Chapter 20 : From me

6.4K 673 36
                                    

Empat hari sebelum matanya terpejam abadi , Taehyung ingin menghabiskan waktunya bersama dengan orang-orang tersayangnya kendati demikian ia hanya bisa berharap , menerima kenyataan bahwa sekarang tak ada satu orang pun yang tinggal di sisinya

Dua hari yang lalu , rahasia besarnya terbongkar karna kecerobohannya sendiri , meski mereka memohon dengan cara yang bagi Taehyung tak harus di lakukan , tapi tetap saja egonya tak mampu di kalahkan oleh apapun

Taehyung tahu seberapa mereka perduli padanya , dirinya juga paham apa itu keluarga karna ia juga pernah merasakan apa itu kehilangan

Tak mau menyianyiakan waktu , kini Taehyung tengah berada di tempat Ibunya di rawat , sudah sekian lama Taehyung tak mengunjungi Ibunya yang masih setia menutup matanya , keadaannya tak jauh berbeda dari terakhir kali di lihatnya , hanya pipinya yang semakin tirus dan badannya kurus

"Bu ... Ini Taehyung , maaf lama tak mengunjungimu" tangannya tergerak menyentuh kulit pucat punggung tangan sang Ibu

" Ibu tahu kan aku tak bisa berbohong apapun padamu , aku ingin jujur kali ini"

Taehyung menatap ke arah gorden putih yang terbuka , memperlihatkan awan biru dengan burung-burung sebagai seni pendukungnya , dirinya tersenyum

"Aku ingin terbang bebas sebebas burung di sana Bu , tapi perasaanku tak mengizinkannya" senyum itu berubah seiring dirinya mengakhiri kalimatnya

"Bagaimana menurut Ibu , harus ku pilih siapa di antara mereka , Jimin atau Mereka yang marah ? Akhir-akhir ini aku menjadi ragu , kenyataannya aku sama sayangnya pada keduanya" Taehyung mulai memainkan ujung jari wanita itu , di letakan di sebelah pipinya , tangan itu meski diam tetap terasa hangat saat menyentuh permukaan kulitnya

"Ibu , maaf kan aku jika saat kau membuka mata tak akan melihatku lagi , jika saja aku bisa melihatmu sedikit lebih lama dalam kebahagiaan keluarga aku akan melakukan apapun itu syaratnya , tapi sayang takdir terlalu menuntut" Taehyung tersenyum perih , matanya mulai berembun kembali dalam detik berikutnya ia terlihat lebih lemah

"Bu ... Kau ingat tidak ? Kata ayah aku selalu bertingkah seperti anak anjing , menggemaskan dan lincah , sampai detik ini aku tetap menyandang gelar itu kan ?" Tertawa sesaat sebelum menjeda ucapannya

"Nanti , meski Ibu sedang tak memikirkanku jangan pernah Ibu melupakan anak anjingmu ya Bu , tapi jika Ibu mengingatku sambil menangis aku tak akan mau di ingat oleh Ibu" tutur Taehyung menahan isakannya , ini mirip perpisahan yang di lakukan oleh tokoh sepihak

Kalau saja ini bukan ruangan khusus , mungkin Taehyung sudah kena tegur karna terlalu bising , tangis yang di tahan mati-matian olehnya tumpah begitu saja saat ia beranjak pergi , Taehyung ambruk di ambang pintu yang masih tertutup , gengaman pada kenop pintu itu melemas seiring dirinya jatuh terduduk , sekali saja dan untuk terakhir kalinya dirinya menangis di depan sang Ibu yang teramat ia sayangi.

*****

Malam ini lebih menyedihkan dari pada malam-malam kemarin yang masih sedikit terasa hangat , bahkan ketika dirinya menjalani tes yang Dokter Nam jadwalkan Taehyung tetap diam tanpa sepatah kata pun ia keluarkan , dirinya hanya merespon dengan gerakan badannya jika sangat di perlukan, ia seperti mayat hidup yang sedang berjalan sesuai perintah pria berjas yang ia ketahui seorang Dokter

Hatinya beku , pandangannya kosong bahkan gerakan tubuhnya seperti robot yang kehilangan daya baterai , lemah dan terbatas

Saat sebuah ketukan menginstrupsi gendang telinganya , ia hanya menatap siapa dalang di baliknya , seorang wanita mungil nan ramping yang membawa nampan berisi beberapa botol kecil dan segelas air putih yang tak tertutup di atasnya , wanita itu sangat ramah menyapa Taehyung tak lupa dengan senyum tulusnya

Hyung ! [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang