5

12.4K 189 2
                                    

"Willo, pesananmu sudah siap."

"Aku menunggumu dari tadi Samuel."

"Dia pria yang perfectsionist. Butuh waktu lama untuknya mempersiapkan diri."

Tanganya mengadah ke arah Samuel. Samuel yang mengerti langsung memberikan kunci kepada Willo.

Willo berdiri dari duduknya. Heels hitamnya mengetuk lantai dengan irama teratur. Rambut panjangnya di ikat ekor kuda. Pewarna bibir yang merah menyala sangat kontras di kulit pucatnya. Dengan tubuh yang di balut dress merah selutut  yang senada dengan warna bibirnya. Dia cantik.

Tapi kau akan terkejut saat melihat isi tasnya. Dia sudah mempersiapkan semua yang dia perlu untuk bersenang-senang malam ini.

Knop pintu itu diputar oleh jemari lentiknya sehingga menampilkan seorang pria dengan kemeja biru tua sedang duduk membelakanginya.

"Hai."

"...emm... Aku Joe."

Willo tersenyum mendengar suara bass khas pria dewasa yang sudah matang itu. Tanpa menjawab, Willo menghampiri pria yang matanya sudah ditutup oleh kain hitam.

Willo berjalan menghampiri Joe. Jemari lentiknya menelusuri bahu kokoh Joe.

"Aku harap kau tidak keberatan kalau tanganmu aku ikat ketika kita sedang bermain."

"Aku sudah tau peraturan main denganmu."

"Aku yakin kau akan menyesal telah menawarkan diri menjadi partner ku malam ini." ucap Willo sambil menyusuri wajah pria itu dengan telunjuk kanannya.

"Aku ingin mobil baru."

"Aku suka kau jujur."

"Kapan kita mulai?"

"5... "

"4..." sambil menghitung, Willo mengendus tengkuk pria itu dengan gerakan menggoda.

'3... 2... 1... Let's do it."

Willo menciumnya dengan pelan sambil menikmatinya. Tentu, dengan senang hati pria bernama Joe itu menerima bibir Willo.

"Apa aku sudah bilang, kalau kau tidak di izinkan menyentuhku? Keep your hands."

"Oh... Okey, go on."

Willo melanjutkan mencium Joe. Dan makin lama semakin cepat tempo yang dimainkan oleh Willo sampai-sampai Joe kewalahan.

Willo yang duduk di pangkuan Joe merasakan sesuatu yang mengganjal bokongnya dan itu membuatnya tersenyum di sela-sela ciuman mereka.

"Berdiri."

"Boleh aku lepas penutup mataku?"

"Aku yakin kau tidak lupa peraturan bermain denganku, Joe."

"Tapi aku..."

Willo langsung menyerang bibir Joe dan menggigitnya sampai bibirnya mengeluarkan darah segar dan langsung membuat Joe meringis.

"Aku tidak tau kau sekejam ini."

"Ini baru permulaan, sayang. Kau bahkan belum berkenalan dengan kekasih kesayanganku."

"Aku tidak tau kau memiliki kekasih."

"Kau cukup cerewet sebagai laki-laki."

Willo mengikat tangan Joe ke atas di alat yang telah disediakan oleh Samuel sebelumnya. Kayu kokoh dengan dua tali di sudut kiri dan kananya. Kini Joe benar-benar seperti seorang yang ingin di tembak mati.

MASOCHISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang