Bugh!
"Seonho cukup!" Teriakan dan tarikan tangan Daehwi di tubuh Seonho berhasil menjauhkan pemuda itu dari atas tubuh Minho yang wajahnya kini dipenuhi lebam kebiruan.
Seonho masih menatap Minho---yang kini berusaha berdiri---tajam. "Pengkhianat." Geram Seonho.
Minho terkekeh ringan. "Aku tahu kau akan marah padaku. Tapi aku tidak tahu kau akan semarah ini." Ujar Minho sambil menatap Seonho lekat.
"Maafkan aku." Lanjut Minho tidak menyiratkan penyesalan sedikit pun.
Seonho mengepalkan kedua tangannya. Ia bersiap untuk kembali memukul wajah Minho namun terlanjur ditahan oleh tangan Daehwi.
"Kita bisa membicarakannya baik-baik, Seon." Ucap Daehwi dengan tatapan memohon.
Seonho sekali lagi menatap Minho tajam lalu setelahnya keluar dari ruangan bernuansa abu-abu itu.
"Kau sudah gila, Min?!" Daehwi berujar kesal begitu didengarnya Seonho melangkah menjauhi ruangan itu.
"Kurasa iya." Jawab Minho enteng.
Daehwi menggeleng tidak percaya. "Ku kira kita sepakat untuk selalu berada di sisi dan pihak Seonho. Tapi nyatanya..." Daehwi menggantung kalimatnya.
"Kurasa aku menyukainya hingga segila itu hingga sanggup mengkhianatinya seperti ini." Ujar Minho sambil menatap ujung kakinya.
"Aku menyukainya segila itu hingga sanggup menjebak Hyunbin dengan seorang wanita dan membuat Seonho putus dengannya. Segila itu hingga aku dengan senang hati menghabiskan tenagaku untuk menghajar semua pria yang coba mendekatinya. Segila itu hingga dengan mudahnya aku cemburu dengan setiap orang yang menyentuh tubuhnya meski hanya beberapa mili. Segila itu hingga aku rela melanggar kesepakatan untuk selalu berada di pihaknya." Suara Minho meninggi di setiap akhir kalimat.
Minho kini menatap Daehwi menyeramkan. "Ya. Aku gila ,Hwi. Aku gila olehnya. Oleh Seonho." Suara Minho bergetar di kalimat terakhirnya.
"Min, kau---
Brak!
Belum sempat Daehwi menyelesaikan kalimatnya, pintu kamar 281 tersebut terbuka dengan kasar dan menampilkan sosok Seonho yang memandang Minho dengan tatapan yang sulit diartikan.
Terjadi keheningan panjang di dalam ruangan itu. Ketiganya saling bertatapan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun sampai akhirnya Seonho berjalan ke arah Minho.
"Seon!" Daehwi berujar tertahan saat dikiranya Seonho akan kembali menghajar Minho.
Namun nyatanya, kini Seonho tengah memegang tas miliknya dan milik Guanlin yang berada di meja di samping Minho. Ia melirik Minho sekilas lalu lanjut mengambil PC yang juga tergeletak di meja itu.
"Kau mau kemana, Seonho?" Ujar Daehwi sambil menahan tangan Seonho yang berjalan melewatinya.
"Menyelamatkan Guanlin." Jawab Seonho sambil menatap Daehwi penuh arti.
"Aku ikut!" Putus Daehwi lalu setelahnya ia bergerak memasukkan pakaian miliknya yang tergantung di lemari ke dalam tas.
"Kau tidak perlu, Hwi. Biar aku sendiri saja." Ujar Seonho sambil menatap gerak-gerik Daehwi.
"Tidak, aku ikut." Ujar Daehwi tegas lalu berjalan ke arah Seonho. "Ayo!" Lanjutnya sambil menarik tangan pemuda Samick itu.
Daehwi dan Seonho kini sudah berada di dalam mobil Daehwi yang kemarin mereka bawa. Daehwi baru ingin memutar kunci untuk menyalakan mobilnya saat Minho tiba-tiba membuka pintu penumpang---yang belum dikunci---di bagian belakang mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hespherus ; GuanHo
Fiksi PenggemarKejora saat fajar dan senja selalu mengingatkan Guanlin akan Seonho. Warn : bxb!