Just Eleven

415 81 35
                                    

"Akhirnya anak-anak nakal itu mendapat pelajaran!" Pinky tersenyum puas seraya berhigh five ria dengan Somi setelah membuat jera pelaku penyerangan Jungkook kemarin. Tidak, Somi tidak menghajar mereka seperti dulu. Kelima orang itu hanya sedikit dikerjai. Toh mereka juga sudah di skors dan dikeluarkan dari Klub Sepak Bola.

"Anak nakal? Siapa?" tanya Yein yang baru saja masuk ke dalam kelas bersama Sujeong. Pinky dan Somi hanya menggeleng pelan.

"Bukan siapa-siapa. Kemarin ada anak yang menghajar temanku. Jadi kami mengerjai mereka," tukas Pinky tanpa menyebut nama Jungkook. Pinky diminta Ibu Yein untuk merahasiakan mengenai keadaan Jungkook dari Yein.

Yein hanya ber-oh ria seraya melepas jaket dan meletakkan tasnya di atas meja. Mengeluarkan smartphonenya lalu tenggelam dalam chat bersama Wonwoo.

"Yein masih menginap di rumahmu?" bisik Pinky pada Sujeong yang saat ini tengah menghapus papan tulis.

"Iya."

"Ada masalah apa?"

Sujeong melirik Pinky ragu, apa sebaiknya ia menceritakan masalah Yein pada Pinky juga? Selama ini mereka selalu berbagi masalah bersama. Tapi mengingat Yein saja belum buka mulut pada siapapun, Sujeong punya hak apa untuk bercerita?

"Entahlah. Tapi kurasa cukup pelik."

"Kau tahu Jungkook baru saja pulang dari Rumah Sakit."

"Apa?" pekik Sujeong kaget.

"Pssstt jangan keras-keras, nanti Yein dengar!"

"Sakit apa lagi dia?" tanya Sujeong penasaran.

"Sakit hati," jawab Pinky asal. Sujeong menggeplak bahu Pinky keras.

"Seriuslah Pinky!"

"Dia dikeroyok oleh anak dari Klub sepak bola karena memakai lapangan hari minggu kemarin," ucap Pinky sebal. "Tubuhnya ditendang menggunakan bola."

"Apa? Lalu bagaimana keadaannya sekarang?"

"Untung dia baik-baik saja meski dihantam berkali-kali. Lukanya sangat parah. Tapi nyatanya anak itu punya fisik yang kuat juga."

"Yein belum tahu?" tanya Sujeong sambil melirik Yein yang sedang diganggu Somi. Mereka berdua berlari-lari di kelas karena Somi merebut smarthpone Yein.

"Kenapa tidak memberitahunya?" protes Sujeong.

"Memangnya Jungkook itu sangat penting sampai Yein harus tahu semua tentangnya?" tanya Pinky skeptis.

"Apa yang aku harus tahu dan tidak tahu?" Pinky terperanjat ketika tiba-tiba Yein menaruh kepala di bahunya. Memeluk tubuh gadis itu dari belakang. Di belakang Yein, Somi juga melakukan hal yang sama.

"Jungkook itu penting tidak untukmu?" tanya Pinky kembali. Bibir Yein mengerucut. Memangnya tidak ada topik lain selain Jungkook?

"Kita bahas hal lain bisa 'kan?" Yein tampak tidak bersemangat. Ia jadi ingat lagi masalahnya dengan sang ibu.

"Oh iya, anak itu kemana? Biasanya dia datang mencarimu," pancing Pinky. Yein melirik Pinky dengan ekspresi luar biasa malas.

"Mana Yein tahu, memang kau pikir dia itu baby sitter Jungkook?" Somi ikut menimpali. Yein malah mengangguk setuju. Sedangkan Sujeong mendesah berat. Dua rahasia ada di pundaknya. Mengapa kisah Yein-Jungkook harus serumit ini sih?

"Lagipula untuk apa kau menanyakan Jungkook?" tanya Yein jengah. Pasalnya menurut Yein, sejak tadi pertanyaan yang Pinky ajukan itu aneh.

Gadis pink itu hanya tersenyum tipis. "Mungkin aku mulai merindukannya."

Just You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang