Sanya sibuk bak komentator yang terus mengkomentari hasil kerja dari orang-orang yang bekerja untuk mendekorasi kantor suaminya menjadi ruang pesta untuk resepsi pernikahan Vian dan Elsa.
Ari sendiri duduk sambil membaca koran di sebuah sofa yang menjadi tempat untuk tamunya besok. Tak ingin ambil pusing dengan rencana istrinya yang rumit.
Padahal kemarin dia sudah mengusulkan supaya pestanya di adakan di sebuah cafe terbuka atau restoran, tapi istrinya dengan tegas menolak usulnya dengan cercaan 'kantor kamu kan bisa di gunain, kenapa harus nyewa tempat orang segala sih! Pelit banget jadi bapak'
Maka terpaksa Ari mengangguk, mengikuti segala titah dari istrinya untuk meliburkan beberapa hari para pekerjanya, karena lantai satu di gunakan untuk resepsi putranya.
***
Vian tersenyum melirik-lirik ke arah istrinya yang begitu bahagia karena hasil foto prewedding mereka sudah selesai.
Elsa sedari tadi tak berhenti memuji-muji hasil jepretan yang menurutnya sangat luar biasa itu.
Iih, ini natural banget Al. Liat deh. Cocok untuk usia kita, ngga terlalu romantis tapi bikin klepek klepek" unjuknya pada satu foto dimana ia gaun putih selutut dan Vian memakai celana serta kemeja putih. Mereka duduk di rumput yang sudah ditaburi kelopak mawar merah dengan posisi tangan Vian di rumput guna menyangga tubuhnya kemudian Elsa yang duduk di sampingnya sedikit menyandarkan diri ke tubuh Vian hingga kepalanya berada di bawah dagu Vian dan mereka sama-sama menatap ke arah mawar putih yang Elsa pegang keatas di tangan kanannya.
"Kamu udah bilang hampir 10 kali kayak gitu, Sa"
Elsa memajukan bibirnya, cemberut "Soalnya emang bener-bener cantik banget hasilnya. Suka"
"Baru yang aku suka kedua itu tuh, nih" tunjuknya pada album foto mereka. Vian ikut melihat ke foto yang tunjuk Elsa karena saat ini yg mereka lalui adalah lampu merah.
"Kenapa?" tanya Vian. Pasalnya, difoto itu Vian duduk disebuah kursi sedangkan Elsa berdiri didepannya sambil melingkarkan tangan dilehernya. Pandangan Vian memang berada pada bibir Elsa.
"Soalnya di pict ini, kamu kayak ngga tahan gitu pengen nyium aku" ujar Elsa antusiasme begitu percaya diri dengan praduganya.
"Lah, kalo aku ngga tahan kan, tinggal nyium aja. Ngga dosa kok, ngapai pake di tahan" bela Vian.
"Ya, kali aja kamu malu karena banyak orang" desis Elsa.
"Terserah kamu deh, terus sekarang kita ke apartemen Kevin atau ke kantor papa?"
"Apartemen Kevin aja deh, mama juga ngga ngasih kita bantuin"
"Oke"
"Ahh, ya ampun Al, ternyata yg paling manis ini" tunjuk Elsa girang lagi.
Vian hanya melirik sekilas pada foto yang membuat istrinya kembali heboh. Foto dimana Vian duduk di sebuah kursi sambil memegang gitar kemudian Elsa berdiri sambil menyandarkan satu tangannya di bahu Vian.
Elsa memandangi foto tersebut dengan wajah yang tak bisa di gambarkan betapa sukanya dia mengagumi sebuah seni yang menampilkan dirinya disana.
"Al, besok-besok kamu pake kupluk aja, soalnya kamu ganteng banget kayak gini"
"Ngga ah, ngapain?"
"Biar ganteng aja"
"Ntar kalo aku ganteng, kamunya banyak saingan" cibir Vian sambil membukakan pintu mobil untuk istrinya keluar.
Vian memarkir mobilnya di basement, kemudian menyusul istrinya yang menunggunya di lobby. Mereka bersama-sama memasuki lift untuk tujuan lantai 8, kamar Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA (END)
Teen FictionNb: nama tokoh utamanya sudah terlanjur diubah Gue kira, gue yang bakal nahlukin lo dengan keseksian gue apalagi gue idola Aruma, tapi ternyata lo yang ngga ngelakuin apa apa yang romantis bisa buat gue tahluk ~~ Elsa Arqanaya. Gue bingung sama per...