17

3.2K 129 30
                                    

●●●

10 Tahun Kemudian,

Randhika POV

"Halo...! Permisi...!" Teriak ku.

"Tasha," Teriak ku sekali lagi. Namun tetap saja tidak ada yang menjawab.

"Rumah Tasha udah pindah apa? Masa sepi banget sih?" Ucap ku.

"Apa gue telpon aja kali ya?" Ucap ku yang langsung mengambil handphone ku.

"Yah.. Gak aktif lagi," Ucap ku kecewa.

Aku pun pergi meninggalkan rumah yang dulu di tempati Tasha, lalu aku pergi ke caffee untuk beristirahat sebentar dari pekerjaan kantor papa ku.

Di cafe aku duduk untuk memesan menu yang ada di sini. Ada seorang wanita yang tidak sengaja menabrak ku sehingga handphonenya terjatuh.

"Maaf mas, saya nggak liat tadi pas jalan, maafin saya ya mas, gara-gara fokus sama handphone jadi gini," Ucapnya meminta maaf pada ku.

"Iya gak papa ko mba," setelah ia berdiri, aku seperti mengenal wajahnya. Dia, dia adalah Tasha.

"Tasha?" Ucap ku tersentak kaget.

"Iya, bapak siapa ya?" Ucapnya bingung.

"I.. Ini gue, Randy. Temen SMA dulu." Ucap ku padanya.

Tasha gak ngenalin gue?? Masa iya sih muka gue yang sekarang beda banget. Batin ku

"Oh, Randy... Apa kabar?" Ucapnya.

"Gue baik, lo gimana?" Ucap ku berbalik tanya.

"Gue juga baik ko, kita lanjutin ngomongnya di sana aja yuk," Ajak Tasha.

Kami berdua pun menuju sebuah meja makan yang dituju oleh Tasha. Namun, di meja makan itu ada seorang pria dengan anak kecil berumur tiga tahunan.

"Pa, kenalin nih, Randy. Teman SMA mama dulu." Ucap Tasha.

Teman? Apa selama ini dia nganggap gue cuma teman? Gak lebih? Batin ku.

"Randhika Reyza, teman Tasha." Ucap ku.

"Rakha Ferdinand, suami Tasha. Dan ini anak kami, namanya Nella. Salim nak," Ucap Rakha suami Tasha.

Suami? Anak? Jadi, Tasha sudah berkeluarga? Gue telat, harapan gue untuk nikah sama Tasha udah gugur. Batin ku bersedih.

"Oh iya, Randy mau pesan apa? Kebetulan kita juga belum mesan nih," Ucap Tasha.

"Aduh, gue udah makan tadi sebelum ketemu sama lo, gue juga sekarang ada urusan di kantor nih, maaf ya gue gak bisa ikut kalian, gue pamit dulu ya. Permisi," Pamit ku.

Aku pun langsung masuk ke mobil.
Seharusnya gue gak nyia-nyaikan dia, gue udah ninggalin dia, setahun papa di mutasi, seharusnya gue mencari Tasha. Mungkin kalau gue cari dia waktu itu, mungkin dia bisa jadi milik gue. Gue sekarang tau, seharusnya gue gak ngerusak bunga yang udah gue rawat. Jadinya, sekarang bunga itu dirawat orang. Batin ku.

☆ Ending ☆

Love Hurts [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang