22√

52K 2.8K 86
                                    

Sudah hampir seharian Vian mendiamkan Elsa, bahkan tadi saat di mobil menuju ke apartemen, mereka hanya saling berdiam membiarkan radio mobil menyala. Dan karena sempat chatingan saat di mobil tadi, kini Elsa benar-benar nekat melakukan satu saran sahabatnya.

Dengan ragu dia keluar dari kamar mandi memakai piama berbahan tipis dan transparan yang membuat dalaman yang ia kenakan membayang. Kado pernikahan dari Rebecca yang menurutnya gila.

Vian yang kebetulan baru keluar dari dapur, langsung bertemu pandang dengan Elsa. Dia memandang sinis ke arah tubuh Elsa yang hanya berbalut kain tipis. Tak menghiraukan gadis itu, berjalan ke ranjang dengan segelas kopi yang sengaja dia buat untuknya.

Elsa terpaku menatap langkah Vian yang kian menjauh dari tempatnya berdiri. Perlahan namun pasti, air matanya menetes begitu saja. Diusapnya air mata yang membasahi pipinya dengan seulas senyum miris.

Dia kembali ke kamar mandi dengan langkah lemah, duduk bersandar di pintu setelah menutupnya. Air matanya kian membanjir terbayang akan pandangan Vian tadi padanya. Perlakuan Vian yang meninggalkannya adalah hal paling hina dan menyakitkan yang dia dapat.

Lagian apa yang bisa di harapkan dari seorang cowok cuek dan tak acuh seperti Vian? Seharusnya Elsa sudah memikirkan semuanya dari awal sebelum nekat melakukan hal paling memalukan dalam hidupnya. Dia tidak menyalahkan Livi ataupun Becca sama sekali atas kejadian ini, karena ini murni kesalahannya.

Sekarang ia merasa takdir mempermainkannya. Bagaimana tidak? Disaat banyak cowok yang menyukainya, ia malah mengabaikan mereka tanpa berpikir lama. Dan saat ini dia yang diabaikan tanpa rasa kasihan.

Dia benar benar ingin kembali ke masa dimana dia dicintai oleh seorang ketua Osis dua alumni diatasnya. Seorang cowok yang selalu memakai kaca mata, yang dulu selalu mengejar-ngejarnya dengan gigih.

Dan hari ini berhasil menyadarkannya bahwa mengejar itu sangat sulit, begitu menyakitkan dan butuh perjuangan yang begitu besar. Belum lagi batinnya harus kuat banting untuk diabaikan.

Lama menyalurkan tangisnya di kamar mandi, Elsa akhirnya keluar dengan bathrobe mandinya. Dia segera mengambil pakaiannya di lemari setelah melihat Vian tidak berada di atas ranjang kemudian memakai piama tidurnya.

Suara bel apartemen berbunyi beberapa kali namun Elsa enggan membukanya.

"Sa, lo didalamkan? buka dong" teriakan yang begitu di kenalnya, membuatnya segera beranjak untuk mempersilahkan mereka masuk.

"Astaga, sayang lo nggak papakan?" Becca langsung memeluk Elsa, mendapati wajah sembab dan mata sipit sahabatnya karena bengkak. Livi hanya mengusap punggung Elsa yang kembali menumpahkan air matanya di pelukan Becca.

"Sorry Sa, ini pasti karena saran kita berdua ya" sesal Becca. Dia tidak tahu jika keadaannya akan jadi buruk.

Beruntung tadi Vian mengirim sebuah sms padanya bahkan pada Livi juga yang notabenya Vian tau hanya mereka berdualah sahabat sekaligus orang terdekat Elsa.

From Vian

Elsa lagi nangis. Datang ke apartemen gue!!

Membaca dua kalimat itu membuat Becca dan Livi tanpa membuang waktu langsung bergegas ke apartemen Vian. Bahkan mereka meninggalkan Daniel yang tertidur di kamar Livi tadi setelah memainkan PSP Geo, kakak Livi.

Mereka membawa masuk Elsa yang terlihat lemah hanya sekedar untuk berjalan. Gadis itu masih terisak, tak dapat menahan tangisnya.

"Udah Sa, gue kasihan liat lo gini"

"Jangan bercanda ah, masak gue harus buat siaran langsung biar lo berhenti nangis"

"Iya, gapapa buat aja. Biar banyak yang merhatiin gue" isak Elsa memasang wajah cemberutnya.

NIKAH MUDA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang