16

1.8K 48 2
                                    

Willo terbangun dari tidurnya. Semalaman kepalanya di penuhi oleh keributan yang luar biasa. Setelah mengusir Raymond pergi dari rumahnya, dia terus memikirkan apa yang harus dia lakukan.

Menikah?

Atau tidak?

Raymond tidak terlalu buruk. Tapi sungguh, niatnya untuk menikah tidak ada sama sekali dalam hidupnya.

Lagi pula, untuk apa menikah? Kalau hanya untuk membuat keturunan, dia bisa melakukannya sendiri. Maksudnya, dia bisa memilih laki-laki yang menurutnya bagus untuk mendonorkan spermanya.

Laki-laki sungguh merepotkan. Hidupnya sudah bahagia tanpa adanya laki-laki.

Tok! Tok!

Ketukan pintu membuyarkan pikirannya dan membuat Willo mendengus kesal.

"Masuk." Teriaknya dengan suara serak.

Lucy masuk kamar Willo dengan takut-takut. "Anu... Nona... Ummm..."

Pembantunya tergagap karena tau Willo akan kesal jika nama 'itu' di sebut.

"Ada Mr. Alexandrea di bawah."

"Sial."

Dia sudah menduga laki-laki tua bangka itu pasti akan kemari setelah ada keributan kemarin.

"Okey. Kau boleh keluar Lucy."

Willo langsung bergegas untuk menghadapi manusia paling Ia benci di muka bumi.

"Good morning, my daughter." 

Dengan senyum sumringah dia merentangkan tangannya, berharap putrinya akan berlari ke pelukannya seperti anak perempuan lainnya. Tapi, dia tau anak perempuannya tidak akan seperti itu.

Willo hanya melenggang melewati Mr. Alexandrea sambil memakai kacamata hitamnya.

Sedangkan Mr. Alexandrea mematung dalam posisi yang sama. Lalu dia mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan.

"Willo!"

Willo terus berjalan menuju mobil sport merah kesayangannya tanpa menghiraukan Mr. Alexandrea. Tapi ayahnya itu masih belum menyerah juga untuk bicara dengan putrinya.

Dia merentangkan tangannya lebar-lebar di depan mobil merah putrinya, berharap putrinya akan keluar dan mau berbicara dengan dia.

Tapi perkirannya salah, Willo menginjak gas mobilnya sekuat mungkin. Berharap kali ini laki-laki itu benar-benar tertabrak dan mati.

Mr. Alexandrea langsung berguling ke arah kanan karena dia masih sayang nyawanya. Dia tidak habis pikir kalau putri semata wayangnya itu begitu membencinya walaupun dia sudah minta maaf bekali-kali akibat kesalahannya di masa lalu.

Dia menghela nafas dengan kasar sambil tangan kanannya merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel.

"Brian, cari tau tentang calon menantuku sekarang!"

Senyum sumringah terbit di wajahnya. Walaupun dia belum tau apakah putrinya itu akan betul-betul menikah atau tidak, setidaknya ia tau bahwa ini adalah kabar baik.

Sementara itu Willo yang baru melangkahkan kaki di kantornya langsung di sapa dengan tatapan aneh dari para karyawannya.

Dia memejamkan matanya sebentar dan mengambil nafas dalam-dalam. Willo tidak tahu kalau berita tentang dirinya bisa dengan cepat menyebar. Ia sangat ingin sekali marah dengan orang yang menyebarkan berita sialan ini. 

'Ck, Jeremy sialan'
'Raymond sialan'

Willo terus merutuki dirinya sendiri yang bersikap bodoh. Dan amarahnya sangat ingin meledak ketika Ia tau siapa yang ada di ruangannya pagi ini. Siapa lagi kalau bukan sumber kekacauan dari semua ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MASOCHISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang