Chapter 8

1K 243 139
                                        

Daehwi harusnya tahu bahwa sesuatu seperti ini akan terjadi saat dilihatnya Seonho---dua hari lalu---berjalan tergesa keluar dari Ruang Pemantau. Dan hal ini harusnya sudah jelas terbaca saat ia tak sengaja melihat ke ruangan itu dan mendapati layar-layar disana menampilkan beberapa orang yang tengah berjalan di tepian Athena Dirro.

Namun bodohnya Daehwi, sedikit pun ia tidak menaruh curiga terhadap sahabat sejak kecilnya itu. Terpikir untuk mencurigai gerak-gerik Seonho pun tidak.

Yang Seonho lakukan memang bukanlah sesuatu yang buruk. Itu justru terlampau baik untuk ukuran seorang Novara. Tapi kebaikannya itu justru dapat membahayakan dirinya sendiri. Dan Daehwi tidak ingin menaruh pemuda Yoo itu pada bahaya manapun.

Daehwi kini mengurut pelan pelipisnya. Setelahnya ia menghela napas beratnya. "Baiklah akan ku bantu." Ujarnya sambil menatap Guanlin.

Guanlin yang duduk tepat di hadapan Daehwi menatap pemuda itu kebingungan. "Mereka juga lancar berbahasa manusia." Jelas Seonho.

"Terima kasih, Hwi." Seonho kembali berujar. Kali ini ditambah sedikit senyuman yang ia lemparkan pada Daehwi.

Daehwi mengangguk pelan yang menyebabkan bunny earsnya bergoyang lucu. "Bagaimana dengan mu, Min?" Daehwi sedikit menyenggol lengan Minho yang sejak tadi memandangi Guanlin.

Minho kini melipat kedua tangannya di depan dada dan bersandar di tempatnya duduk. Ia lalu menatap Seonho dengan manik kuning-cokelat miliknya. Seonho di depannya memasang wajah memohon.

"Baiklah." Ujar Minho singkat.

"Jadi apa yang harus kita lakukan pertama?" Daehwi menatap Seonho meminta penjelasan.

Keempat pemuda itu kini mengendarai mobil magnetik ke kediaman Daehwi yang berjarak cukup jauh dari apartemen Seonho. Di apatemen tadi---setelah kedapatan menyembunyikan Guanlin---Seonho terpaksa menceritakan garis besar kejadian beberapa hari ke belakang kepada kedua sahabatnya itu.

Sebenarnya Seonho memang berniat untuk memberitahu keberadaan Guanlin pada Daehwi dan Minho. Ia bahkan berniat meminta bantuan keduanya---selaku teman paling dekat. Namun ia tidak ingin memberitahu mereka secepat itu. Setidaknya, tidak sebelum ia menyelesaikan 50 persen rencananya untuk mengembalikan Guanlin ke Bumi.

"Kau yakin tidak masalah jika mereka mengetahui keberadanku?" Guanlin yang duduk di kursi penumpang memecah keheningan yang sempat melingkupi mobil berwarna kuning itu.

Seonho yang duduk di belakang kemudi memandang Guanlin sekilas lalu kembali memfokuskan pandangannya ke jalan. "Aku yakin tidak. Mereka berdua sahabat baikku sejak kecil dan oppa bisa mempercayai mereka." Ujar Seonho masih menatap mobil merah milik Minho di depan mereka.

Guanlin memandangi Seonho yang sedang mengemudi di sampingnya. "Aku tidak ingin kembali." Ujarnya.

Seonho tergelak lucu. "Jangan bercanda. Apakah oppa tidak ingin kembali berkumpul bersama keluarga dan orang-orang terdekat oppa?" Tanyanya sambil melirik Guanlin sebentar.

Guanlin tidak menjawab. Kali ini pandangannya menerawang ke jalanan di depannya. "Ah, benar. Eomma... Appa... Noona..." Gumam Guanlin. "Dan Jihoon." Lanjutnya.

"Mereka pasti mengkhawatirkan dan merindukanmu, Oppa." Ucap Seonho.

Guanlin kembali menatap Seonho. Seringaian lebar kini muncul di wajahnya. "Apakah kau akan merindukan ku juga saat aku sudah kembali?" Tanyanya masih mempertahankan seringaiannya.

"Apakah itu penting untuk saat ini? Yang terpenting sekarang adalah membawa oppa kembali ke tempat asal oppa." Seonho menggeleng---tak paham dengan jalan pikiran pemuda di sampingnya itu.

Hespherus ; GuanHoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang