Episode kali ini lebih panjang dari sebelumnya.
Randhika Reyza
"Udah, ayo..." Ucapku sambil menarik lengan Tasha.
"Nih... Kita makan bareng ya..." Ucapku.
"Iya... Gw ngambil kotak sarapan gw dulu ya..." Ucapnya.
"Jangan...! Ini, punya gw aja. Kita makan berdua." Ucapku, melarangnya untuk pergi dari kelas ku.
Tiba-tiba terdengar suara yang tak asing bagi ku lagi.
"Ekhem... Iri aja ngeliat gw sama kak Davino makan bareng..." Ucapnya. Ya, itu adalah suara Cella.
Aku pun terdiam dan tidak peduli apa yang di katakannya. Sebenarnya, aku cukup kesal apa yang di katakan oleh mantan ku ini. Tapi, aku berusaha untuk tidak terlalu peduli dengannya
Sebenarnya, aku tidak mencintai gadis yang sedang makan bersama ku ini. Aku tidak cinta dengan Tasha. Namun, karna ini paksaan mama, jadi apa boleh buat. Mungkin dengan cara seperti ini aku bisa move on dari Cella.
Jujur, aku hanya melampiaskan rasa iri pada hati ku ke Tasha. Tujuan ku mengajaknya makan bersama, hanya untuk menunjukan pada Cella, bahwa aku juga bisa melakukan apa yang ia lakukan dengan kak Davino.
Mungkin, ini cara ku untuk bisa melupakan Cella. Dengan adanya hubungan antara aku dengan Tasha, mungkin ini bisa membuat ku untuk mudah melupakan Cella.
"Yang beb, kita pergi aja yuk... Panas banget tau di sini... Yuk kak," Ucap Cella kepada kak Davino.
"Iya... Yuk," Ucap kak Davino.
Setelah mereka berdua pergi, tinggalah aku berdua dengan Tasha. Jujur, aku ingin sekali sekarang ini Tasha pergi dari hadapan ku. Karna, aku sama sekali tidak mencintai gadis ini.
"Lo udah sarapan kan di rumah??" Tanya ku padanya.
"Iya, Terus kenapa?" Kini ia yang berbalik tanya.
"Ya gapapa, gw mau ke toliet dulu. Lo kalo mau ke kelas lo ke kelas aja." Ucapku.
Tasha Veronica
"Ya gapapa, gw mau ke toliet dulu. Lo kalo mau ke kelas lo ke kelas aja." Ucapnya.
Randy pun pergi meninggalkan ku seorang diri. Tak lama kemudian, ada seseorang yang datang ke kelas Randy. Yang datang ialah teman sekelas Randy.
Ucapan Randy tadi itu, terkesan seperti mengusir ku dari kelas ku. Aku tidak berlama-lama di kelasnya. Aku pun pergi ke kelas ku.
Entah mengapa sudah jam segini belum ada satu teman ku yang datang. Lama aku menunggu akhirnya ada teman sekelas ku yang datang. Siapa itu? Aku menyipitkan mata ku. Oh, itu Dhera.
"Pagi Sha," Sapa Dhera terhadap ku.
Aku menaikkan alis kanan ku. "Tumben lo nyapa gw?? Biasanya kagak." Ucap ku sambil tersenyum.
"Btw... Lo udah ngerjain PR Dher?" Tanyaku.
"Udah dong... Lo belum ya?..." Kini Dhera yang berbalik tanya.
"Eits. Gw udahlah... Gw cuma nanya aja sama lo.. Biasanya kan lo sering banget ngerjain PR di sekolah." Ledek ku.
Tak lama kemudian, teman sekelas ku sudah berdatangan. Aku baru ingat, hari ini aku piket. Namun, sedikit lagi bell berbunyi. Jika bell sudah berbunyi aku piket, nanti aku telat upacara. Ya sudahlah, mereka juga tidak tahu kalau aku sudah piket atau belum.
●●●
Sehabis upacara, kami semua masuk ke kelas masing-masing. Di kelas, aku tiba-tiba sakit perut. Entah kenapa tiba-tiba saja perut ku ini melilit. Aku pu pergi ke ruang UKS di temani oleh Dheandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hurts [End]
Teen FictionKu pikir cinta itu menyenangkan. Tapi justru sebaliknya, cinta itu menyakitkan. Bila mana seseorang yang kau cintai hanya berpura-pura untuk mencintaimu, apa yang kau rasakan? Atau jika orang yang kau cintai itu juga mencintaimu, namun ia berpura-pu...