Belona’s pov.
Sensasi panas yang membakar menjalari tubuhku. Rasanya sakit sekaligus panas. Keringat terus bercucuran dari dahiku, perutku serasa dikocok, kepalaku serasa berputar-putar. Luka gigit di tanganku terasa berdenyut-denyut.
Jadi ini yang dirasakan oleh mereka yang tergigit.
Kecerobohan yang kulakukan menyebabkanku merasakan semua penderitaan ini.
Berlari di jalanan dengan pikiran kosong, hanya memikirkan Ares, tanpa membawa senjata.
Memisahkan diri dengan kelompokku, tanpa memikirkan konsekuensinya.
Disinilah aku sekarang. Tergeletak bersimbah darah di atas aspal panas, setelah pundak kiriku tergigit oleh makhluk buruk rupa itu.
Mungkin inilah balasan dari tuhan, karena aku adalah penyebab dari kematian salah satu makhluknya yang rupawan.
Rasa sakit yang sangat tiba-tiba menyerang kepalaku. Rasa sakit itu disertai sensasi yang semakin membakar di sekujur tubuhku.
Semua itu membuatku tersiksa, aku ingin berteriak sekuat-kuatnya.
Semua penyiksaan itu semakin lama semakin menyiksaku. Membuatku merasa ingin cepat-cepat mati daripada merasakan semua ini.
Sebentar lagi, aku akan mati.
Tidak sepenuhnya mati.
Adinda’s pov.
Kakiku terasa sangat lelah. 4 jam terus berjalan di bawah terik matahari yang menyengat.
Upaya kami untuk mencari kendaraan sia-sia. Yang ada dari tadi kami hanya menemukan kendaraan yang pintunya terkunci.
Kami sampai di depan sebuah pusat perbelanjaan yang cukup besar. Tujuan kami menuju kesini adalah untuk mencari tempat singgah malam ini.
“Yakin kita mau nekat untuk masuk kesana? Bagaimana kalau di dalam ada segerombol zombie?” tanyaku.
“Terus mau bagaimana lagi? Masih kuat berjalan?” Adit balik bertanya.
“Yah baiklah, kurasa tidak ada pilihan lain” aku mengendikkan bahuku.
Kami berjalan mengendap-endap agar tidak menimbulkan suara yang menarik perhatian “tamu tak diundang”.
Jelas saja, walaupun seminggu ini aku sudah membantai mungkin kira-kira ratusan zombie, aku tetap masih berkeringat dingin saat melihat makhluk buruk rupa itu.
Entahlah apa yang membuatku belum terbiasa, mungkin fakta bahwa makhluk ini adalah pemakan manusia.
Mataku mengamati setiap sudut dan pertokoan. Bisa saja ada zombie yang datang entah darimana menyerang kami. Jelas aku tidak menginginkan hal itu terjadi.
Saat aku berbelok ke kanan, langkahku terhenti tiba-tiba.
Disana, aku melihat sekitar ratusan zombie yang bergerombol. Mulailah keringat dingin berjatuhan dari pelipisku.
“Kenapa berhen- uummm” kata-kata Adit terpotong saat aku menutup mulutnya agar tidak bersuara.
Aku memberikan tatapan “jangan bersuara” kepada Adit.
Layaknya ia mengerti, Adit hanya menganggukkan kepalanya.
Perlahan-lahan, aku menarik lengan Adit untuk mengajaknya menjauh.
TING!.
Langkahku kembali terhenti saat aku mendengar suara besi yang beradu dengan sesuatu.
Aku menoleh dan melihat Adit yang berdiri tegang. Mataku melirik ke tasnya dan melihat gantungan kunci di tasnya bergoyang-goyang.
Aku memberikan tatapan maut pada Adit.
Aku bersumpah kalau saja mataku bisa mengeluarkan sinar laser, saat ini akan aku gunakan untuk melasernya.
Gantungan kunci itu yang menyebabkan suara tadi.
Sial.
Ratusan zombie itu menyadari ada mangsa di sekitarnya.
Mereka mulai berjalan mendekatiku dan Adit.
Karena kecerobohan Adit, kami harus kembali menggerakkan kaki dengan paksa untuk berlari.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hola 👋
Maaf ya hari ini aku cuma update 1 chapter.
Author lagi capek habis ikut lomba.
Next chapter mungkin aku update besok atau bisa juga minggu depan. Tergantung kapan selesainya aku nulis 😅
Thanks udah baca ceritaku.
Jangan lupa vote 😉

KAMU SEDANG MEMBACA
3012
Mystery / Thriller90% penduduk Indonesia telah terinfeksi sebuah virus mematikan. Hanya beberapa orang saja yang masih bertahan. Segerombol remaja SMP yang bertahan hidup bertemu dengan 2 warga negara asing yang terjebak di Indonesia. Bersama-sama mereka berusaha ber...