Pupil Guanlin dari balik kelopak matanya mulai bergerak tak nyaman saat sinar matahari buatan dari kisi jendela menyorot tepat ke arah wajahnya. Ia lalu menggerakkan tangannya ke arah tempat tidur di sampingnya. Ia lantas langsung bangun dan terduduk saat didapatinnya tidak ada siapa pun disana.
"Hhhh..." Guanlin menghela napasnya berat. Untuk sesat ia sempat mengira kehadiran Seonho dan segala kejadian kemarin hanya mimpi. Tapi nyatanya itu memang terjadi.
Guanlin memutar kepalanya untuk melihat ke seluruh ruangan dan tidak mendapati Seonho disana. Ia lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.
"Oppa sudah bangun?" Seonho yang tengah menata piring di meja makan berujar semangat saat dilihatnya Guanlin melangkah keluar dari dalam kamarnya. Telinga tambahannya menegak lucu.
Guanlin tersenyum sebentar mendengar panggilan 'oppa' yang dilontarkan Seonho pagi ini. Ia lalu menghampiri pemuda itu di ruang makan dan duduk di salah satu kursi disana.
"Kau sedang apa?" Tanya Guanlin sambil menopang dagu menatap Seonho.
"Memasak sedikit makanan untuk kita." Jawab Seonho yang kini berdiri membelakangi Guanlin. Ia sibuk membalikkan makanan di wajan di hadapannya.
"Kita?" Tanya Guanlin sambil kembali menampilkan senyum lebarnya.
Seonho membalikkan badannya sambil membawa sepiring roti yang terlihat seperti kayu ke meja makan. Ia lalu menyentil pelan kening Guanlin.
"Jangan berpikiran yang tidak-tidak." Ketus Seonho yang kini meletakkan segelas air berwarna oranye ke hadapan Guanlin.
Guanlin menggeleng sambil menatap Seonho yang kini memposisikan dirinya duduk di kursi di seberangnya. "Aku berpikiran yang iya-iya." Ucapnya sambil menunjukkan smirk andalannya.
Seonho di depannya bergerak mengambil sepotong roti lalu menjejalkannya ke dalam mulut Guanlin. Pemuda itu hanya tertawa-tawa sambil mengutip sedikit sisa roti yang lolos dari mulutnya. Dilihatnya Seonho di depannya dengan wajah sedikit memerah dan telinga tambahannya yang bergerak lucu.
"Aku harus pergi bekerja hari ini." Ujar Seonho di sela-sela makannya. Guanlin menatapnya sekilas lalu kembali fokus pada sarapannya.
"Oppa tetap tinggallah di apartemenku. Jangan kemana-kemana sampai aku kembali." Titah Seonho.
Guanlin tersenyum kecil. "Aku tidak akan meninggalkanmu. Jadi jangan terlalu khawatir." Ujarnya sambil memberi Seonho tatapan menggoda.
"Aku serius, Oppa." Ujar Seonho sambil menatap tepat ke manik kelam milik Guanlin.
Guanlin masih tidak menghilangkan senyum di wajahnya. "Baiklah." Ucapnya akhirnya.
"Kau tahu? Kau sangat menggemaskan saat memanggilku dengan sebutan oppa." Ujar Guanlin lagi sambil menatap manik karamel Seonho yang kini sedikit membulat memandanginya.
***
Seonho kini melangkahkan kaki ke basement apartemennya. Ia lalu masuk ke sebuah mobil magnetik berwarna kuning dan mulai memasuki jalan raya---yang sebenarnya melayang di atas permukaan---dan bergabung bersama kendaraan lain.
"Thropan-A." Gumam Seonho setelah beberapa saat terlihat berkendara sambil berpikir dan mengetuk-ngetukan jarinya di kemudi mobil.
Ia menepikan mobilnya untuk berhenti di permukaan---di depan sebuah tempat yang terlihat seperti coffe shop---lalu turun dari mobil dan masuk ke dalam tempat itu.
"Dua gelas Droggle untuk dibawa, tolong." Ucapnya pada si penjaga toko dengan bahasa asli Venus.
"Totalnya dua ratus Lpoeer." Jawab gadis di balik meja kasir. Seonho lalu menyerahkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan setelahnya gadis itu pergi utnuk membuat pesanan Seonho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hespherus ; GuanHo
FanfictionKejora saat fajar dan senja selalu mengingatkan Guanlin akan Seonho. Warn : bxb!