Dan setelah ku lihat ke belakang, ternyata Randy. Aku sangat kaget ketika itu. Huh! Randy sungguh menyebalkan.
"Ih! Ko lo nyebelin sih! Gue udah panik juga, ternyata yang nepuk bahu gue lo. Lo tuh-" Belum sempat aku menyelesaikan ucapan ku. Randy langsung menarik lengan ku dan mengantar ku ke kelas.
"Udah, jangan berisik. Nanti guru piket dengar aja. Lo kenapa bisa telat? Lo telat gara-gara mikirin gue semalaman ya?" Ucapnya menggoda.
"Ih! GR..! Siapa juga yang mikirin lo!" Ucap ku kesal.
"Udah deh jangan bohong, gue tau ko itu.." Ucapnya yakin sekali. Padahal siapa juga yang memikirkannya?
Tiba-tiba Randy menarik ku ke belakang dengan kasar. Aku pun tersentak kaget.
"Randy, apa-apaan sih? Kalo narik pelan dikit napa. Tangan gue-" Lagi-lagi Randy memotong ucapan ku.
"Diam dulu. Itu di sana lagi ada guru piket. Kalo kita ke sana pasti kita ketahuan dan akan dihukum." Ucapnya.
"Ran, ko lo bisa tau kalo gue telat? Terus kenapa lo nyusul gue ke gerbang belakang." Tanyaku padanya.
"Ceritanya panjang. Nanti gue ceritakan pas pulang sekolah." Ucapnya yang terus memperhatikan guru piket itu.
Setelah lama kami menunggu, akhirnya guru itu pergi juga.
"Ayo, sekarang udah aman." Ucap ku.
Aku pun berjalan hati-hati mengikuti langkah Randy. Akhirnya, aku telah tiba di depan kelas ku. Dan, Randy pun menuju kelasnya sendiri.
"Kriiingg..!!" Tepat sekali. Aku masuk, bell itu langsung berbunyi.
Tak lama bell berbunyi, Pak Sigit datang ke kelas ku untuk mengajar. Pak Sigit selagi menjadi guru Matematika, ia juga wali kelas ku.
Tiga jam telah berakhir, dan "Kriingg!!.." Kini saatnya istirahat. Biasanya aku yang menemui Randy. Namun, sekarang Randy yang menemui ku di kelas.
"Baru gue mau ke kelas lo. Lo udah ke sini aja.." Ucap ku pada Randy.
"Iya, sekali-kali lah, gue maen ke kelas lo.." Ucapnya dengan senyuman miring.
Tak lama, kami pun makan bersama. Selama kami berduaan, ada nyamuk yang mengganggu kami. Tak lain tak bukan adalah Dhera.
Dheandra Almadya
Ah, gue jadi nyamuk ah diantara mereka berdua. Hihihi, lagian udah tau ada jomblo di sini. Huft..
"Ekhem ekhem." Mereka tidak merespon ku.
"Aduh gue keselek es batu nih tolongin gue dong.." Ku rasa akting ku ini belum berhasil.
"Makanya, kalo minum pelan-pelan. Jadi keselek kan." Ucap salah seorang murid yang melihat akting ku.
Mereka pun tidak mempedulikan ku dan mereka malah memanaskan ku dengan adegan romastis mereka.
"Aduuh..., yang jomblo panas nih..!" Ucap ku meledek mereka.
Mereka pun pergi meninggalkan ku dan beberapa murid yang ada di kelas ini.
Randhika Reyza
Apa apaan sih Dhera, ganggu aja. Gue sama Tasha lagi asik juga. Eh.. Dia malah jadi nyamuk. Huft nyebelin. Ucap ku mendengus kesal.
Kami berdua pun menuju kelas ku. Kelas XI IPA 2. Aku paling benci bila ada Cella di kelas ku ini. Aku ini memang sekelas dengannya, tapi aku benci dengan tingkah lakunya.
"Sini Sha, duduk di samping gue.." Ucap ku.
"Iya.." Ucapnya lirih.
"Oh iya Ran, gue mau nanya sekaligus mau tau dong." Ucapnya.
"Mau nanya apa? Dan lo mau tau apa?" Ucap ku bingung.
Ku pikir Tasha ingin membicarakan hal yang serius dengan ku. Apa ia ingin bertanya padaku apakah aku ini benar-benar mencintainya?
"Gue mau nanya, ko-" Ucapannya terpotong oleh bunyi bell masuk di sekolah ini.
"Nanti aja deh, pas pulang sekolah. Bye Randy.." Ucapnya yang langsung pergi meninggalkan kelas ku.
"Ok!" Balas ku.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hurts [End]
Teen FictionKu pikir cinta itu menyenangkan. Tapi justru sebaliknya, cinta itu menyakitkan. Bila mana seseorang yang kau cintai hanya berpura-pura untuk mencintaimu, apa yang kau rasakan? Atau jika orang yang kau cintai itu juga mencintaimu, namun ia berpura-pu...