib bilang mau bayarin?

"Tapi gue heran, makanan segitu banyak terus larinya kemana? badan lo masih kecil aja"

Masya mendengus walau masih menunduk malu. Kenapa harus bawa-bawa fisik, perempuan lain mungkin akan sangat sensitif jika menyangkut kata gemuk atau kata lain yang menjurus kearah kelebihan berat badan, sedangkan Masya paling tidak suka jika ada yang menyebutnya kurus, kerempeng, kurang gizi dan kata lain yang menjurus kearah kekurangan berat badan.

"Mungkin semua makanan yang lo makan larinya kesini" Agib mencubit pipi cubby Masya pelan sambil tertawa melihat reaksi terkejut Masya.

Masya mengelus pipinya yang tadi Agib cubit, sekarang wajah masya sudah sepenuhnya memerah bukan karna cubitan Agib tapi karna Masya merasa sangat Malu sekaligus senang, rasa kesal karna di bilang kecil hilang sudah tergantikan bunga-bunga yang kini berkembang di hatinya.

"Udah sore, yuk gue anter pulang"

***

Happy Reading....
Moga masih bisa lanjut...
Thnks yang udah nyempetin baca dan ngasih vote
Sorry kalo masih ada Typo betebaran....

#Rose

My Love (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang