19√

46.1K 2.5K 31
                                    

Elsa terbangun ketika di rasanya ada pergerakan dari sampingnya. Vian melangkah ke kamar mandi, itu yang dapat dia tangkap lewat matanya yang menyipit karena tak mampu terbuka seluruhnya.

Di lihatnya jam beker diatas nakas, menunjukkan angka dua untuk jarum pendek dan angka tiga jarum panjangnya. Padahal baru satu jam mereka tidur, namun Vian sudah terbangun saja.

Beberapa menit, Elsa mencoba menahan siluet matanya hingga Vian keluar dari kamar mandi. Cowok itu menghampiri ranjang, meraih bantal yang di bawanya ke sofa kamar. Lantas terlentang di sana.

"Al, lo kok tidur di sofa?" Elsa sudah berdiri dengan mata menahan kantuk di dekat sofa. Vian menghela nafas pelan menyaksikan kemejanya yang di pakai Elsa menunjukkan kedua aset berharga gadis itu yang nampak dari tiga kancing yang tak sengaja terbuka karena lasaknya Elsa tidur.

Setelah menggeram beberapa saat, tanpa aba-aba Vian menarik tubuh Elsa ke atas pangkuannya. Di kecupnya bibir Elsa secara perlahan. Sedang gadis itu masih mencoba mencermati apa yang sedang terjadi. Hingga hembusan suasana membuatnya mengaitkan tangan di belakang leher Vian, di balasnya pagutan lembut suaminya yang kian semakin liar.

Suasana malam yang begitu hening seakan mendukung aktivitas mereka, belum lagi keduanya sangat terhanyut dan terbuai perasaan masing-masing.

Elsa berusaha melepas pagutannya lebih dulu menyadari Vian masih di bawah pengaruh nafsu. Sepertinya nafsu Vian malam ini begitu tinggi melihat betapa liarnya cumbuan cowok itu.

"Gue udah seringkan ingetin lo, jangan tunjukin aset lo walaupun itu di depan gue. Gue cape nahan hasrat gue sebagai cowok normal" ungkap Vian pelan namun jujur dari dasar hatinya.

Elsa terpaku beberapa saat setelah mendengar pengakuan jelas suaminya, rasanya ia sulit bergerak walau hanya untuk bangkit dari pangkuan cowok itu.

Namun ketika di rasa mampu menggerakkan tubuhnya, Elsa langsung memeluk Vian erat sampai badan Vian bersandar tepat di sandaran sofa "Gu..e belum bi..sa" ungkapan berat dari dasar hati Elsa keluar begitu saja.

Vian mempererat pelukannya pada tubuh mungil istrinya, di kecupnya kepala Elsa lama "Gue ngga nuntut lo mau ngelakuin itu sama gue. Gue cuma ingetin kalau gue cowok normal, lo ngga bisa terlalu bebas di depan gue"

Mendengar dengkuran halus di telinganya, Vian hanya dapat menggelengkan kepalanya sembari tersenyum tak habis pikir akan istrinya yang tertidur diatas pangkuannya dengan posisi memeluknya.

"Good night my wife" bisik nya sangat halus di telinga Elsa. Seakan dapat mengerti ucapan suaminya, Elsa mengangguk sebagai balasan dalam tidurnya.

***

Elsa merasakan nyaman pada tubuhnya yang terapit pelukan suaminya selama tidur. Saat bangun, ia tak dapat menyembunyikan senyumnya mengingat peristiwa tadi malam. Di saat suaminya sedang berusaha menahan nafsunya, ia malah tidur di pangkuan dengan Vian santainya.

Dan bangun mendapati wajah damai Vian yang masih tertidur adalah salah satu keindahan pagi selain terbitnya matahari bagi Elsa secara pribadi. Disaat seperti itulah dia benar-benar mengagumi ciptaan Tuhan.

05.20

Wajar rasanya suaminya masih tidur nyenyak di jam seperti ini, apalagi kemarin mereka pulang jam 12, tepat tengah malam. Belum lagi ini hari minggu, bukan tidak mungkin banyak orang menghabiskan waktunya tidur hingga matahari menyinar tepat diatas kepala.

Elsa semakin menenggelamkan tubuhnya dalam pelukan Vian, wajahnya yang menempel di dada cowok itu, menikmati harum khas Vian yang tak ada habisnya.

Bahkan jantung Vian yang berdebar teratur terdengar di telinga Elsa membuat Elsa cemberut "Padahal gue meluk lo erat banget, kok lo ngga deg-degan ya?" ujarnya geli sendiri karena berbicara pada orang yang sedang tidur.

Handphone-nya yang berbunyi membuat dia meraba-raba nakas di sampingnya dengan sebelah tangan yang kosong. Di lihatnya nomor tak di kenal masuk menghubunginya.

Digesernya ikon hijau pada layar hingga telpon terhubung. Elsa melukis-lukiskan jarinya ke dada Vian sedang satu tangannya menempelkan hpnya di telinga.

"Hallo"

"Siapa ya?" tanya Elsa ragu, karena sepertinya dia mengenal suara yang barusan menyapa indera pendengarannya.

"Sombong ya, udah ngga ingat gue. Mantan pacar Livi, sahabat lo"

"Oh, paejo" Elsa terkekeh, sedang pria di seorang telpon berdecak.

"Bukan setan. Daniel ini"

"Oh, Dane. Apaan lo nelpon, pasti udah jadi gelandangan kan lo di Pekan Baru?"

"Enak aja, gue lagi di jakarta ini, tapi gue ngga tau mau kemana"

"Ke rumah gue aja"

"Tadi udah, kata pak Radi lo udah ngga tinggal disana karena udah nikah"

"Emang" Elsa terkekeh sejenak "Yaudah, lo kesini aja"

"Ngga ah, nanti suami lo marah"

"Dia ngga pemarah, nanti gue kirim alamatnya. Kalo lo ngga ada ongkos bayar Go-jek, nanti gue turun bayarin"

"Gue cowok modal, monyet"

"Ya deh Monyet, hati hati ya"

"Bye"

Elsa mendongakkan kepalanya saat mendengar helaan nafas pelan suaminya yang ternyata sudah bangun.

"Lo udah bangun?"

"Menurut lo? Denger suara lo yang berisik itu ngga ngeganggu tidur gue?" sinis Vian membuat Elsa tersenyum salah tingkah merasa bersalah yang di buat-buat.

"Soalnya gue habis telponan sama orang nyebelin tapi ngangenin"

"Bodo amat, mau telponan sama siapa terserah asal ngga ganggu gue"

"Lo ngga olahraga?"

"Apaan dah, udah semalam gue susah tidur, malah sekarang disuruh olahraga"

Elsa terkekeh sebelum akhirnya mengelus rahang kokoh Vian "Maafin dedek ya bang, dedek tau dedek cekcihh. Tapi seharusnya abang tahan nafsu"

Vian memindahkan tangan Elsa dari rahangnya ke balik punggungnya "Udah tahan, lo-nya aja yang selalu ngundang"

"Ngga ah, gue takut ya gitu-gitu, lo-nya aja yang baper"

"Terserah" decak Vian lantas menyelimuti seluruh tubuhnya.

Beradu mulut dengan istrinya bukan saran yang tepat untuk menghilangkan rasa kantuknya. Dia yakin jika bangun saat ini dan berhadapan dengan cermin yang di lihat matanya dengan lingkaran hitam di sekitar.

Lagian mulutnya tidak tahan jika tidak menguap, karena masih ingin membungkus diri dalam benda lembut yang mampu menghangatkannya.

Elsa ikut masuk ke dalam selimut, memeluk Vian yang membelakanginya "Al, sahabat gue mau kesini. Boleh nginepkan?" rayunya

"Gue ngantuk Sa" sahutnya lemah.

"Boleh apa engga?"

"Emm" jawab Vian singkat yang sangat sangat ingin kembali ke alam mimpi.

"Yeee" sorak Elsa kelewat semangat, membuat tempat tidur bergoyang-goyang.

Vian menghela nafas kasar beberapa kali "Gue ngantuk sayang" tekan Vian pada kata sayang sebab sejak tadi Elsa benar-benar memancing emosinya.

"Hehehe" cewek itu hanya menanggapi dengan cengiran sebelum akhirnya memasuki kamar mandi untuk menyambut sahabat SMP-nya yang akan datang dalam waktu sesingkat-singkatnya.

NIKAH MUDA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang