03

2.6K 238 56
                                    

Aku benar-benar yakin kalau pria itu ialah Randy. Aku segera menolongnya walaupun rasa hati ini tersakiti.

Aku bingung bagaimana cara menolong Randy. Aku tahu! Suatu ide muncul di dalam pikiranku. Aku harus menelpon orang tuanya Randy.

"Hallo.. Tante, ini aku temannya Randy, Randy kecelakaan tante."

"Ya ampun, Randy kecelakaan? SMS-in alamatnya ya. Nanti saya kesana."

"Iya tante." Aku pun memberi alamat di mana Randy kecelakaan.

Tak lama kemudian orang tua Randy datang untuk membawa Randy ke Rumah Sakit.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepada Randy. Karna aku tidak diperbolehkan ikut oleh papanya Randy.

Randy POV

Aku merasakan sakit di kepalaku. Aku tidak tahu apa yang terjadi kepadaku. Aku pun membuka mataku, alangkah terkejutnya aku.

"Aku ada di mana?" Tanyaku bingung.

"Alhamdulilah, kamu udah sadar nak. Kamu lagi di Rumah Sakit nak," kata ibu.

"Rumah Sakit? Kenapa Randy bisa ada di sini ma? Seingat Randy, Randy mau jemput Cella ke cafe." Sahut ku.

"Iya nak, tadi ada anak perempuan yang nolongin kamu. Dia nelpon mama, katanya kamu kecelakaan." Jawab mama.

"Lalu, apa yang terjadi sama Randy ma? Pa? Apa Randy mengalami benturan fisik? Soalnya Randy merasa, kepala Randy sakit ma." Ujarku.

"Kata dokter, kamu hanya mengalami benturan kecil nak." Sahut ibuku.

Acha POV

Haduh, ko gue jadi kepikiran gini ya sama Randy? Gue takut Randy kenapa-napa. Coba kalo gue boleh ikut ke Rumah Sakit, pasti gue tau Randy kenapa. Batin ku kebingungan.

Lebih baik aku memikirkan hal yang lain dari pada memikirkan keadaan Randy terus.

Ponselku berdering. Ternyata ada telpon dari mamanya Randy.

"Halo.."

"Iya, halo tante. Ada apa?"

"Tante cuma mau bilang, makasih ya kamu udah nolongin anak saya Randy."

"Oh, iya tante."

"Yaudah, tante cuma mau bilang itu aja. Makasih ya sekali lagi."

"Iya tante, sama-sama."

Aku lupa, aku tidak menanyakan keadaan Randy bagaimana. Ah sudah lah, mugkin Randy baik-baik saja.

Oh iya, besok kan ada ulangan matematika. Aku lupa, aku belum belajar. Daripada aku memikirkan Randy, lebih baik aku belajar saja.

Di pagi hari, aku terbangun pukul 05:30. Aku segera mandi, memakai baju, mengemas buku, lalu sarapan. Karena aku telat bangun.

Ya ampun, udah jam segini gue baru bangun, gue kesiangan. Ucapku.

Setelah aku selesai menyiapkan keperluan sekolah, aku pergi ke sekolah diantar papa naik mobil.

Aku ini bukan orang kaya bukan juga orang miskin. Hidupku ini sederhana saja. Dibandingkan Randy, aku jauh di bawah levelnya.

Dan saat aku sampai di sekolah, aku segera menuju kelasku di kelas XI IPA 3. Aku sudah tiba di kelasku, saat aku baru duduk dan menaruh tas, "Kriing..!!" Bell berbunyi.

Untung gue di rumah udah sarapan, jadi gak masalah gak ke kantin pagi-pagi. Batinku.

Pelajaran pun dimulai. Pelajaran pertama yaitu matematika. Menurutku, ini adalah pelajaran yang cukup menguji otak. Banyak temanku diantaranya yang menyerah pada pelajaran ini.

Pak Rizal sudah memasuki kelasku. Ya, Pak Rizal adalah guru matematika.

"Bersiap! Memberi Salam!" Ujar ketua kelas.

"Selamat Pagi Pak...!" Sahut semua anak yang ada di dalam kelas.

"Ya, selamat pagi. Hari ini sesuai janji bapak, ada ulangan harian hari ini. Kalian sudah mempersiapkan diri kan?" Tanya Pak Rizal.

"Sudah Pak..." Jawab anak-anak.

Ulangan pun dimulai. Aku tidak mengalami kesulitan saat menjalankan ulangan tersebut. Setelah 120 Menit mengerjakan soal ulangan matematika, bell berbunyi. "Kriing..!!" Menandakan bahwa saatnya ganti pelajaran.

Pelajaran berikutnya adalah Sejarah. Saat pelajaran itu, gurunya tidak masuk. Akhirnya kelasku Free Class pada pelajaran Sejarah.

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat. Menurutku, aku belum lama mendengar bunyi bell. Kini aku mendengar lagi bunyi bell istirahat.

Saat istirahat, aku ke kelas XI IPA 1. Tujuan ku bukan kepada Randy, aku ingin meminjam Novel kepada teman ku Rayna.

Awalnya tujuan ku hanya itu, namun setelah ku pikir-pikir, aku juga mengkhawatirkan kondisi Randy.

"Rayna, eh lo di situ. Ray, gue mau pinjam novel lo dong. Yang judulnya 'Love Break My Heart'." Ujar ku kepadanya.

"Oh, yaudah.. Senin gue bawain novelnya." Sahutnya.

"Ok Thanks ya Ray. Oh iya by the way, Randy gak masuk ya?" Tanyaku padanya.

"Iya nih, Randy gak masuk. Katanya Randy kecelakaan dan masih dirawat di Rumah Sakit." Jawabnya.

"Oh, emang sakitnya parah ya?" Tanyaku kembali pada Rayna.

"Katanya sih, kepalanya kena benturan kecil. Tapi gak tau, kapan Randy masuk lagi." Jawab Rayna.

"Oh.. yaudah makasih ya Ray." Ucapku.

"Iya Cha." Sahut Rayna.

Aku pun kembali ke kelasku. Aku tidak jajan, karena terus memikirkan Randy yang masih dirawat di Rumah Sakit.

Sepulang sekolah, aku masih terbayang bagaimana kondisi Randy. Tapi suatu hal membuyarkan lamunanku. Ada kopi tumpah mengenai kakiku.

"Oh Shit..! Kopi pake tumpah segala lagi. Bikin kerjaan aja." Kataku kesal.

Aku pun mengepel lantai yang terkena tumpahan kopi tadi.

Ah udahlah, jangan mikirin Randy terus. Ingat Cha, Randy udah punya pacar. Jadi lo gak usah terlalu peduli sama Randy. Ucapku dalam hati.

TBC

Thank's ya yang udah Reads and Votes.

Love Hurts [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang