22• Kesalahan

2.7K 168 8
                                    

Salsha cukup senang malam ini. Iqbaal membawanya berkeliling pasar malam. Ia juga sempat memainkan beberapa permainan.

"Haha..." Salsha menepuk lengan Iqbaal sambil tertawa berjalan keluar dari pasar malam.

Mereka menghabiskan malam dengan bersenang-senang. Salsha mengingat jelas bagaimana ekspresi bingung orang yang Iqbaal sapa tadi. Iqbaal menyapa orang yang sama sekali tak ia kenal. Ia salah orang.

"Udah-udah. Seneng banget lo, Sha!"

"Haha.." Salsha kembali tertawa melihat ekspresi Iqbaal di sampingnya.

"Jam berapa?" tanya Salsha. Iqbaal melirik jam di pergelangan tangannya. "Jam 10 lewat."

Sedari tadi petir terus menyambar. Tapi hujan tak kunjung turun.

Saat petir, Salsha selalu mencoba mencari tempat untuk berteduh. "Udahlah, Sha. Kita pulang aja makanya." Iqbaal tak setuju pada Salsha yang meminta berteduh.

Ia mau langsung pulang saja. Lagian hari memang belum hujan. Tapi dipastikan hujan akan turun.

"Ish! Gue takut, Le!"

"Ya makanya ayok pulang."

"Tapi petir, Le."

"Lo takut banget sih! Petir doang ditakutin!"

Ucapan itu membuat Salsha terdiam. Iqbaal membentaknya, ia tak suka bentakan dan hatinya tak bisa menerimanya.

Salsha berjalan lebih cepat dari Iqbaal. "Yaudah lo pulang sana. Gue nanti!" Salsha pun pergi meninggalkan Iqbaal.

Iqbaal menggeleng-gelengkan kepalanya dan terus menatap kepergian Salsha. Gadis itu memang egois.

Salsha berdiri di depan toko yang sudah tutup. Sepertinya gadis itu memang benar-benar butuh tempat berteduh. Maksudnya tempat untuk melindunginya dari petir.

Iqbaal berjalan menuju tempat dimana ia memarkirkan motornya. Setelah itu ia pun menemui Salsha.

Salsha menatap Iqbaal malas. Ia membuang wajah ke sembarang tempat.

Iqbaal pun mendekat dan berdiri tepat di samping Salsha. "Jadi kapan pulang?" tanya Iqbaal lembut. Ia tahu tadi ia sudah kasar pada Salsha.

Ia bisa melihat mata Salsha sekarang yang mulai berkaca-kaca.

"Langit mencerminkan lo."

Salsha menoleh menatap Iqbaal disampingnya, mengerti akan tatapan yang diberi Salsha, Iqbaal pun melanjutkan ucapannya. "Langitnya sedih, tapi nggak mau ngeluarin air matanya. Sama kaya lo sekarang," ucap Iqbaal tersenyum tipis menatap langit yang tak satu pun ada bintangnya.

Salsha kembali terdiam. Berbeda dengan Iqbaal, ia malah menatap lantai. Ia benar-benar tak mau menatap langit yang mendung.

"Lo tau nggak kenapa bintang enggak ada, Sha?" Salsha menggeleng pelan.

"Karna bintangnya ada di samping gue, tapi dia lagi sedih."

Salsha diam memasang wajah datarnya. Iqbaal sudah tak tahu bagaimana lagi membuat Salsha luluh. Biasanya jika begini Salsha bisa tertawa. Tapi kini, Salsha terus menunduk memeluk dirinya sendiri.

Lagi. Suara petir yang nyaring bersamaan dengan kilat membuat Salsha mundur. Iqbaal kaget, Iqbaal berjalan mengarah pada Salsha dengan mengernyitkan alisnya.

"Sha."

Salsha sepertinya takut. "Lo beda dari cewek lain, Sha." Salsha terus diam.

"Di saat kebanyakan orang suka hujan, tapi lo malah nggak mau hujan turun." Salsha masih diam. "Jadi kapan kita pulang?"

Cinta Yang Salah •IQSHA•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang