.
.
.
"Kookie-ya, minum dulu susunya."
Seorang wanita paruh baya meletakkan satu gelas susu hangat ukuran sedang ke hadapan putranya. Namun bukannya meraih gelas susu itu, sang anak malah terlihat gelisah. Kedua bola matanya bergerak liar. Memainkan jari dan berkali-kali menggeleng.
"Ye-in."
Nyonya Jeon tersenyum. Tahu akan apa yang menjadi kegelisahan putra semata wayangnya. Ia menghela tubuh Jungkook untuk duduk di kursi.
"Yein tidak akan meninggalkanmu. Sebentar lagi dia pasti datang."
"Ye-in."
"Tidak usah khawatir, sekarang kau minum susu dulu. Kalau Yein sudah keluar dari rumah, akan segera Eomma beri tahu."
Jungkook mengangguk berkali-kali. Ia menurut. Meminum susunya dengan cepat meski lidahnya terasa terbakar.
"Pelan-pelan saja Kookie-ya," bujuk Nyonya Jeon khawatir. Mata Jungkook terus melirik ke arah jendela. Susu yang diminumnya sampai belepotan mengenai baju seragam putihnya. Nyonya Jeon mengambil tissue dan membasahinya dengan air. Menyeka bekas susu di bibir dan baju putranya itu. Jungkook sudah hendak berdiri dan berlari. Ia melihat Yein keluar dari pintu rumahnya.
"YE-IN!" seru Jungkook keras.
"Sebentar sayang, Eomma sedang membersihkan seragammu. Bagaimana jika nanti ada semut yang menggigit Jungkook?"
"Su-dah. Eomma, Ye-in pergi!"
"Tidak sayang, dia menunggumu di depan. Nah sudah selesai, ayo Eomma antar keluar."
Baru saja Nyonya Jeon membuang tissue ke tempat sampah, Jungkook sudah berlari meninggalkannya. Jika menyangkut soal Yein, Jungkook pasti seperti itu. Terlalu bersemangat.
"YE-IN!" panggil Jungkook keras.
Jeong Yein, gadis berkulit putih dengan model rambut Hime cut itu menoleh dengan enggan. Ia sudah akan membuka gerbang halaman rumahnya ketika seorang pria berlari sambil tersenyum lebar ke arahnya. Tadinya ia merasa tenang, mengira jika penganggu itu tidak muncul pagi ini. Tapi sepertinya itu tidak mungkin. Meski sakit sekalipun, buktinya setiap hari anak itu tetap masuk sekolah dan berangkat bersama Yein.
Bisa tidak sih satu hari saja dia tidak perlu direcoki oleh anak tetangganya itu?
"Hai Ye-in," sapa anak itu setelah mereka hanya berjarak lima jengkal saja dari tanah.
"Hai, jawab Yein datar. Kemudian matanya beralih pada tubuh yang selalu muncul di belakang Jungkook. Yein merubah ekspresinya menjadi begitu ramah. Ia membungkuk memberi salam.
"Selamat pagi Yein."
"Selamat pagi Bibi," balas Yein dengan senyum. Sesebal apapun Yein pada anaknya, ia tidak bisa begitu saja mengabaikan norma kesopanan pada orang yang lebih tua. Terlebih Bibi Jeon adalah sahabat karib ibunya. Yein bisa dicincang habis jika ketahuan bertindak kurang ajar.
"Jungkook sudah tidak sabar ingin berangkat. Ia takut sekali ditinggal olehmu padahal susunya saja belum diminum," ucap Nyonya Jeon sambil mengelus rambut batok putranya. Jeong Yein tersenyum hambar sebagai respon.
"Oh kukira Jungkook Oppa sudah berangkat terlebih dulu. Biasanya kan dia sudah menungguku di sini," gumam Yein berbasa basi. Karena sejujurnya, ia juga hendak kabur untuk meninggalkan Jungkook. Itu harapan terbesarnya selama lebih dari dua tahun ini. Tapi harapan itu tidak pernah terkabul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You (Completed)
FanfictionAku terlahir sebagai salah satu punuk yang merindukan purnama terangmu wahai bulanku. Manusia bodoh tidak tahu diri yang akan selalu mengejarmu..hanya kamu.. Jeon Jungkook.