Chapter 15

596 147 64
                                        

Hening.

Guanlin masih fokus menyetir. Membawa mobil silver itu membelah jalanan yang semakin sepi karena malam semakin larut. Sekali lagi ia melirik ke arah spion, melihat Daehwi dan Minho yang masih tertidur pulas di bangku belakang. Pandangannya lalu beralih ke arah bangku di sampingnya. Melirik Seonho yang juga sudah tertidur.

Guanlin menghela napas beratnya. Mengingat bagaimana wajah kecewa Seonho tadi. Setelahnya ia kembali fokus pada jalanan di depan.

Pip! Pip! Pip!

Guanlin melihat ke arah layar hologram di balik kemudi. Sebuah bar terpampang jelas disana. Berwarna merah dan menampilkan tanda seru serta sebuah tulisan, 'Daya hampir habis'.

Guanlin berdecak kesal kala lampu mobilnya menyoroti hamparan sabana cukup luas di sekeliling. Tidak ada tanda-tanda kehidupan Novara. Sungguh, hal terakhir yang ingin Guanlin pikirkan saat ini adalah kemungkinan bahwa mobil yang ia kendarai harus mati karena kehabisan daya.

Saat selanjutnya, ia beralih mengetikkan sesuatu di layar penunjuk arah.

"Syukurlah," gumamnya saat layar tersebut menunjukkan sebuah tempat.

Guanlin kini mengendarai mobilnya memasuki sebuah lahan. Tempat pengisian daya untuk mobil magnetik Daehwi, yang juga merangkap menjadi rest area.

Pemuda Lai itu kini memberhentikan mobil di depan sebuah benda yang terlihat seperti untuk pengisian daya. Turun dari kursi kemudinya lalu mulai bejalan mengelilingi benda hitam itu untuk mempelajarinya.

'Letakkan tanda pengenal anda disini'

Guanlin mengernyit sebentar saat melihat tulisan di layar kecil benda tersebut. Ia lalu kembali masuk ke mobil dan menarik tas Daehwi di kursi belakang kemudian merogoh isi tas untuk mencari kartu identitas si pemilik tas.

Setelah dapat, ia lalu meletakkan kartu tersebut di tempat yang tersedia. Kemudian muncul tulisan lain, kali ini berupa pilihan.

Guanlin kembali mengernyit bingung, coba memahami maksudnya, lalu menyentuh pilihan terakhir yang tertera di layar.

'Pengisian sedang berlangsung'

'Silahkan ambil tanda pengenal anda'

Guanlin kemudian mengambil kartu identitas Daehwi seperti yang diperintahkan lalu mengembalikannya ke dalam tas dan menaruh kembali tas itu ke kursi belakang. Setelahnya ia kembali ke dalam mobil.

Hening. Pengisian berlangsung cukup lama rupanya. Hanya terdengar helaan napas berat Guanlin.

Pemuda tampan itu menoleh, memusatkan pandangannya pada pemuda yang duduk di kursi penumpang di kanannya. Ia bergerak ke arah Seonho. Mendekatkan duduknya dengan pemuda itu. Tangannya lalu bergerak ke puncak kepala si pemuda manis. Lalu mulai membelai rambutnya pelan.

"Maaf," ujar Guanlin parau.

Tangannya masih membelai rambut Seonho pelan.

"Aku tahu ucapanku tadi kasar. Dan aku yakin itu menyakitimu." Guanlin mulai berujar, tanpa ada balasan.

Ia kembali menghela napasnya. "Itu hanya bentuk proteksi diri," lanjutnya.

Detik selanjutnya, Seonho bergerak tak nyaman. Pemuda itu menggeser tubuhnya menghadap Guanlin, lalu membuka mata cokelatnya yang sejak tadi terpejam.

"Kau tidak lelah?" Seonho membalas, dengan suara khas orang bangun tidur.

Guanlin lantas mengangkat tangannya dari kepala pemuda itu. Menatap manik teduh berwarna karamel milik Seonho sebentar, lalu menunduk. Kini tangannya menggenggam lembut jemari Seonho. Mengusapnya pelan.

Hespherus ; GuanHoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang