7

145 18 4
                                    

Belona’s pov.

Mataku terbelalak melihat zombie raksasa sialan itu berdiri di atas puing-puing.

Bagaimana bisa zombie itu mengikuti kami?.

“Run!!!” Ares berteriak.

Spontan aku berlari menjauhi zombie raksasa itu dan mengikuti yang lain berlari ke arah pintu belakang.

BRUKK!.

Karena terlalu panik, langkah kakiku tidak seimbang dan aku tidak memperhatikan lantai yang kini telah bertebaran puing-puing di atasnya.

Akibatnya aku tersandung dan jatuh dengan sukses.

Kakiku terluka, mungkin juga patah. Yang jelas aku tidak bisa menggerakkannya.

Aku menoleh ke belakang dan melihat zombie raksasa itu berjalan mendekatiku dengan seringai mengerikan menghiasi wajah hijau kehitamannya.

Sepertinya aku akan menjadi menu “sarapannya” untuk pagi ini.

Aku berdoa dalam hati, meminta agar suatu keajaiban terjadi sehingga aku tidak menjadi santapan makhluk buruk rupa yang semakin dekat dengan posisiku.

Tangannya mulai berusaha menggapai diriku. Aku berusaha menyeret diriku untuk menjauh darinya.

Aku tetap berdoa dan berdoa dalam hati, meminta suatu keajaiban terjadi.

Aku menyeret diriku sampai di pojok ruangan, yang artinya.

Jalan buntu.

Tamat sudah riwayatku. Aku menutup mataku, bersiap-siap merasakan betapa sakitnya saat gigi-gigi tajam itu menembus kulitku kemudian merobek dagingku.

Dan aku bersiap, untuk menjadi salah satu dari mereka.

AAARRRGGHHH!!!!.

Teriakan memilukan terdengar di telingaku.

Kemudian kurasakan sebuah cairan hangat menetesi pipiku.

Aneh.

Rasanya tidak sakit sama sekali. Dan itu bukanlah teriakan dari mulutku, melainkan teriakan dari seseorang. Jelasnya adalah seorang lelaki.

Aku membuka mataku dan melihat Ares berada di genggaman zombie itu. Dan mulut zombie itu menempel di punggung Ares.

“Kak Ares!!!” teriak Naia.

Ares menatapku, ia tersenyum. kemudian ia mengacungkan pistol ke kepalanya. Dan..

DOORR!!.

Seketika itu, Ares tak bergerak lagi. Kepalanya menunduk. Tidak memperlihatkan senyum menawannya lagi.

Aku merasakan tangan seseorang menarikku untuk berdiri, kemudian membawaku menjauh.

Aku masih sangat-sangat terguncang. Mataku masih menatap tubuh Ares yang tergeletak tak bergerak, sampai akhirnya aku ditarik untuk berlindung di balik meja.

Kemudian…

DUUAARRRR!!!.

Suara ledakan itu memekakan telingaku.

Max melemparkan granat ke zombie raksasa itu, yang akhirnya meledak dan membunuh zombie itu, serta menghanguskan raga Ares.

Ares mengorbankan dirinya? Untuk menyelamatkanku?. Ares masih tersenyum walaupun nyawanya berada di ujung tanduk? Ares masih tersenyum kepadaku sebelum menembak dirinya sendiri?. Senyuman terakhirnya untukku?.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hai readers 👋
Maaf ya kalau chapter ini kurang panjang ceritanya 🙏
Chapter selanjutnya masih dalam tahap pengerjaan, jadi mohon bersabar ya 😊

3012Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang