# 13 Kecewa

23 2 0
                                    

Rara tersenyum cerah menerobos cewek-cewek yang akan menghampiri Alfa

"Nih" Rara menyodorkan botol minum kearah Alfa tak menghiraukan cibiran dan gerutuan cewek-cewek fans Alfa yang menatap sinis kearahnya.

Alfa menerimanya tanpa banyak bicara. Meneguknya hingga tinggal setengah. Duduk di pinggir lapangan dan menyelonjorkan kakinya

Hari ini Alfa dan teamnya selesai latihan untuk pertandingan yang akan berlangsung beberapa hari lagi. Meski sering memenangkan pertandingan Alfa tak lantas menyombongkan diri dengan tidak serius latihan. Alfa dan teamnya sudah menyiapkan hal ini jauh-jauh hari.

Rara ikut duduk disebelah Alfa memperhatikan Alfa yang masih berusaha menormalkan nafasnya. Melihat keringat di dahi Alfa tanpa pikir panjang Rara langsung mengambil tisu di sakunya dan mengelap bulir keringat Alfa pelan.

Alfa menangkap tangan Rara yang masih berusaha menghilangkan keringatnya. Alfa menatap kedalam manik mata Rara, seperkian detik mereka masih saling menatap hingga Alfa mulai bersuara

"Biar gue sendiri" Alfa mengambil tisu di tangan Rara dan mengelap keringatnya sendiri. Sementara Rara sudah salah tingkah ditempatnya, ia berusaha menatap kearah lain asal tidak kearah Alfa.

Mata Rara tak sengaja melihat cewek-cewek yang masih berdiri di pinggir lapangan agak jauh dari tempatnya sekarang. Mereka masih saja mencibir dan menatap sinis kearahnya. Rara tak peduli tapi hal tersebut sukses membuatnya melupakan kejadian beberapa menit yang lalu. "Huh dasar syirik"gerutu Rara tanpa suara.

***

Masya berjalan penuh semangat, ia tak sabar ingin bertemu dengan Agib. Ia berniat mengembalikan jaket Agib yang dulu di pinjamkannya. Beberapa hari yang lalu Masya selalu lupa untuk membawa jaket itu dan baru hari ini ia ingat untuk mengembalikannya. Jadilah ia melangkah menuju kelas Agib.

Sesampainya disana Masya tak menemukan Agib yang biasanya duduk di barisan depan persis di depan meja guru "mungkin Agib di LAB" gumamnya mengira-ngira.

Masya sudah akan masuk ke dalam LAB namun langkahnya terhenti saat ia tak sengaja menatap kearah kaca dan melihat Agib tengah serius mengerjakan sesuatu bersama dengan Nessa.

Di depan pintu. Masya mengambil nafas dan membuangnya perlahan "Oke tenang Sya ini baru permulaan, setelah ini lo harus lebih menyiapkan hati lagi" Ucap Masya menyemangati dirinya sendiri.

Masya mulai membuka pintu dan berjalan kearah dua orang yang masih serius dengan urusannya itu. Memasang senyum kikuk yang dipaksakan.

Sialnya tak ada yang membalas senyumnya bahkan mengetahui kehadirannya saja mungkin tidak.

Masya berdehem pelan dan benar saja dua orang dihadapannya langsung menatapnya. Masya kembali memasang senyum kikuk kemudian berjalan perlahan menghampiri Agib

"Gib, gue mau ngembaliin jaket lo" Masya menyodorkan paperbag berisi jaket itu kehadapan Agib.

Agib memperhatikan Masya dan melirik paperbag yang disodorkan Masya bergantian kemudian tersenyum ramah.

"Kalo gue minta tolong lo bawa ke meja gue aja gimana?"

"Eh eem oke"

"Beneran gak papa?" tanya Agib memastikan. Masya mengangguk singkat.

"Lo tau meja gue kan?"

"Tau, meja baris pertama depan meja guru pas"

Agib mengangguk dan mengacungkan jempolnya. "Sya" panggil Agib yang sepertinya ingin mengucapkan sesuatu namun urung karena Nessa memanggil memanggil Agib lebih dulu untuk melihat apa yang Nessa lihat di Mikroskop.

Masya yang awalnya bersorak dalam hati sekarang tersenyum kecut menyaksikan interaksi dua orang di depannya yang terlihat sangat serasi. Katakanlah Masya iri namun ia sadar jika dirinya tak pantas mengharapkan Agib.

Masya masih menantikan kelanjutan ucapan Agib yang terpotong tadi, namun sampai beberapa menit tak ada ucapan pun yang keluar untuk Masya

Masya membuang nafas kasar untuk mengurangi sesak yang mulai membuatnya kesulitan bernafas, membalikan badannya dan berjalan pelan meninggalkan LAB. Sesekali matanya melirik Agib yang masih sibuk dengan Mikroskop dan alat-alat kimia yang Masya tak tau apa namanya, berharap Agib akan memanggilnya seperti sebelum-sebelumnya, namun hal itu tak terjadi hingga Masya meletakkan paperbag yang dari tadi ia bawa ke meja Agib.

"Eh ada Masya, nyariin si Agib ya?" Tanya Bagus begitu ia masuk kelas dan melihat Masya meletakan paperbag ke meja teman sebangkunya.

Kelas Agib di jam istirahat memang tak begitu ramai walau masih ada beberapa siswa yang tengah asik membaca buku atau hanya sekedar duduk diam sambil memainkan handphone entah karena malas istirahat atau karena menunggu seseorang.

Masya hanya tersenyum kecil menanggapi pertanyaan Bagus ia sudah malas dan kehilangan semangatnya yang tadi sempat tumbuh "tolong sampein Agib ya Gus Makasih"

Dari tatapan mata Masya yang tak seceria biasanya Bagus menangkap sesuatu yang aneh, Masya juga terlihat tak bersemangat padahal biasanya Masya akan menanggapi ucapan bagus dengan semangat juga malu-malu saat Bagus menggodanya.

Bagus memang tak begitu dekat dengan Masya tapi karena mereka tergabung dalam ekskul yang sama mereka jadi saling mengenal, apalagi saat Bagus tau Masya memiliki rasa pada teman yang sudah ia kenal dari kecil itu Bagus jadi lebih sering menggoda Masya.

Bagus mengubah raut wajahnya menjadi serius " Sya, ada masalah?" tanya Bagus memastikan

Masya menggeleng "Enggak kok, gak ada apa-apa"

Masya melanjutkan langkahnya meninggalkan kelas Agib. Bagus yang ingin bertanya lebih lanjut terpaksa ia tahan melihat sorot mata masya yang terlihat tak bersemangat.

***

Pulang sekolah Masya berencana mengunjungi Bakery shop milik Bundanya, kemarin malam Bundanya meminta bantuannya untuk menjadi kasir sementara di sana karena pegawai yang biasa bertugas sedang cuti. Karena Bundanya kekurangan pegawai jadilah Masya yang diminta mengantikannya untuk sementara waktu.

Pengunjung tak begitu ramai jadi Masya bisa sedikit bersantai dan duduk-duduk sambil menyicipi donat dengan topping coklat kacang ditemani susu coklat favoritnya. Hal itu bisa sedikit mengurangi beban fikiranya tentang Agib.

Pintu toko berderit menandakan ada pelanggan yang ingin berkunjung, Masya yang sudah akan bersiap menyambut malah dibuat terkejut dengan kehadiran orang yang dari tadi menjadi beban fikirannya, lelaki yang sudah mencuri hatinya itu berjalan menghampiri Masya dengan senyum menawannya.

"Hai" sapanynya saat berdiri tepat di depan Masya yang masih mengumpulkan kesadarannya

'Ini halusinasi atau mimpi sih?'

Binggung mo bilang apaan

Haapy reading aja....

Thnks yang udah nyempetin baca cerita acakadut ini dan yang udah ninggalin jejak

#Rose

My Love (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang