Rebecca dan Livi memandang jengah sikap Elsa sejak tadi pagi disekolah. Sahabat Mereka itu sedari tadi tak berhenti tersenyum bahkan hingga namanya di tegur seribu satu kali oleh guru pelajaran yang masuk tetap tak di gubrisnya.
Yang dapat di lakukan oleh Livi dan Becca sebagai teman, hanya melihat, mendengus dan mencibir. Toh, pertanyaan mereka tak akan di jawab oleh si aneh gila si Elsa.
"Ck, temen lo itu kenapa sih?" decak Livi.
"Mana gue tau, dugaan gue nih ya, paling udah di perawanin sama Alvian"
"Kayaknya engga deh, soalnya jalannya dia itu biasa aja"
"Atau mungkin...." ujar Becca teka teki dengan pandangan yang seolah menunjukkan kabar bahagia.
"Apaan?" desis Livi tak sabar.
"Mungkin dia udah di tembak si Vian" Becca berbicara hampir seperti teriakan hingga membuat Elsa yang duduk di sofa menoleh pada mereka.
Senyum Elsa makin mengembang ketika di dengarnya dugaan temannya itu tepat dengan yang terjadi.
Livi menatap Elsa penuh intimidasi dengan wajah datarnya tanpa senyuman, di dekatinya cewek itu dengan Becca yang mengikuti dari belakang.
"Bener" katanya bukan seperti pertanyaan tapi penegasan bahwa dugaan Becca benar. Yang di tanyai hanya tersenyum sambil mengangguk.
Livi dan Becca dalam hitungan detik sudah berpegangan tangan sambil melompat-lompat disertai teriakan bahagia mereka.
"Gue ngga nyangka" teriak Livi sambil tersenyum.
"Gue ikutan dong, kan gue yang bahagia" pinta Elsa meneriaki mereka hingga aktivitas berputar mereka terhenti.
Elsa melepas sebelah tangan Livi dan Becca yang bergandengan kemudian menggantikan dengan kedua tangannya yang masing-masing mengait tangan keduanya.
"Yuhuuuuu" teriak mereka bersama-sama melanjutkan aktivitas yang tertunda.
"Dapat PJ" teriakk Becca.
"Gratisan, I'm coming" teriak Livi lebih keras dari Becca.
"Gue lebih bahagia" teriak Elsa "DAPAT KEPASTIAN" sambungnya membuat mereka tertawa bersama sama.
"Setelah lama di gantung" desis Livi setelah mereka berhenti dan memilih berbaring di lantai.
"Jadi gimana cara Alvian ngungkapinnya?" kepo Becca.
Ketiganya menatap langit-langit kamar Elsa dengan Vian. Masih mengatur pernapasan yang tak teratur saking semangatnya tadi mereka menguras energi.
"Dia pertama itu deketin gue waktu duduk di sofakan, lagi nonton TV. Pertamanya gue tuh ngga gubris sama sekali, tapi lama lama dia makin dekat...makin dekat..makin dekat"
Becca dan Livi semakin penasaran ketika Elsa dengan sengaja menggantung kalimatnya.
"Terus?"
"Karena gue ngejauh kan, dia bilang gini 'jangan ngejauh, gue gugup ini' ya ampun gue ngga nyangka dia bisa juga gue buat gugup"
"Terus?"
"Yg bikin lucu nih ya waktu dia bilang gini 'jangan ketawain gue ya walaupun lo ngga ngerasain hal yang sama, sama gue' hahaha..itu menggelikan banget tau ngga, lo bayangin seorang Alvian takut banget gue ketawain"
"Hahaha ngakak banget lakik lo mau nembak" ledek Livi dengan tawa kuat.
"Gue ngga nyangka Alvian yang ngga paham kode itu, bisa segugup itu" Becca menimpali.
"Gue juga ngga nyangka. Abis itu dia ngungkapin gini 'gue suka sama lo' apa coba maksudnya bilang gitu? Seharusnya dia bilang gini 'Elsa, sayangku oh cintaku dan istriku yang seksi, aku suka kamu, aku cinta kamu, kamu maukan menemaniku sepanjang hidupku sampai kita memiliki anak dan cucu' kan lebih keren dan bermakna kata-katanya" ujar Elsa panjang dan lebar tanpa menyadari ekspresi dua sahabatnya jijik padanya.
"Ngarep lo Nyet" cibir Becca.
"Lo pikir Alvian sama kayak Vino sama Rendy yang banyak basa basi." timpal Livi diangguki Becca.
"Gue akuin sih, cowok lo berdua itu rada-rada ngga tau malu dan banyak cakap tapi seenggaknya mereka itu lebih peka dari pada Alvian"
"Nah itu, lo ngga tau, semua orang itu di ciptakan dengan pemikiran yang berbeda-beda."
"Tau ah, yg penting sekarang gue tau Alvian balas perasaan gue"
"Oh ya, gue kangen nih Sama Om Ruel" gumam Livi.
"Gue juga"
"Kok gue ngga ya?" kata Elsa.
"Anak durhaka lo, jangan-jangan papa lo udah dapet calon baru buat jadi mama lo?" duga Livi.
Elsa membelalakkan matanya yang sempurna membentuk bulatan besar "Pokoknya kita harus cek keadaan papa. Dia masih jomblo atau engga"
Becca dan Livi terkekeh telah berhasil membuat Elsa dengan segera berubah pikiran hanya karena mereka mengatakan bahwa papanya mencari mama baru buatnya.
Elsa memang sangat tak menginginkan adanya mama baru dalam hidupnya maupun papanya karena yang dia tau dari berapa temannya yang memiliki mama tiri itu hidupnya tertekan dan terkekang. Untuk keluar dari rumah saja mereka harus was-was, takut pada mama tirinya.
Toh saat ini dia tidak merasa kesepian lagi karena selalu ada Vian di sisinya. Meskipun dulu dia sedikit kesepian apalagi karena papanya yang sangat sibuk tapi Meski begitu dia tak pernah berpikir sedetikpun untuk memiliki mama tiri.
🐭🐭🐭
Elsa, Livi dan Rebecca memasuki rumah orang tua Vian yang mana tadi kedatangan mereka disambut oleh Eby-adik Vian.
Berhubung Ruel sedang berada di rumah Ari, maka ketiga cewek itu harus menghampirinya di kediaman mertua Elsa.
"Mama sama Papa apa kabar?" tanya Elsa sambil salim pada mertuanya di ikuti Livi dan Becca di belakangnya.
"Baik sayang, kamu juga baik baik aja kan sama Al?"
"Baik banget Ma"
Elsa duduk di samping Ruel-papanya sedangkan dua sahabatnya duduk di samping Eby.
"Papa lagi ngapain disini?" tanya Elsa pada papanya.
"Lah, emangnya papa ngga boleh ke rumah besan papa?"
"Boleh, tapi ngapain?"
"Mainlah, papa kan sepi juga di rumah"
"Papa kamu itu tadi ---" ucapan Sanya terhenti ketika Ruel menatapnya seolah mengatakan 'jangan di bilang'. Maka Sanya hanya dapat tersenyum kikuk.
"Ngajak Papa sama Mama buat ngunjungin kalian" Ari menyelamatkan istrinya dan Ruel lewat perkataannya yang meyakinkan Elsa.
"Oh, Elsa kira apa"
"Kamu kenapa mau ketemu papa? Mau minta uang?"
"Enggak kok pa, Elsa kan ngga di bolehin Al minta uang sama papa. Elsa cuma mau mastiin kalo papa ngga punya pacar"
Ruel tersenyum kaku karena perkataan putrinya "E-enggak kok" gumamnya sedikit terbata.
"Sebenernya kita Om yang ngotot pengen ketemu Om, kita kangen" kata Becca berusaha membawa mengalihkan pembicaraan.
"Om juga kangen sama kalian, nanti kita jalan-jalan ya" usul Ruel di angguki dengan antusias.
"Oh ya Sa, kehidupan kamu ngga kekurangan kan karena Al ngotot pengen nafkahi kamu sendiri?" tanya Ari
"Enggak Pa, Elsa seneng kok karena Vian udah berpikir sedewasa itu. Meskipun kadang Elsa ngerasa ngga enak, kasihan Alvian-nya pasti capek banget"
"Ngga apa-apa, Al emang orangnya gitu, dia ngga mau tanggung jawab dia ditanggung sama orang lain meskipun itu orang tuanya sendiri. Tapi nanti kalo memang dia lagi butuh banget, mama yakin dia bakalan jujur sama papa sama mama."
"Maafin Elsa ya Ma, Pa bikin Al capek"
"Ngga apa apa sayang, itu maunya Al sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA (END)
Подростковая литератураNb: nama tokoh utamanya sudah terlanjur diubah Gue kira, gue yang bakal nahlukin lo dengan keseksian gue apalagi gue idola Aruma, tapi ternyata lo yang ngga ngelakuin apa apa yang romantis bisa buat gue tahluk ~~ Elsa Arqanaya. Gue bingung sama per...