Hyunjin berjalan kedapur dengan sebuah nampan ditangannya.
Teh yang tadi ia buat sudah dihabiskan oleh Jimin. Pria itu baru saja meninggalkan rumahnya.Dilihatnya Yoongi tengah duduk sembari memakan sebungkus camilan.
Hyunjin meletakkan cangkir teh yang dibawanya ke wastafel."Kenapa wajahmu seperti itu, eoh?" Tanya Hyunjin sembari mengambil piring kotor yang berada dihadapan Yoongi.
Pria itu terlihat sedang mengunyah camilannya dengan malas."Aniya." Jawabnya singkat.
"Apa.. dia sudah pergi?""Nugu? Ah, maksudmu Jimin? Eoh. Dia sudah pergi." Ucap Hyunjin sembari mulai mencuci piring.
"Yakk.. kenapa sikapmu seperti itu?" Tanyanya kemudian.
"Sudah kubilang aku hanya lelah. Aku sedang tidak ingin banyak bicara." Ucap Yoongi. Ia beranjak dari kursinya dan pergi.
Hyunjin menolehkan kepalanya ke belakang. Ia melihat Yoongi pergi.
Kening gadis itu berkerut."Sebenarnya ada apa dengannya?" Gumamnya sebelum akhirnya kembali melanjutkan aktifitasnya.
Yoongi menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju ranjangnya.
Ia segera merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangannya yang ia gunakan sebagai bantal."Park Jimin..." gumamnya pelan.
"...sepertinya aku pernah mendengar nama itu."
Pria itu mencoba mengingatnya.
"Kalau begitu aku bisa menyuruh Jimin menginap di rumah. Eotte?"
"Sudah kubilang aku akan menyuruh Jimin!"
Ah, ya. Sekarang Yoongi mengingatnya. Ia pernah mendengar Hyunjin menyebutkan nama Jimin di beberapa percakapannya di telepon bersama ibunya.
Tapi gadis itu tidak pernah mengatakan sesuatu tentang pria bermarga Park itu."Kenalkan. Dia Jimin. Teman lamaku."
"Rupanya dia orangnya. Sepertinya mereka berdua sangat dekat. Hyunjin bahkan dulu bersikeras memohon pada eommeonim agar Jimin tinggal satu rumah dengannya. Tsk! Benar-benar ceroboh!"
20 minutes laters..
Hyunjin membuka pintu kamarnya dan mendapati Yoongi yang tengah berbaring diranjang. Kedua matanya tertutup.
"Sepertinya dia sudah tidur." Gumamnya. Ia melangkahkan kakinya mendekati Yoongi.
Dengan hati-hati ia mengangkat kepala pria itu dan menyingkirkan kedua tangannya yang dipakai sebagai bantal."Tanganmu bisa sakit." Gumamnya seraya meletakkan sebuah bantal dibawah kepala Yoongi. Ia meletakkan kepala Yoongi disana.
Hyunjin juga menyelimuti tubuh Yoongi dengan selimut."Astaga, kau bisa masuk angin. Setidaknya tutuplah jendelanya." Ucapnya saat melihat kearah jendela.
Kemudian ia melangkahkan kakinya kearah jendela yang masih terbuka.
Perlahan ia menutupnya."Kau belum tidur?" Ucapnya ketika ia membalikkan tubuhnya menghadap ranjang. Dilihatnya Yoongi tengah tidur menyamping. Pria itu tengah menatapnya.
"Kufikir kau sudah tidur.""Aku tidak bisa tidur." Ucap Yoongi pelan.
Perlahan Hyunjin berjalan kearahnya dan segera menaiki ranjang, masuk kedalam selimut yang sama dengan Yoongi."Wae? Kau bilang kau lelah." Ucap Hyunjin.
Tiba-tiba Yoongi menarik tubuhnya hingga tubuh mereka menempel. Awalnya Hyunjin terkejut, namun ia sudah terbiasa dengan perlakuan Yoongi yang selalu tiba-tiba."Eoh. Hanya saja.. ada sesuatu yang sedikit mengganggu pikiranku." Ucap pria itu. Tangannya memeluk pinggang Hyunjin erat.
"Apa itu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life ✔
Fanfic[𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍] Pernikahan Min Yoongi dan Cho Hyunjin mulai dilanda berbagai konflik. Kehidupan keduanya yang semula tentram, mendadak goyah begitu seseorang hadir di antara keduanya. Tawa bahagia itu perlahan berubah menjadi tangisan lara...