"Tenang aja Nay, lusa Dira udah boleh pulang kok" Ucap Mamah memelukku lembut.
"Mah? Eum... Dira masih boleh tinggal di rumah kita kan?"
"Tentu sayang, nanti kalo umur Dira 17 tahun, mamah masukin nama Dira di kartu keluarga kita ya sayang"
"Serius mah? Love you so much mah" Kataku sembari menciumi pipi mamah.
"Enggak bisa. Dira itu anakku!"
Dengan terkejut, aku dan mamah menoleh ke asal suara yang tak lain suara Ibu Dira.
"Anakmu? Maaf tante, selama ini tante kemana?! Apa tante tau udah berapa kali Dira masuk rumah sakit karna mantan suami tante yang bajingan itu?!" Celetukku dengan nada menantang.
"Tau apa kamu?! Ini urusan keluarga saya, kamu ini masih kecil, gak tau apa-apa soal saya dan Mira"
"Hey!! Apa - apaan kamu bentak - bentak anak saya? Kalo kamu ibu yang bertanggung jawab, mana mungkin anak saya yang bayarin sekolah anak kamu" Selak Mamah dengan nada tinggi.
Ibu Dira tertunduk lemas, dengan air mata membasi pipinya.
Iris hitam Mira bertaut dengan iris hitamku. Dia hanya terus memeluk ibunya tanpa berniat melanjutkan adu mulut."Kalo Dira udah sadar, biarin Dira yang milih mau ikut siapa" Kataku menghampiri Ibu Dira.
Ibu Dira tersenyum menatapku."Saya tau kamu anak baik, tapi yang sebenarnya terjadi bukan seperti apa yang kamu tau selama ini. Saya gak pernah bermaksud ninggalin Dira, apa lagi ngebuang dia."
"....."
"Terimakasih, selama ini kamu udah banyak bantu Dira. Saya gak akan maksa Dira buat ikut saya, saya juga gak minta Dira berhenti benci sama saya dan Mira."
"Dira cuma korban dari perceraian kamu, mungkin dia juga masih shock karna Farhan" Sahut Mamahku mengelus pundak Ibu Dira.
"Ya tuhan, kenapa..." Ibu Dira menenggalamkan kepala dipelukan Mamah.
#
Author Pov.
"Ntar malem kamu ke apartemen om Dion, kamu harus bisa bikin om Dion suka sama kamu" Ucap Ibu Ceva mengelus rambut Ceva.
"Momy, aku cape mom" Kata Ceva yang merebahkan tubuhnya dipangkuan Ibu nya.
"Honey, momy gak mau tau. Ini om Dion honey.. Mobil mewah ada di depan mata"
"....."
"Bukan cuma mobil mewah yang bisa kamu dapet dari om Dion, kamu bisa dapet apa aja dari dia. Rumah, villa, apartemen, perhiasan.. Pokoknya semua..."
"....."
"Bahkan kita bisa keruk semua kekayaan nya"
"Momy stop mom!! Aku ini anak momy! Momy sadar gak sih selama ini momy ngejual aku? Momy ngerusak masa depan aku!" Ceva menepis tangan Ibu nya lalu mendudukkan tubuhnya.
"Apa masalahnya? Toh kamu juga nikmatin hasilnya kan! Kamu seneng kan! Ini semua juga buat diri kamu"
"I'm not an item sold and bought mom!!" Pekik Ceva berlari ke kamar nya.
#
Ceva menatap langit senja dari jendela kamarnya. Mata sayu nya mulai mengeluarkan tetes demi tetes air mata.
*Flashback On
"Merokok itu gak baik buat kesehatan. Apa lagi kamu cewek."
"....."
"Hey? Kamu mabuk?"
"....."
"Kamu tau ini jam berapa? Jam 2 pagi. Ngapain kamu disini jam segini? Mendingan kamu pulang, gak baik cewek pake baju mini disini tengah malem. Mau saya anter pulang?"
Kali ini gadis berambut ikal itu mendongak. Iris hitamnya menemui pria berkaos putih polos berdiri dihadapannya. Seketika mereka hening.
"Tenang, saya gak akan macem - macem kok" Pria itu bicara lagi.
Ceva kembali merunduk, ia melepas high heels nya lalu meluruskan kaki nya.
"Hey? Kamu dengerin saya ngomong gak?" Pria itu berjongkok menyamai Ceva yang duduk selonjor didepannya.
"Kamu nangis? Apa omongan saya ada yang salah?"
Sambung pria itu menyentuh pundak Ceva."....."
"Ehh.. Tubuh mu basah, hmm.. Bau alkohol" Pria iris coklat itu mengendus tangan kanan nya.
"Maaf" Kini Ceva angkat bicara.
"Saya mau kok dengerin cerita kamu"
Ceva berdiri menenteng tas dan heels nya. Tangisnya makin menjadi, air matanya mengalir deras dipipi nya, Ceva mendongak memandang langit tanpa bermaksud menghapus air matanya.
Sontak pria dihadapannya ikut berdiri mengikuti arah mata Ceva memandang rembulan yang nampak remang.
"Gue juga gak mau hidup kaya gini!! Gue cape! Gue capeeeee...!!!!!" Teriak Ceva tanpa menghiraukan pria didepannya.
Pria itu memeluk erat tubuh Ceva, mengabaikan bau alkohol yang sangat menyengat itu.
"Apa kamu elsi? Emm.. Maaf saya lancang. Nama saya Rian. Kamu?"
"Gue Ceva. Gue bukan elsi."
"Yaudah, biar saya anter pulang"
*Flashback Off
Kini Ceva merebahkan tubuhnya di kasur, ia menatap langit - langit kamar nya. Entah mengapa ia selalu terbayang wajah lelaki yang mengaku bernama Rian itu.
*Flashback On Again :v
"Liat Cev, pelangi!"
"Waaaahhhh.. Iya yan, bagus banget. Udah lama gak liat pelangi"
Kala itu Ceva dan Rian tengah duduk di pinggir danau. Sesekali menenggak minuman kaleng yang mereka genggam.
Cekrek!!
"Ah riaaannnn!!!! Hapus gak!"
"Hahah... Kamu tuh cantik kalo senyum. Kamu kan jarang senyum, gak apa apa dong aku foto kamu selagi kamu senyum"
"Sinih hp nya!"
"Enggak mau wle!!"
*Flashback Off
"Apa dia masih mau kenal gue kalo dia tau gue pelacur?" Gumam Ceva sendiri.
Tok!! tok!!
"Honey, Momy gak mau tau, satu jam lagi kamu harus udah rapih!"
"Mck!!" Ceva berdecak kesal, ia mengambil Ponsel di sudut kasurnya.
.....
"Hallo Nay?"
"Hmm?"
"Culik gue please! Gue disuruh ke apart om Dion, ntar gue ceritain, yang penting sekarang gue harus pergi dulu dari rumah"
"10 menit lagi nyampe, lo lewat jendela aja, kalo gak lu sekarang tunggu dimana gitu biar nyokap lo gak tau"
"Iya iya nay, gue tunggu di pertigaan biasa lu nurunin gue okay?"
"Okay, see you"
Tut..tut...tut......