"Gimana sekolah kamu?" tanya Danu yang duduk di seberang Agib.
"Baik pah." balas Agib sekenanya.
Sekarang Agib sedang sarapan bersama kedua orang tuanya, suasana dimeja makan tidak jauh berbeda seperti pagi-pagi sebelumnya. Dan sudah seperti sebuah kewajiban bagi papa Agib untuk menanyakan perkembangan sekolah Agib.
"Papa harap kamu segera menyelesaikan sekolahmu dan bisa mengantikan papa memimpin perusahaan kelak"
Agib diam, kunyahan makanannya semakin melambat dan tatapan matanya masih setia melihat nasi goreng dihadapannya, ia masih melanjutkan makannya walau sekarang selera makan Agib benar-benar sudah hilang. Selalu pertanyaan dan jawaban yang sama, Agib sudah hafal betul apa yang ingin Papanya tanyakan dan maksud dari pertanyaannya.
Agib tak pernah suka dengan topik pembicaraan seputar memimpin perusahaan, namun apa daya sebagai anak yang baik dan berbakti kepada orang tua Agib tak pernah sekalipun membantah keinginan orang tuanya, meskipun dalam hati kecil Agib tak pernah menginginkan hal itu.Sejak kecil ia ingin menjadi Dokter, namun hal itu mungkin tak akan pernah terwujud mengingat papanya yang selalu menginginkan Agib menjadi pengantinya kelak.
Agib berdiri dari kursinya sambil mengendong tas ransel di pundak kanannya, berjalan menuju Sara dan Danu untuk mencium punggung tangan keduanya "Ma, Pa, Agib berangkat sekolah dulu."
"Sarapan kamu gak dihabisin?" ucap Sara, mama Agib yang melihat masih ada nasi yang tersisa di piring Agib.
"Agib udah kenyang ma" ucap Agib dengan senyum manisnya.
"Ya udah kamu hati-hati" Sara menghela napas berat sambil menatap kepergian anak semata wanyangnya, sedangkan Danu masih melanjutkan makannya seolah tak peduli dengan apa yang telah terjadi.
***
Masya dan Meyra berjalan menyusuri koridor sekolah membawa buku tugas teman-temannya untuk di bawah ke kantor atas perintah pak Sandro guru matematika mereka.
Sepanjang perjalanan mereka melewati segerombolan cewek-cewek adik kelas yang sedang bergosip ria, sayup-sayup terdengar perbincangan mereka ke telinga Masya.
"Eh lo tau gak kak Agib tadi habis bopong kak Nesa ke UKS?"
"Kak Nesa yang sering ikut olimpiade itu juga kan?"
"Iya yang itu, tadi dia jatuh pas lari waktu olahraga terus di tolongin deh sama kak Agib."
"Ih kak Agib baik bangeeet, so sweet deh"
"Mereka cocok banget, sama-sama pinter. Kak Nesa juga cantik. Baik lagi"
Masya sudah tidak dapat mendengar percakapan mereka karena ia telah sampai di depan kantor, Masya dan Meyra masuk dan meletakkan buku tugas tersebut di atas meja pak Sandro kemudian berlalu pergi kembali kelas.
"Sya, sebenernya lo suka gak sih sama Agib?" tanya Meyra, ia memerhatikan tatapan Masya yang sendu, ia yakin Masya mendengar perbincangan cewek-cewek tadi, karena setelah itu Masya hanya diam sepanjang perjalanan menuju kelas .
"Entahlah Mey, gue juga bingung" ucap Masya lemah.
"Lo tau kan kalau Agib itu baik banget, bukan Cuma kali ini doang dia nolongin orang apalagi cewek. Jadi gue yakin kalo mereka gak ada apa-apa."
'jadi dia juga gak ada maksud apa-apa nolongin gue' batin masya, mengingat sudah dua kali Agib berbuat baik padanya.
Masya memang mengagumi Agib. Tapi apa ia salah jika ia berharap bisa bersama Agib. Karena Masya tak pernah tau apakah perasaannya kini masih sebatas rasa kagum atau malah lebih.
***
Agib dan Bagus duduk di kantin menikmati bakso pesanannya. Mata Agib sedari tadi selalu mencuri-curi pandang pada cewek yang duduk di dekat penjual batagor sedang berbincang-bincang dengan kedua sahabatnya sambil menikmati nasi gorengnya.
Agib menyeruput es teh miliknya yang sudah tinggal setengah, semenit kemudian tatapannya kembali memperhatikan Masya yang sekarang sedang tertawa begitu bahagianya. Entah apa yang sedang Masya dan kedua sahabatnya bicarakan hingga mereka bisa tertawa seperti tanpa beban. Sudut bibir Agib terangkat membentuk senyum simpul dan hal itu tak luput dari perhatian Bagus yang masih memperhatikan gerak gerik Agib. Bagus kembali menyantap baksonya. Masih memperhatikan Agib yang bertingkah aneh.
"Kenapa? Naksir?" tanya Bagus menunjuk Masya dengan matanya.
Agib tak menjawab. Ia malah memakan baksonya kembali.
"Itu Masya, anak IPA 3. Anaknya cute, gak pinter-pinter amat. Biasalah. punya dua sahabat Meyra dan Rara yang sekarang lagi duduk di sebelahnya, suka drama korea dan sering nemenin Rara nonton anak basket meski gak terlalu ngerti basket. Anaknya juga asik meski kadang suka ngayal aneh-aneh." Jelas Bagus panjang kali lebar tanpa diminta
"Sok tau lo" balas Agib cuek meski sejujurnya Agib sudah memasang telinga baik-baik saat Bagus menjelaskan tadi
"Wah jangan salah di SMAGAM gak ada anak yang gak kenal sama gue" Bagus mengepalkan tangan kanannya dan menepukan ke bahu. Biarlah Bagus dan kenarsisannya.
Agib masih diam menikmati baksonya tak ingin meladeni ocehan Bagus di depannya.
Karena tidak mendapatkan respon Bagus melanjutkan ocehannya "Akhir-akhir ini gue lihat Masya lagi deket sama Alfa" perkataan Bagus barusan sempat menghentikan Agib yang akan menyuapkan bakso ke mulutnya kemudian melanjutkannya lagi walau terlihat perubahan sikap yang Agib tunjukan.
***
Agib berjalan menuju parkiran melewati lapangan basket out door yang masih ramai karena anak-anak basket masih berlatih.
Agib berhenti sejenak karena ada bola basket yang mengelinding kearahnya."Woy ambilin napa Gib" Ucap salah satu anak basket yang tak sengaja membuat bola keluar dari lapangan. "Malah bengong tuh anak" teriak anak-anak basket yang sudah tak sabar. Agib mengambil bola basket tersebut dan melemparkannya kearah lapangan dan langsung di tangkap oleh Juan salah satu tim basket.
Sementara itu di tepi lapangan seseorang sudah menggeram kesal menatap Agib, meliahatnya membuatnya ingin melenyapkan seseorang. Untung dia masih ingat dosa jadi dia tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu. Masih ada cara lain yang bisa dilakukannya untuk membuat Agib menderita.
"Cih, lo liat aja apa yang bisa gue lakuin buat lo" gumamnya memperhatikan Agib yang mulai berjalan menjauh. Senyum miring tercetak jelas di bibir orang yang masih memperhatikan Agib berjalan menuju parkiran sekolah tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love (On Hold)
Teen FictionMasih seputar cerita cinta di SMA Masya cewek cantik dengan pipi cubby dan lesung pipi di pipi kirinya mengagumi Agib cowok tampan dengan senyum menawannya dan segudang prestasi miliknya Apakah perasaan Masya akan naik level menjadi rasa cinta atau...