13√

49.8K 2.5K 39
                                    

Vian mengerjapkan matanya ketika satu ponsel diatas nakas berdering mengganggu tidurnya. Ia melihat ponsel Elsa menyala karena cewek itu mengunci alarm untuk jam 05.30.

Ia melirik ke sampingnya yang ternyata tidak ada gadis itu berbaring seperti biasanya. Kemudian telinganya menangkap suara dari arah dapur.

Dengan langkah gontai dan tak bersemangat, Vian berjalan ke dapur. Terlihat disana Elsa sedang memegang pisau yang mengiris bawang merah sambil membaca buku disampingnya yang sepertinya merupakan petunjuk untuk memasak.

Setelah selesai, Elsa beralih mengiris beberapa cabe untuk menjadi salah satu bumbu masaknya. Meskipun mengantuk namun tak membuatnya surut untuk memasakkan Vian sarapan pagi ini.

Melihat Elsa mengambil nasi yang sudah masak itu membuat Vian yakin bahwa gadis itu ingin membuatkan nasi goreng untuknya.

Diam-diam Vian tersenyum memandang Elsa yang masih melanjutkan aksi memasaknya tanpa sadar bahwa dibelakang cewek itu ada Vian yang memerhatikannya.

Yang tadinya Vian sangat mengantuk, kini menjadi tak ingin tidur lagi melihat betapa semangatnya Elsa untuk menepati ucapannya. Cewek itu memang berbeda dari cewek lain dimanapun yang pernah Vian temui.

Meskipun kebiasaannya yang sering mengenakan pakaian kurang bahan namun sisi baiknya Elsa selalu menepati ucapannya.

Elsa berbalik dengan dua piring nasi goreng di kedua tangannya. Ia sempat tersentak kaget ketika mendapati Vian sedang duduk di kursi meja makan.

"L.o..ud.ah dari..tadi di..situ?" tanya Elsa kikuk.

"Nggak kok, paling dari lo potong bawang"

"Oh. I..iya, gue masak buat lo"

"Thanks"

Elsa mengangguk, kemudian berlalu melewati Vian. Ia memasuki kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.

***

Vian keluar dari kamar mandi dengan seragam SMA-nya yang sudah terpakai rapi. Namun tangannya masih mengelapkan handuk ke kepalanya yang basah.

Ditatapnya Elsa yang sedang mematut diri di depan cermin. Yang membuatnya menatap cewek itu adalah karena rok Elsa tidak yang berukuran mini lagi tetapi lewat selutut. Menyadari seseorang menatapnya, Elsa melihat ke samping kanannya dimana instingnya tepat.

"Al, cocok ngga?"

"I..iya. Tapi lo kenapa? Sakit?" Vian meletakkan tangannya diatas kening Elsa.

"Nggak, gue cuma mau memperbaharui diri aja. Kayak cewek di hp lo itu" ujar Elsa bersemangat.

Vian memegang kedua sisi bahu Elsa dengan lembut, tatapannya memancarkan ketidak sukaan terhadap yang Elsa lakukan dalam memperbaiki dirinya.

Di tatap intens seperti itu membuat Elsa risih dan tidak percaya diri dengan penampilan bedanya hari ini. Ia menggigit bibirnya, gugup akan sentuhan Vian pada bahunya dengan tatapan yang tak ingin dialihkan barang sedetikpun dalam keheningan, karena cowok di depannya hanya diam dalam pandangan menelitinya.

Dengan membalas tatapan Vian, Elsa mecahkan keheningan yang membuatnya terintimidasi "Ada yang salah?" tanyanya pelan.

Melihat cowok di depannya hanya menggelengkan kepala saja ternyata makin membuat Elsa salah tingkah. Ia menundukkan wajahnya malu dan gugup. Dengan tangan kanannya Vian mengangkat dagu Elsa lembut agar gadis itu menatapnya.

"Baru kali ini gue lihat lo ngga pede" goda Vian membuat Elsa menautkan alisnya seakan berkata 'masa sih?'.

"Jangan bohongin diri lo dengan pura-pura nyaman sama gaya berpenampilan orang lain" Elsa menelan ludahnya pahit saat merasakan tangan Vian melingkari pinggangnya, bertemu di belakang resleting roknya "Bukan gue ngga suka lo pakai rok yang lebih tertutup" Vian melepas kaitan resleting Elsa hingga rok itu jatuh menyisakan celana pendek ketat berwarna hitam yang Elsa kenakan.

Gadis itu terpaku ditempatnya ketika Vian membimbingnya memakai rok mini yang biasanya ia kenakan setelah beberapa detik lalu Vian mengambil dari gantungan baju di lemarinya.

"A..l--" Elsa meremas dua sisi roknya yang sudah terpasang rapi.

"Lo ngga perlu ikutin gaya sederhana mantan gue. Kalau lo merubah diri lo kayak dia supaya gue cinta sama lo, cara lo SALAH!! Itu artinya lo mau buat gue cinta sama lo bukan karena diri lo sendiri tapi karena orang lain yang bahkan udah ngga ada lagi di dunia ini"

Elsa tertegun dalam diam, mencerna ucapan Vian yang 100% benar adanya. Ia tak pernah memikirkan konsekuensinya jika Vian mencintainya nanti bukan karena dirinya sendiri tapi karena ia yang mencoba mengingatkan Vian pada mantannya.

"Gue mau lo berubah karena dasarnya memang dari sini" tunjuk Vian pada dada Elsa.

Setelah perlakuan Vian yang menurut Elsa sangat manis, keduanya terdiam dalam aksi saling tatap mata, sampai terdengar dering ponsel Vian memecah keheningan. Vian meraih hpnya yang ada diatas nakas, menggeser layar hijau untuk menyambungkan telpon pada sipenelon, Kevin.

"Ya"

"Lo dimana woi. Buru, gue belum siap tugas Kimia ini"

"Oke, gue berangkat. Ada masalah sedikit tadi sama istri"

"Cepetan. Awas terlambat"

Vian memasukan hpnya kedalam saku bajunya tanpa menyadari pipi Elsa yang memerah karena perkataannya di telpon yang menyebutkan 'istri'. Menurutnya itu sangat manis dan melelehkan hati.

***

Elsa segera berlari menghampiri dua sahabatnya yang terlihat melipat tangan di depan dada sambil menatap jengah padanya. Terlihat dari mata mereka yang menunjukkan kekesalannya.

Meskipun mendapat tatapan seperti itu tak membuat Elsa merasa bersalah, ia hanya menyengir menunjukkan deretan giginya.

"Lo tau ngga--?"

"Ngga tau" jawab mereka ketika Elsa ingin melanjutkan ucapan antusiasnya.

Dengan memasang mimik cemberut, Elsa melanjutkan ucapannya yang tertunda "Ini mau gue kasih tau oneng" decaknya.

"Yaudah, apaan?" pasrah Livi memutar dua bola matanya.

"Tadi itu, Alvian so sweet banget.. emmmm. Dan lebih manisnya lagi tadi dia yang gantiin rok gue.. Aaaa, seneng banget" teriak Elsa dengan wajah mesem-mesemnya dengan dua tangannya menangkup wajahnya sendiri.

Livi dan Rebecca secara antusias langsung memandang Elsa dengan tatapan menyelidik "Berarti lo---?" tanpa melanjutkan ucapan mereka pun, Elsa sudah tau apa yang akan mereka katakan. Dua sahabatnya itu pasti akan mengira ia sudah melakukan hal yang 'iya-iya' dengan Vian.

Oh itu tidak mungkin. Elsa sendiri masih cukup sadar bahwa ia masih dibawah umur untuk hal seperti itu. Belum lagi nasib sekolahnya yang pastinya akan menyebar luaskan gosip hangat terunyu-unyu kalau ada berita Elsa berbadan molek alias berbadan dua.

Elsa memukul kepala Livi dan Rebecca dengan masing masing tangannya "Pikiran lo pada ngga ada yang beres apa?" sungutnya.

Kring.

Bel Aruma berbunyi tanda mengawali pelajaran. Seluruh murid memasuki ruang kelas mereka masing-masing termasuk ketiga cewek yang sedang asik ngerumpi itu.

Setelah memasuki kelas, Elsa menceritakan pada teman-temannya tentang kejadian dari mula tadi malam hingga pagi ini.

Kedua sahabat Elsa yang mendengar ceritanya ikut antusias dan menangkup wajah mereka seolah menginginkan hal seperti itu. Istilah mudanya, baperrr.

NIKAH MUDA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang