32√

49.7K 2.7K 64
                                    

Vian mendekati posisi dimana Elsa sedang duduk di atas sofa sambil menonton televisi dan ngemil cokelat. Dia ikut duduk di samping Elsa, namun tak ada pergerakan berarti yang membuat Elsa menoleh padanya.

"Sa"

Elsa hanya melirik sekejap ke arah kirinya, kemudian mengembalikan fokus pandangnya ke televisi.

"Lo cinta sama gue?"

Pertanyaan Vian barusan mampu merubah dentuman jantung Elsa dalam sekejap. Dia yang awalnya tak ingin menoleh pada Vian, dalam hitungan detik langsung menatap cowok itu penuh tanya dari maksud pertanyaannya.

Pertanyaan macam apa itu? Haruskah Elsa jawab? Kalau memang harus di jawab, memangnya apa jawabannya? Yg benar saja jika dia harus mengakuinya lebih dulu.

"Kenapa lo nanya gitu?" tanya Elsa sewot.

Vian berdehem sejenak, dia semakin menggeser duduknya supaya rapat ke tubuh Elsa. Elsa yang merasakan pergerakan Vian yang semakin menyita ruang oksigennya, segera menggeser duduknya agak menjauh dari Vian.
Jantungnya terasa sangat tak tenang karena detakannya begitu kuat, dua kali lebih cepat dari biasanya.

Vian mendengus karena Elsa malah menghapus jarak dekat mereka. Tidakkah gadis itu tau bahwa Vian begitu gugup juga saat ini, bahkan detak jantungnya sangat tak terkendali.

"Bisa ngga lo jangan bergerak makin jauh" ujar Vian dengan kesal.

"Gue lagi gugup ini" aku-nya jujur sesuai dengan yang dia rasakan.

Elsa mengernyit bingung "Kenapa gugup?" tanyanya seolah dia tak merasakan kegugupan itu sama sekali.

Vian menghembuskan nafasnya "Jangan ketawain gue kalaupun nanti lo ngga merasakan hal yang sama, sama gue" ancam Vian membuat Elsa mengangguk kaku.

"Huh, gue suka sama lo" celetuk Vian singkat dan dengan nada cepat.

Elsa membelalakkan matanya, meski kata-kata Vian terdengar cepat namun dia masih dapat mendengarnya dengan jelas, hanya saja dia masih ingin memastikan bahwa telinganya memang masih berfungsi dengan baik.

"Apa? Lo bilang apa tadi?"

"Iss, ck" Vian berdecak kesal. Dengan mati-matian dia memberanikan diri mengungkapkan perasaannya, tapi Elsa malah dengan mudah memintanya mengulangi kata-kata yang membebankannya itu.

"Ngga ada pengulangan"

Elsa kesal karena Vian begitu gengsi dengan perasaannya. Dengan seringaian, dia tertawa begitu kuat memecah keheningan di antara mereka berdua.

Huh, Vian sudah menduga sekali lagi jika dugaan teman-temannya itu tidak benar. Elsa tidak menyukainya. Terbuktikan dari tingkah cewek itu yang menertawakannya. Dia pasti di sangka konyol karena pernyataan cinta ini.

Vian meninggalkan Elsa yang masih tertawa setelah tadi dia mengucapkan "Gue udah duga tanggapan lo kayak gini" katanya dengan nada pasrah.

Elsa tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya dengan pandangan yang terus mengikuti Vian hingga pria itu memasuki kamar. Sedetik setelah pintu kamar di tutup, Dia melompat-lompat diatas sofa yang sempat di dudukinya bersama Vian, berjoget-joget ria sambil memutar mutarkan sarung bantal yang sempat di lepasnya tadi.
Ingin rasanya dia berteriak tapi dia masih ingin mengerjai Vian.

"Ngapain lo?"

Elsa memandang Vian yang berdiri di depan pintu kamar dengan gelas kosong di tangannya, tampaknya cowok itu akan mengisi gelas kosong itu. Dengan senyum kikuk ia duduk di kursi.

"Ngga apa apa kok, itu filmnya bahagia banget" pekik Elsa antusias. Padahal TV yang sedang di tunjuknya sedang menayangkan sponsor bumbu masakan.

Vian memandang Elsa dengan pandangan yang sulit di artikan. Lantas melanjutkan jalannya menuju dapur untuk mengisi air minum untuk melegakan tenggorokannya yang terasa sangat kering.

NIKAH MUDA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang