Gavin’s pov.
Aku sedang membersihkan pedangku menggunakan sapu tangan saat tiba-tiba Shendy menyikut lenganku pelan.
Aku menoleh padanya, ia memberikan isyarat dengan kepalanya untuk melihat di depan pintu markas kami yang sudah hancur dan di penuhi bangkai zombie.
Akupun mengalihkan pandanganku ke luar, aku melihat Naia yang berada di pelukan laki-laki berkaca mata yang membantu kami tadi.
Tubuhnya bergetar dan kulihat tangannya sesekali memukul dada lelaki itu dengan pelan.Merasa di perhatikan, lelaki berkaca mata itu mendongakkan kepalanya dan akhirnya pandangan kami bertemu.
Ada sesuatu yang terpancar dari matanya, kesedihan. Wajahnya terlihat sangat pucat. Beberapa saat ia memandangku, kemudian tiba-tiba ia membuang muka dan begitupun denganku.
“Kenapa mereka?” tanya salah satu dari 2 remaja yang kami selamatkan tadi.
“Entahlah, bukan urusanku” aku mengendikkan bahuku kemudian kembali membersihkan pedangku.
KYAAAA!!!.
Mendengar suara teriakan, kami semua sontak berdiri dan bersiap dengan senjata masing-masing.
Teriakan itu berasal dari luar.
Tepatnya berasal dari Naia.
Naia jatuh telentang dengan tubuh lelaki berkaca mata itu di atasnya.
Sebut aku gila atau apa terserahlah. Yang kulihat adalah kulit lelaki berkaca mata yang tadinya pucat sekarang telah berubah menjadi hijau kehitaman. Di pundak kiri bagian belakangnya terdapat sebuah bekas luka gigit yang menganga.
Ia juga sedang mencoba menggigit leher Naia.
Lelaki berkaca mata itu, dia berubah, zombie.
“Cepat tolong dia!” perempuan yang tadi kami selamatkan berteriak tepat di dekat telingaku.
SLEP!.
Satu anak panah dari Shendy menembus kepala zombie itu.
Zombie itu ambruk menimpa tubuh Naia. Aku berlari mendekatinya dan membantu menyingkirkan bangkai zombie itu dari atas tubuhnya.
Kemudian, aku memperhatikan seluruh tubuh Naia untuk mencari luka gigitan atau apapun yang akan membuatnya berubah nanti. Syukurlah, tidak ada satupun luka yang berakibat fatal.
Wajah Naia terlihat sangat ketakutan, tubuhnya bergetar, matanya memancarkan ketakutan yang amat sangat sekaligus kesedihan.
Naia tetap memandangi tubuh temannya yang kini sudah tergeletak tak berdaya.
Aku bergeser ke hadapannya agar pandangannya terhalang dari tubuh temannya itu.
“Max…tidak mungkin” lirihnya.
Seketika tangisnya pecah dan tidak tertahankan. Ia duduk memeluk lututnya sambil terus menangis.
Isak tangisnya terdengar khas dengan suara melengking dan menghela nafas seperti tangisan anak kecil.
Aku mengelus pundak dan rambutnya untuk menenangkannya.
Yang lain berjalan mendekati kami, Shendy dan Vahreza juga ikut menenangkan Naia.
Memberi semangat kepadanya agar tetap tegar. Sedangkan 2 remaja yang tadi kami selamatkan, hanya memandang Naia dengan tatapan prihatin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
3012
Mystery / Thriller90% penduduk Indonesia telah terinfeksi sebuah virus mematikan. Hanya beberapa orang saja yang masih bertahan. Segerombol remaja SMP yang bertahan hidup bertemu dengan 2 warga negara asing yang terjebak di Indonesia. Bersama-sama mereka berusaha ber...