15• Pengirim Pesan

3.2K 195 27
                                    

Salsha keluar dari kamar mandi kamarnya dan langsung melihat jam dinding.

Jam menunjukkan pukul 7 tepat. Entah mengapa Salsha sangat santai,
Ia berjalan mengarah ke cermin dan memperbaiki tatanan rambutnya. Lalu suara pesan masuk berbunyi dari ponselnya.

Salsha mencoba mencari handphonenya dan ia membalik bantalnya yang di bawahnya terdapat benda persegi panjang tersebut.

"Ale?"

Ale: Sha, gue udah di depan rumah lo.

Salsha dengan santai turun dan sebelumnya menghampiri Bundanya.

"Bun, Salsha berangkat ya."

"Sama Pak Amin?" tanya Bundanya sambil membereskan bekal Adit.

"Sama Ale, Bun," ucap Salsha biasa saja. Tak se-ceria biasanya.

Sesampainya di luar, Salsha masih berdiri di ambang pintu dan menyilangkan kedua tangannya, sementara Iqbaal duduk di ninjanya sambil mengarahkan ponselnya ke telinga. Sepertinya Iqbaal tengah bertelponan dengan seseorang.

Salsha tak menghampiri, ia masih memperhatikan Iqbaal yang bertelponan sambil sesekali tersenyum. Siapa penelpon tersebut?

Hingga akhirnya Iqbaal menyadari keberadaan Salsha, ia pun berhenti bertelponan dan meletakkan kembali ponselnya di saku baju seragamnya.

"Sha, ayok."

Salsha berjalan malas, ia merapikan poninya sebelum akhirnya memakai helm.

"Sha, kok pesan gue tadi malem nggak dibalas?"

"Udah tidur," ucap Salsha sambil memasang helmnya.

"Oh, jadi habis dari balkon langsung tidur ya? nggak baca pesan gue atau emang nggak mau balas?"

Salsha menggigit bibir bawahnya. Ia bingung. Iqbaal pasti mengetahui itu, ia sudah tak bisa beralasan lagi.

"Le, gerbang udah mau di tutup pasti. Ayok." Salsha langsung naik dan kemudian Iqbaal pun menjalankan motornya.

***

Salsha celingak-celinguk menatap seluruh penjuru perpustakaan, bukannya mendapat seorang pengirim pesan semalam padanya ia malah harus bertemu Daffa. Ya, ketua osis yang Salsha hindari. Entahlah, sampai sekarang pun Salsha sedikit malu semenjak hari keduanya bersekolah di sini dan hari pertemuan awalnya dengan sang ketua osis itu.

Pagi tadi sesampainya di sekolah Salsha kembali mendapat pesan singkat dari nomor semalam. Yang ia yakini jelas bukan Riko. Karena tadi pagi pula ia berpapasan langsung dengan Riko dan bahkan Riko sudah tak mengganggunya.

Dan di tambah Salsha memberanikan diri menanyakan pada Riko langsung. Dan bukan Riko pengirim pesan tersebut.

Isi pesannya mengatakan bahwa istirahat akan bertemu di perpustakaan. Jelas, karena mungkin seseorang tersebut merasa Salsha yang tak kunjung datang. Salsha datang ke sekolah saja bel masuk sudah berbunyi. Untunglah satpam-nya masih membolehkannya masuk.

"Hay, Salsha."

Salsha tersenyum mendapati seseorang dengan perawakan tinggi lebih dari tinggi badan Iqbaal. Walau ia juga sempat dibuat kaget.

"Ngapain? nggak masuk?" tanya seseorang itu lagi. Pertanyaan yang ia maksud adalah mengapa memilih berdiri di depan perpustakaan di banding masuk ke perpustakaan langsung.

"Emm.. enggak Kak. Ini lagi nunggu temen," ucap Salsha menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Memang benar, setelah dari perpustakaan tadi Salsha memilih keluar dan menunggu di depan perpustakaan saja. Ia tak mau harus melihat Daffa di dalam, tapi sekarang justru ia tengah berada dihadapan Daffa. Seseorang yang selalu ia hindari.

Cinta Yang Salah •IQSHA•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang