Terik matahari mulai menembus jendela - jendela kelas ini, menandakan hari mulai siang.
12:58
Nayla pov.
Hoaamm...
Beberapa siswa mulai menguap jenuh. Terlihat jelas didepan, seorang guru lelaki usia 50 tahunan sedang menjelaskan beberapa materi fisika.
"Gila ya ini guru tua! gak jelas banget" Cemoh Dira meletakan kepalanya di meja.
"Ngebosenin banget. Cabut yuuuukkk" Keluh Ceva ikut meletakan kepala dimeja.
"Mau cabut kemana bego! Pak Soliman udah bau tanah tinggal tulang sama kulit doang! Ntar kualat!!" Sahut Lexa menahan tawa.
"Pfffttt!!" Aku hanya melirik mengulum tawa.
"Siapa yang bisa bikin dia g*c*ng, gope melayang cuma - cuma" Kataku menunjuk pak Soliman.
"Gope? lima ratus rebu kan nay?" Tanya Dira membulatkan matanya.
Aku melipat tangan, menaik turunkan alisku."Wiihhh! Kecil itu mah, tapi? udah keriput begitu, emang masih bisa berdiri? pfffttt.."
Ucapan Lexa kali ini membuat kami tak kuasa menahan tawa.MMUAHAHAHAHAHA...!!!
Menit itu juga semua mata melihat sumber suara.
Dok! dok!
Pak Soliman menghentakan spidol ke papan tulis."Siapa duluan?" Tanya Dira antusias.
Kami menatap Dira layaknya memberi isyarat.
"Yeuh! yaudah gue duluan"
Dira berdiri dari duduknya. Ia melipat rok nya di bagian pinggang, menyemprot minyak wangi di sekujur tubuhnya."Ekhem" Dira berdehem.
"Em.. Pak, saya mau ke toilet. Boleh?" Katanya dengan nada lenjeh.
"Ya silahkan" jawab Pak Soliman biasa.
"Bapak gak mau nemenin saya pak?" Kini Dira menggigit bibir bawahnya.
Beberapa lelaki teman sekelasku mulai bersorak, tak tahan melihat paha Dira yang begitu mulus."Kenapa gak minta temenin temenmu aja? Kamu gak lihat? saya ini sedang menjelaskan materi!"
Pak Soliman tidak goyah.
Kami terkekeh melihat kegagalan Dira."Shit!!!" Decih Dira duduk di sebelah Lexa.
"Lo lex?" Kataku.
Lexa menggeleng masih menahan tawa.
Akhirnya Ceva berdiri membuka 2 kancing baju nya. Terlihat jelas squisi menyembul dibalik kacamata nya.
"Nih,liat gue"
Ia menyemprotkan minyak wangi pada kacamata nya.Kami terkekeh geli melihat tingkah laku nya.
Kini penghuni kelas tau, bahwa kami sedang taruhan. Mereka ikut menahan tawa memperhatikan kami.
Ceva kini berdiri di sebelah pak Soliman yang sedang menulis materi dipapan tulis.
"Uhuk uhuk!!"
"Kamu kenapa?" Tanya pak Soliman menghentikan tangannya dihuruf G yang sedang ditulisnya."Enggak pak,eum... Bapak, malem ini bisa kasih saya pelajaran tambahan gak? saya kurang paham nih sama bab ini" Ucap Ceva menyandarkan tubuh moleknya ke papan tulis.
Semua mata buaya kini terbelalak melihat squisi Ceva yang nampak empuk."BAB ini kan mudah, mana yang tidak kamu mengerti?"
Pak Soliman melirik squisi Ceva yang sungguh menggoda iman.
"Malem pertama pak" jawab Ceva dengan nada menggoda."Satu.. dua.. ti...GA!" Aku, Lexa, dan Dira berhitung memprediksikan adik kecil Pak Soliman yang kini berdiri.
Suara - suara tawa kini memenuhi kelas kami.
Dengan wajah malu, pak Soliman meninggalkan kelas kami.
