16

2.4K 105 22
                                    

Tapi gue gak mungkin semudah itu melupakan dia, mungkin dia bisa aja ngelupain gue dalam waktu singkat? Batin ku.

Seketika aku teringat akan janji ku pada Tasha yang ku ucapkan waktu itu di mobil.

Gak, gue gak boleh negative thinking dulu, gue harus ngomong sama dia, ayolah Ran...! Belajar berani ngomong! Ucap ku.

Aku pun mengambil handphone ku yang sedari tadi ada di sebelah ku. Aku masih belum yakin apakah aku harus bicara atau tidak.

Aku sudah membulatkan keputusan ku. Aku akan chat dia agar dia tidak melupakan ku dan tidak marah dengan ku.

Tasha

Sha, gue minta maaf sebelumnya.. Papa gue di mutasi, mendadak banget.. Kemarin ngomongnya sama gue.. Jadi gue kemarin gak sempat ngabarin lo.. Maafin gue ya, lo marah ya sama gue?

Tasha Veronica

Randhi

Sha, gue minta maaf sebelumnya.. Papa gue di mutasi, mendadak banget.. Kemarin ngomongnya sama gue.. Jadi gue kemarin gak sempat ngabarin lo.. Maafin gue ya, lo marah ya sama gue?

Oh. Gue marah sama lo?? Lo pikir aja sendiri.


Setelah aku berbucara seperti itu, dia tidak membalas pesan dari ku.

Apa?! Jadi selama ini Randy udah pindah karena papanya di mutasi? Kenapa lo gak ngomong dari kemarin Randy? Lo gak sempat? Cuma satu menit palingan lo ngetik, masa gak sempat sih? Mana dia gak ngomong dimutasi kemana lagi. Ucap ku.

Ku rasa Randy sudah tau jawabannya. Aku tidak mungkin bisa move on dari dalam waktu cepat. Aku juga tidak mungkin memaksa dia untuk terus mencintai ku.

Ini adalah hal pahit dalam hidup ku ketika aku mengenal apa yang namanya cinta. Aku tak percaya akan cinta pada pandangan pertama.

Dia berkata bahwa dia mencintai ku, bahkan dia bilang kalau aku ini cinta pertama dan terakhirnya. Sudahlah, itu hanyalah sendau gurau yang tak akan tercipta.

Aku harus bisa melupakan Randy, lagipula aku tak akan mungkin berjodoh dengannya. Aku di sini sedangkan dia jauh di sana.

Ya tuhan! Aku tidak bisa fokus pelajaran bila keadaan ku seperti ini terus menerus.

Tak lama kemudian handphone ku berdering. Aku pun mengangkatnya dan melihat siapa yang menelpon ku. Ternyata yang menelpon ku itu Randy.

"Hallo Sha," Ucapnya rendah.

"Hallo. Ngapain lo nelpon gue lagi?" Ucap ku sedikit kesal.

"Cuma mau ngasih tau ke lo.. Gue udah punya calon di sini.. Jadi lo lupain gue secepatnya ya.. Atau lo cari yang lain aja yang lebih dari gue.. Di sini gue juga dapat yang lebih dari lo ko.. Bye.." Ucap Randy seenaknya.

"Randy..!-" Ucapan ku terputus karena Randy memutuskan sambungan telpon ku.

Randhika Reyza

Maafin gue Sha, gue bohong sama lo kalau gue punya calon pacar baru, soalnya gue gak mau lo gak konsen belajar dan kepikiran sama gue mulu. Batin ku.

Aku pun menemui mama untuk menanyakan sekolah ku di sini. Aku tidak mungkin bisa sekolah di sini karena, aku belum terlalu mengusai bahasa Jepang.

"Ma.. Mama di mana?" Ucap ku mencari mama.

"Mama di dapur!" Ucap mama lantang.

Aku pun berjalan menuju dapur menemui mama.

"Ma. Sekolah Randy gimana ma? Kan Randy belum bisa berbahasa Jepang dengan lancar?" Ucap ku memberi penjelasan kepada mama.

"Panggil guru aja ke apartemen ini. Guru privat, jadi kamu sekolahnya di sini." Ucap mama.

"Tapi apa ada guru orang Jepang yang bisa bahasa Indonesia?" Ucap ku lagi.

"Ya.. Nanti papa dan mama akan cari kan orang yang tepat untuk itu. Jadi kamu gak usah khawatir ya.." Ucap mama.

"Oh.. Iya mah, makasih ya.." Ucap ku.

Aku pun berjalan menuju kamar ku. Dan ku lihat Tiara sedang tiduran di sana.

"Oi..! Ngapain lo di sini..? Keluar gak?!" Ucapan ku itu belum berhasil menggesuh adik ku untuk keluar.

"Woyy...!! Denger gak sih lo! Gue bilang keluar!" Ucap ku sekali lagi sambil membuka salah satu earphone dari telinganya. Dan sekarang ucapan ku ini berhasil membuat adik ku ini keluar.

"Iya ah bawe lo!" Ucapnya yang langsung pergi meninggalkan kamar ku.

Aneh bangeh sih Tiara, dia kan punya kamar, ngapain juga dia di kamar gue? Ucap ku yang sedikit terdengar oleh Tiara.

"Kamar gue kecil!" Ucapnya dari kejauhan.

Tapi gue malah jadi takut kalau Tasha malah tambah sedih karena ucapan gue di telpon tadi.

Randy! Stop! Lo harus jadi diri lo yang dulu! Yang gak peduli dengan apapun yang telah terjadi! Semenjak lo berpacaran sama dia, lo jadi mental kerupuk gini. Please! Lupain dia, lupain! Ucap ku menguatkan mental dan menenangkan pikiran.

TBC

Sorry telat update

Love Hurts [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang