16• Untuk Bella

3.3K 211 52
                                    

Salsha berbaring di kasurnya, ia menatap langit-langit kamarnya sambil bersenandung.

"Biar aku yang pergi, biar aku yang tersakiti. Biar aku yang berhenti. Berhenti mengharapkanmu. Oh tuhan kuatkan aku menerima semua ini.. "

Salsha berhenti bersamaan dengan tanda pesan masuk di handphonenya. Ia pun membukanya.

Malam Sal, lagi apa?

Salsha mengerutkan keningnya bingung sambil bangkit dan memilih duduk di atas kasurnya.

Aku Daffa Sal, nggak osah bingung gitu lah:)

Salsha menepuk jidatnya, ia lupa. Ia terlalu cemburu sampai-sampai ia melupakan masalah pagi tadi dan Daffa.

"Daffa?"

Salsha masih terus menatap pesan tersebut, bingung membalas apa.

Dan yang ada di otaknya saat ini adalah, siapa yang memberi nomornya pada Daffa. Apa Riko? Dan mengingat Riko ia juga mengingat sesuatu yang mengganjal sampai sekarang. Ia juga bingung siapa yang memberi nomornya pada Riko.

Salsha menggigit bibir bawahnya. Bingung. Ya, ia sangat bingung.

Sha, bisa ketemu?

Salsha membanting handphonenya, hanya di kasurnya saja. Ia juga tak bodoh untuk merusak handphonenya hanya masalah pesan singkat tersebut.

Ia mengusap wajahnya kasar lalu berlalu menuju balkon kamarnya.

"Biar aku yang pergi, biar aku yang tersakiti." lagi-lagi Salsha mulai bernyanyi, kali ini dengan suara yang ia keraskan dan terkesan sedikit fals. Ia mengacak rambutnya frustasi.

Sampai pada akhirnya ia terdiam menatap seseorang di seberang balkon sana. Tersenyum, melambai sambil memegang handphonenya.

Salsha tersenyum kikuk sambil melambai pelan lalu menatap bintang.

"Sha, suara lo bagus," teriak Iqbaal di balkon kamarnya. Salsha langsung menatapnya sambil memanyun. Ia tahu Iqbaal berbohong, secara ia saja sengaja menjelek-jelekkan suaranya tadi.

Iqbaal meletakkan handphonenya ke telinganya memberi isyarat untuk Salsha membuka handphonenya juga. Salsha mengernyitkan alisnya bingung lalu berlalu ke kamarnya mengingat ia yang tak membawa handphonenya ke balkon.

Salsha mengambil handphonenya dan dengan cepat membukanya. Ia lupa, ia tadi sempat mensilent handphonenya. Bahkan meninggalkan satu panggilan masuk dari Iqbaal.

Ia terlalu memikirkan Daffa, sampai-sampai ia tak memperhatikan betul pesan terakhir sebelum ia ke balkon. Dengan kata 'Sha' hanya Iqbaal yang memanggilnya Sha. Ia tadi sempat berpikir bahwa itu Daffa sampai ia mengabaikannya dan tak melihat nama si pengirim.

Ale: Sha, males ngetik ya?
20.30

Ale: Sha, gue telpon angkat ya.
20.30

Satu panggilan tak terjawab, Ale.
20.31.

Salsha menggigit bibir bawahnya.

"Sha.. Salshaaa..." mendengar itu dengan cepat Salsha kembali ke balkon kamarnya. Itu suara Iqbaal yang berteriak sangat kencang.

"Sutt.. Le, lo apaan sih!" ucap Salsha juga berteriak. Mengingat tak mungkin mereka saling dengar dengan balkon yang berseberangan dan terhalang beberapa rumah juga.

Cinta Yang Salah •IQSHA•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang