Elsa menangkap putranya yang begitu lincah di masa aktifnya yang ketiga tahun ini. Guiarqa Arsanel. Sering berlari-lari yang kadang membuat mamanya kewalahan karena tak dapat mengimbangi putranya itu.
Vian yang tadinya fokus dengan pekerjaannya, mulai bergerak mendekati istrinya yang sudah membiarkan Arsa berlari sendirian.
Elsa tersenyum melihat suaminya yang baru saja mendaratkan kecupan di pipinya dan merangkulnya gemas sambil keduanya asik memandangi Arsa yang tak ada lelahnya. Wanita itu menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya.
"Cape sayang?"
Elsa menengadahkan kepalanya menatap suaminya "Iya. Tapi aku seneng kok"
"Seneng?" tanya Vian antusias "Berarti mau dong kalo nambah lagi" godanya yang langsung mendapat cubitan bertubi-tubi dari istrinya.
Vian tertawa saja, apalagi wajah Elsa menunjukkan sangat jelas kecemberutannya. Ia menahan dua tangan istrinya kemudian mengecup sekilas bibir merah merekah itu.
"Mama"
Vian dan Elsa mengehentikan aktivitasnya ketika mendengar seruan putranya. Keduanya menatap Arsa bersamaan.
"Temu dek Laya yuk"
Vian dan Elsa saling berpandangan sejenak lantas tertawa. Putra mereka memang begitu senang dekat dengan putri Vino dan Livi yang baru berusia delapan bulan--Rayaxi Vivi.
"Ngapai ke rumah dedek Raya?"
"Alsa kangen. Mau cubit pipi dek Laya"
"Besok aja ya sayang?" usul Elsa karena hari sudah malam.
Arsa memajukan bibirnya dengan wajah sedih. Vian menggelengkan kepalanya melihat ambekan anaknya.
"Lihat tuh, sifat ambekan kamu nurun sama Arsa" ujar Vian berbisik.
Elsa hanya melirik sekilas suaminya, ia kembali membujuk putranya supaya mereka menemui keluarga Vino besok. Dan pada akhirnya Arsa mengangguki saran Bundanya.
"Ayo, Arsa papa gendong ke kamar" tawar Vian yang sontak membuat Arsa mengangguk antusias dengan wajah berbinar.
Elsa tersenyum melihat keduanya, ia merapikan berkas dan laptop suaminya yang tadi Vian letakkan di atas meja.
Elsa menaiki ranjang atas panggilan Vian, ternyata Arsa sudah memejamkan matanya dengan nyaman di ranjang khusus Arsa sendiri yang posisinya tidak jauh dari ranjang kedua orang tuanya.
Elsa duduk ketika Vian dengan manja langsung menjadikan pahanya sebagai bantal kepala pria itu. Vian menenggelamkan wajahnya dalam perut istrinya, menciumi perut wanita itu berulang-ulang. Yang dilakukan Elsa hanyalah mengusap-usap kepala suaminya dengan lembut.
"Kenapa, hm?""Aku capek kerja terus, kita honeymoon yuk"
"Terus Arsa gimana?"
"Kita tumpangin di rumah Vino. Arsa kan selalu anteng kalo udah ketemu sama Raya"
"Itu namanya kita ngerepotin tau"
"Ngga apa-apa sayang, sekali-sekali"
"Yaudah terserah kamu aja"
***
Dua hari setelah rencana mereka akhirnya kini terlaksana. Keduanya sudah sampai di Bali. Tadinya Vian ingin mengajak Elsa ke luar negeri namun Elsa bersikeras melarangnya dengan alasan tak ingin berada sangat jauh dari putranya, Arsa.
Vian juga sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan dimanapun tempat honeymoon mereka, yang paling penting adalah ia bersama istrinya menghabiskan waktu berdua bersama tanpa kekacauan.
Namun, belum sempat empat jam menginjakkan kakinya di Bali, Vian terpancing kesal dan badmood ketika Elsa dihampiri sosok pria yang sudah lama menyukai istrinya itu."Hai Sa"
Elsa memutar bola matanya malas menatap sosok di depannya "Kamu ngga lagi ngintilin aku kan Shawn?" selidiknya. Walaupun Shawn sudah pernah mengatakan padanya untuk menyerah setelah melihat Elsa bersanding dengan Vian.
Shawn tertawa ringan "Enggaklah. Kan kamu udah ada suami yang jauh lebih ganteng dari aku"
Elsa menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil "Jauhlah dibandingin sama kamu" bangga Elsa.
Shawn terkekeh ringan "Lagi liburan ya?" terka Shawn mendapat tatapan malas dari Vian.
"Aku ke cottage ya sayang, kamu kalau masih mau lama disini, terserah"
Elsa menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya yang sedang cem-bu-ru. Tapi ia senang, berkat kehadiran Shawn, ia jadi tau bagaimana sikap dan wajah Vian saat sedang dilanda cemburu.
"Sa, itu suami kamu pergi. Kejar sana" usul Shawn. Elsa mendengus "Gara-gara lo sih nih" tudingnya.
Elsa berlari mengejar langkah Vian yang sebenarnya sudah tak terlihat lagi. Ia hanya ingin mempersingkat waktu untuk menemui Vian yang katanya menuju cottage penginapan mereka.
Senyum wanita itu mengembang kala melihat suaminya sedang duduk di atas ranjang sambil menyalakan TV. Ia mendekat dengan langkah pasti.
Vian melirik istrinya yang sudah memeluknya dari samping. Ia jadi tak tahan sendiri melihat senyum menggemaskan istrinya. Maka dengan gerakan cepat, Vian mendekap balas erat tubuh Elsa.
"Udah ngga marah?" goda wanita itu
Vian menciumi lekuk leher Elsa berkali-kali "Aku cuma kesel sayang ada pengganggu hadir di tengah liburan bahagia kita" akunya jujur.
Elsa mengusap pipi Vian "Dia kan cuma nyapa. Kamu kenapa jadi posesif gini? Hm?"
"Biasa aja" balas Vian tak acuh
"Tapi kamu beneran ngga suka sama Shawan-shawan itu kan, Sayang?" tanya Vian ingin memperjelas.
Elsa mengecup kening Vian lembut "Ngga dong sayang, jangan nethink deh"
Vian mengusap kepala Elsa lembut
"Jangan coba-coba berpaling dari aku karena aku sayang banget sama kamu" ancam Vian.Yang mendengar ancaman hanya geleng-geleng kepala. Diam-diam keduanya larut dalam aksi saling tatap hingga berakhir dengan pergulatan cinta di sore hari.
Ending beneran😉
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA (END)
Teen FictionNb: nama tokoh utamanya sudah terlanjur diubah Gue kira, gue yang bakal nahlukin lo dengan keseksian gue apalagi gue idola Aruma, tapi ternyata lo yang ngga ngelakuin apa apa yang romantis bisa buat gue tahluk ~~ Elsa Arqanaya. Gue bingung sama per...