4

204 22 1
                                    

Kika’s pov.

Setelah berjalan selama hampir 2 jam, kami semua tiba di pertigaan daerah Belimbing, kota Malang. Kami berbelok ke kanan dan mulai berjalan menuju Kota Surabaya.

TOLOOONGG!!!!!!!!!!!!!

Suara teriakan itu membuat kami berhenti melangkah kemudian saling bertatapan bingung.

AAAAAHHHH!!!!!

TOLOOOONNGGG!!!

Suara teriakan itu terdengar lagi.

"kok kayak suaranya indra?" kata Naia sambil menoleh padaku.

Beberapa detik Naia terdiam, kemudian tiba-tiba ia berlari menghampiri asal suara itu.

“Naia!!!” teriakku.

“Naia stop!!” teriak Max.

Yang dipanggil tidak mendengarkan dan terus berlari menjauh. Kami tidak punya pilihan lain selain mengikutinya.

TOLOOONGG!!!!

SIAPA SAJA TOLONG AKU!!!!

Teriakan itu terdengar di balik gedung pertokoan yang kami lewati.
Naia berbelok memasuki sebuah gang sempit.

“Indra?!” seru Naia.

Indra Dwi Septian. Temanku dan Naia saat masih duduk di bangku SD. Orangnya berperawakan tinggi dan kurus, sikapnya cuek. Saat SMP kami terpisah karena berbeda sekolah. Yang biasa dipanggil Indra ini sedang berdiri di atas tong sampah dengan zombie mengerumuni disekitarnya.

Jelas saja teriakan Naia menarik perhatian segerombolan Zombie yang mengepung Indra. Dan zombie-zombie itu berjalan mendekat ke arah Naia dan meninggalkan Indra yang berdiri di atas tong sampah.

DOORR!! DORR!! DOORR!!.

Naia menembaki satu persatu zombie itu. Sudah 3 zombie yang ia tumbangkan, tapi masih terlalu banyak untuk ia hadapi sendiri.

DOORR!! DORR!!

Max dan aku membantunya menembaki para zombie itu. Kemudian kami semua membantu Naia untuk menumbangkan satu persatu zombie itu.

DOORRR!!! DOORRR!!!

DOOORRR!! DOORRR!!

Kami menghabiskan seluruh amunisi kami untuk memusnahkan semua zombie itu.

Setelah jumlah zombie mulai berkurang, Naia berlari menghampiri Indra kemudian membawanya berlindung di belakang kami yang masih terus menembaki zombie-zombie yang masih tersisa.

Indra’s pov.

Aku dikepung oleh segerombolan zombie beringas yang kelaparan. Aku berdiri di atas tong sampah untuk menghindari gigitan mereka.

Aku berdoa dalam hati agar ada yang datang untuk menyelamatkanku.

“Indra?!”
Seseorang memanggilku. Suaranya seperti tidak asing di telingaku.

Aku mendongak dan mendapati sahabatku berdiri di ujung gang.

Naia Syifa Annasyitoh. Yang biasa dipanggil Naia ini adalah sahabatku mulai duduk di bangku SD sampai sekarang. Ia berperawakan tinggi, pipinya tembam, hidungnya mancung, ia mewarisi wajah ayahnya yang keturunan arab.
Aku tak menyangka akan bertemu dengannya di sini saat kehancuran dunia seperti ini. Aku tak mengira ia masih bertahan dalam bencana ini. Aku lega sekaligus senang bisa melihat sosoknya yang masih selamat datang untuk menyelamatkan hidupku yang sudah di ujung tanduk ini.

Ia mulai menembaki zombie-zombie yang mengepungku dan yang berjalan mendekat ke arahnya. Kemudian beberapa saat kulihat Max, sahabatnya di SMP dan Kika, temanku saat duduk di bangku SD, ikut membantunya menembaki zombie-zombie ini. Kemudian kulihat 5 orang yang tidak ku kenal ikut membantunya.

3012Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang